インドネシアプリペイド総会の共和国の大統領の演説. へ - XV日 30 9月 1960

スカルノオンライン | インドネシアの初代大統領のデジタル図書館

MEMBANGUN DUNIA KEMBALI

インドネシアプリペイド総会の共和国の大統領の演説. へ - XV日 30 9月 1960

Tuan Ketua, Para Yang Mulia, Para Utusan dan Wakil yang terhormat,

Hari ini, dalam mengucapkan pidato kepada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, saya merasa tertekan oleh suatu rasa tanggung-jawab yang besar. Saya merasa rendah hati berbicara dihadapan rapat agung daripada negarawan-negarawan yang bijaksana dan berpengalaman dari timur dan barat, dari utara dan dari selatan, dari bangsa-bangsa tua dan dari bangsa-bangsa muda dan dari bangsa-bangsa yang baru bangkit kembali dari tidur yang lama.

Saya telah memanjatkan do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar lidah saya dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan perasaan hati saya, dan saya juga telah berdo’a agar kata-kata ini akan bergema dalam hati sanubari mereka yang mendengarnya.

Saya merasa gembira sekali dapat mengucapkan selamat kepada Tuan Ketua atas pengangkatannya dalam jabatannya yang tinggi dan konstruktif. Saya juga merasa gembira sekali untuk menyampaikan atas nama bangsa saya ucapkan selamat datang yang sangat mesra kepada keenambelas Anggauta baru dari Perserikata Bangsa-Bangsa.

Kitab Suci Islam mengamanatkan sesuatu kepada kita pada saat ini. Qur’an berkata: “Hai, sekalian manusia, sesungguhnya Aku telah menjadikan kamu sekalian dari seorang lelaki dan seorang perempuan, sehingga kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu sekalian kenal-mengenal satu sama lain. Bahwasanya yang lebih mulia diantara kamu sekalian, ialah yang lebih taqwa kepadaKu”.

Dan juga Kitab Injil agama Nasrani beramanat pada kita. “Segala kemuliaan bagi Allah ditempat yang Mahatinggi, dan sejahtera diatas bumi diantara orang yang diperkenanNya”.

Saya sungguh-sungguh merasa sangat terharu melepaskan pandangan saya atas Majelis ini. Disinilah buktinya akan kebenaran perjuangan yang berjalan bergenerasi. Disinilah buktinya, bahwa pengorbanan dan penderitaan telah mencapai tujuannya. Disinilah buktinya, bahwa keadilan mulai berlaku, dan bahwa beberapa kejahatan besar sudah dapat disingkirkan.

Selanjutnya, sambil melepaskan pandangan saya kepada Majelis ini, hati saya diliputi dengan suatu kegirangan yang besar dan hebat. Dengan jelas tampak dimata saya menyingsingnya suatu hari yang baru, dan bahwa matahari kemerdekaan dan emansipasi, matahari yang sudah lama kita impikan, sudah terbit di Asia dan Afrika.

Sekarang, hari ini, saja berbicara dihadapan para pemimpin bangsa-bangsa dan para pembangun bangsa-bangsa. Namun, secara tidak langsung, saya juga berbicara kepada mereka yang Tuan-tuan wakili, kepada mereka yang telah mengutus Tuan-tuan kemari, kepada mereka yang telah mempercayakan hari depan mereka ditangan Tuan-tuan. Saya sangat menginginkan agar kata-kata saya akan bergema juga didalam hati mereka itu, didalam hati nurani ummat manusia, didalam hati besar yang telah mencetuskan demikian banyak teriakan kegembiraan, demikian banyák jeritan penderitaan dan putus-harapan, dan demikian banyak cinta-kasih dan tawa.

Hari ini presiden Soekarno-lah yang berbicara dihadapan tuan-tuan. Namun lebih dari itu, ia adalah seorang manusia, スカルノ, seorang Indonesia, seorang suami, seorang Bapak, seorang anggauta keluarga ummat manusia. Saya berbicara kepada Tuan-tuan atas nama rakyat saya, mereka yang 92 juta banyaknya disuatu nusantara yang jauh dan luas, 92 juta jiwa yang telah mengalami hidup penuh dengan perjuangan dan pengorbanan, 92 juta jiwa yang telah membangun suatu Negara diatas reruntuhan suatu Imperium.

Mereka itu, dan rakyat Asia dan Afrika, rakyat-rakyat benua Amerika dan benua Eropa serta rakyat benua Australia, sedang memperhatikan dan mendengarkan serta mengharap-harap. Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini bagi mereka merupakan suatu harapan akan masa-depan dan suatu kemungkinan-baik bagi zaman sekarang ini.

