Berdikari, Kemandirian Bangsa Ala Bung Karno

Soekarno Online | Digital Library of the first President of Indonesia

Berdikari, Kemandirian Bangsa Ala Bung Karno

Oleh :Hajar Pamundi

Berdikari. Berdiri di atas kaki sendiri, adalah salah satu kalimat Bung Karno yang ia sampaikan pada saat pidato peringatan HUT RI 17 Agustus 1965. Meski sebelumnya berkali-kali ia sampaikan, namun popularitas politik berdikari ini meningkat drastis pasca pidato tersebut. Dalam pidato tersebut ia mengemukakan tentang tiga prinsip berdikari, yakni berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Ketiga hal tersebut saling terkait dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya.

Hingga kini hampir 47 tahun setelah pidato itu dikumandangkan, bangsa Indonesia masih belum bisa mewujudkan cita-cita mulia tersebut. Penguasa dan elit politik yang cenderung mementingkan kelompoknya sendiri, sistem kehidupan bernegara yang tidak kuat, penegakan hukum yang lemah serta budaya korupsi yang telah mengakar sedemikian kuat adalah beberapa faktor penghambat kemajuan negeri ini. Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri, tentu masih sangat relevan diterapkan saat ini.

Berdaulat di bidang politik. Setelah lepas dari belenggu kolonialisme dengan memproklamasikan kemerdekaannya, Bung Karno menginginkan Indonesia benar-benar merdeka dan berdaulat tanpa bisa didikte oleh negara manapun. Kini, setelah sekian lama merdeka, harapan itu belum benar-benar terwujud karena masih adanya pengaruh asing dalam perpolitikan di negeri ini. Solusinya, adalah dengan ketegasan dan keberanian pemimpin negeri ini untuk berani mengambil sikap.

Berdikari dalam bidang ekonomi. Masih banyak rakyat Indonesia yang hingga hari ini hidup di bawah garis kemiskinan. Pembangunan yang tidak merata, terlebih di daerah perbatasan. Dominasi penguasaan sumber daya alam yang memiliki nilai ekonomi yang strategis oleh asing, juga kesenjangan kemakmuran yang hanya dinikmati oleh segelintir orang. Berkedaulatan secara ekonomi, sekali lagi solusinya adalah keberanian pemimpin ini untuk bersikap tegas. Segera nasionalisasi aset negara dan tinjau ulang kontrak pada sumber daya yang bernilai strategis.

Berkepribadian dalam kebudayaan. Indonesia sudah saatnya memiliki pemimpin yang bisa memacu rakyatnya untuk memiliki kepribadian yang kuat, tidak mudah dipengaruh oleh budaya asing dan justru harus bangga dengan budayanya sendiri. Jika kita lihat betapa mudahnya budaya asing mempengaruhi budaya asli Indonesia, maka mudah pula nilai-nilai dan ajaran yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia masuk ke dalam sendi kehidupan masyarakat. Peredaran film porno, kekerasan, hedonisme seakan menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Solusinya, tanamkan dengan kuat karakter kepribadian Indonesia sejak dini.

Berdikari atas kedulatan NKRI, niscaya Indonesia akan menjadi negara yang kuat dan disegani.

Soekarno Online | Digital Library of the first President of Indonesia