Keputusan untuk menghadiri Sidang Majelis Umum ini bukanlah merupakan suatu keputusan yang mudah bagi saya. Bangsa saya sendiri menghadapi banyak masalah, sedangkan waktu untuk memecahkan masalah-masalah itu selalu sangat terbatas. Akan tetapi sidang ini mungkin merupakan sidang Majelis yang terpenting yang pernah dilangsungkan dan kita semuanya mempunyai suatu tanggung-jawab kepada dunia seluruhnya disamping kepada bangsa-bangsa kita masing-masing.

Tak seorangpun diantara kita dapat menghindari tanggungjawab itu, dan pasti tak seorangpun ingin menghindarinya. Saya sangat yakin bahwa pemimpin-pemimpin dari negara-negara yang lebih muda dan negara-negara yang lahir kembali dapat memberikan sumbangannya yang sangat positif untuk memecahkan demikian banyak masalah-masalah yang dihadapi Organisasi ini dan dunia pada umumnya. Memang, saya percaya bahwa orang akan mengatakan sekali lagi bahwa: “Dunia yang baru itu diminta untu memperbaiki keseimbangan dunia yang lama”.

Jelaslah bahwa pada dewasa ini segala masalah dunia kita saling berhubungan. Kolonialisme mempunyai hubungan dengan keamanan; keamanan mempunyai hubungan dengan persoalan perdamaian dan perlucutan senjata; perlucutan senjata berhubungan dengan perkembangan secara damai dari negara-negara yang belum maju. Yah, segala itu saling bersangkut-paut. Jika kita pada akhirnya berhasil memecahkan satu masalah, maka terbukalah jalan untuk penyelesaian masalah-masalah lainnya. Jika kita berhasil memecahkan misalnya masalah perlucutan senjata, maka akan tersedialah dana-dana yang diperlukan untuk membantu bangsa-bangsa yang sangat memerlukan bantuan itu.

Akan tetapi, yang sangat diperlukan ialah bahwa masalah-masalah semuanya itu harus dipecahkan dengan penggunaan prinsip-prinsip yang telah disetujui. Setiap usaha untuk memecahkannya dengan mempergunakan kekerasan, atau dengan ancaman kekerasan, atau dengan pemilikan kekuasaan, tentu akan gagal bahkan akan mengakibatkan masalah-masalah yang lebih buruk lagi. Dengan singkat, prinsip yang harus diikuti ialah prinsip persamaan kedaulatan bagi semua bangsa, hal mana tentunya tidak lain dan tidak bukan, merupakan penggunaan hak-hak azasi manusia. dan hak-hak azasi nasional. Bagi semua bangsa-bangsa harus ada: satu dasar, dan semua bangsa harus menerima dasar itu, demi perlindungan dirinya dan demi keselamatan ummat manusia.

Bila saya boleh mengatakannya, kami dari Indonesia menaruh perhatian yang khusus sekali atas Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami mempunyai keinginan yang sangat khusus agar Organisasi ini berkembang dan berhasil baik. Karena tindakan- tindakannya, perjuangan untuk kemerdekaan dan kehidupan nasional kami sendiri telah dipersingkat. Dengan berkepercayaan penuh saya mengatakan, bahwa perjuangan kami, bagaimanapun juga, akan berhasil baik, namun tindakan-tindakan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu telah mempersingkat perjuangan dan telah mencegah banyak pengorbanan dan penderitaan serta kehancuran, baik dipihak kami maupun dipihak lawan-lawan kami.

Apakah sebabnya saya percaya, bahwa perjuangan kami akan berhasil baik, dengan atau tanpa kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa? Saya yakin akan hal itu kerena dua sebab. Pertama, saya mengenal rakyat saya; saya mengetahui kehausan mereka yang tiada terhingga akan kemerdekaan nasional, dan saya mengetahui akan tekadnya. Kedua, saya yakin akan hal itu karena jalannya sejarah.

Kita semua, dimanapun didunia ini, hidup di zaman pembangunan bangsa-bangsa dan runtuhnya imperium-imperium, Inilah zaman bangkitnya bangsa-bangsa dan bergejolaknya nasionalisme. Menutup mata akan kenyataan ini adalah membuta terhadap sejarah, tidak mengindahkan takdir dan menolak kenyataan. Sekali lagi saya katakan, kita hidup dizaman pembangunan bangsa-bangsa.

Proses ini tidak dapat dielakkan dan merupakan sesuatu yang pasti; kadang-kadang lambat dan tidak dapat dielakkan, bagaikan lahar menurun lereng sebuah guning-api di Indonesia; kadang-kadang cepat dan tidak terelakkan, bagikan dobrakan airbah dari balik sebuah bendungan yang dibangun tidak sempurna. Lambat dan tak terelakkan, atau cepat dan tak terelakkan, kemenangan perjuangan nasional adalah suatu kepastian.

Bila perjalanan menuju kebebasan itu sudah selesai diseluruh dunia, maka dunia kita akan menjadi suatu tempat yang lebih baik; akan merupakan suatu tempat yang lebih bersih dan jauh lebih sehat. Kita tidak boleh berhenti berjuang pada saat ini, manakala kemenangan telah menampakkan diri, sebaliknya kita harus melipat-gandakan usaha kita. Kita telah berjanji kepada masa-depan dan itu harus dipenuhi. Dalam hal ini kita tidak hanya berjuang untuk kepentingan kita sendiri, melainkan kita berjuang untuk kepentingan ummat menusia seluruhnya, ya, perjuangan kita bahkan untuk kepentingan mereka yang kita tentang.

Lima tahun yang lalu, dua puluh sembilan bangsa-bangsa Asia dan Afrika telah mengirimkan utusannya kekota Bandung Indonesia. Dua puluh sembilan bangsa Asia dan Afrika. Kini, berapakah jumlah bangsa yang merdeka disana? Saya tidak akan menghitungnya, tetapi silahkan melihat disekeliling Majelis ini sekarang! Dan katakanlah apakah saya benar, bila saya berkata bahwa kinilah saatnya pembangunan bangsa, dan saat bangkitnya bangsa-bangsa. Kemarin Asia, dan itu merupakan suatu proses yang belum selesai. Kini Afrika, itupun merupakan suatu proses ya, belum selesai.

Lagi pula, belum semua bangsa-bangsa Asia dan Afrika diwakili disini. Organisasi bangsa-bangsa ini telah dilemahkan selama masih menolak perwakilan satu bangsa, dan teristimewa suatu bangsa yang tua dan bijaksana serta kuat.

Saya maksudkan Tiongkok. Saya maksudkan yang sering disebut Tiongkok Komunis, yang bagi kami adalah satu-satunya Tiongkok yang sebenarnya. Organisasi bangsa-bangsa ini sangat dilemahkan justru karena ia menolak keanggautaan bangsa yan terbesar didunia.

Setiap tahun kami menyokong diterimanya Tiongkok kedalam Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai anggauta. Kami akan terus melakukannya. Kami tidak memberikan sokongan itu semata mata karena kami mempunyai hubungan baik dengan negara tersebut. Dan pasti sokongan itu tidak kami berikan karena sesuatu alasan partisan. Tidak, pendirian kami mengenai persoalan ini di bimbing oleh realisme politik. Dengan secara picik mengecualikan suatu bangsa yang besar, bangsa agung dan kuat dalam arti kwantitet, kebudayaan, ciri-ciri suatu peradaban kuno, suatu bangsa yang penuh dengan kekuatan dan daya ekonomi, dengan mengecualikan bangsa itu kita lebih melemahkan Organisasi internasional ini, dan dengan demikian, lebih menjauhkannya dari kebutuhan dan cita-cita kita.

Kita bertekad untuk menjadikan Perserikatan Bangsa-Bangsa kuat dan universil serta mampu untuk memenuhi fungsinya yang layak. Itulah sebabnya mengapa kami senantiasa memberikan sokongann atas ikut-sertanya Tiongkok dalam lingkungan kita. Lagi pula, perlucutan senjata merupakan suatu keperluan yang mendesak dalam dunia ini. Persoalan yang terpenting ini dari semua masalah harus dirundingkan dan dipecahkan dalam rangka Organisasi ini. Namun bagaimana dapat tercapai suatu perlucutan realistis mengenai perlucutan senjata, bila Tiongkok yang merupakan salah satu negara terkuat dalam dunia ini, tidak diturut sertakan dalam musyawarah-musyawarah itu?

Diwakilinya Tiongkok dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengikut sertakan negara itu dalam masalah dunia yang konstruktif dan dengan demikian akan betul-betul memperkuat lembaga ini.

Ditahun sembilan belas enam puluh ini, Majelis Umum kembali berkumpul dalam sidang tahunannya. Namum Majelis Umum ini janganlah hanya dianggap sebagi suatu sidang routine lainnya, dan bila dianggap demikian, bila dianggap sebagai suatu sidang routine, maka kemungkinan besar Organisasi intemasional seluruhnya iri akan terancam dengan kehancuran.

Camkanlah kata-kata saya, itulah permohonan saya! Janganlah memperlakukan masalah-masalah yang akan Tuan-tuan perbincangkan sebagai masalah routine. Bila diperlakukan demikian, Organisasi ini yang telah memberikan kita suatu harapan untuk ‘masa-depan, suatu kemungkinan-baik akan adanya persesuaian internasional, mungkin akan pecah. Ia mungkin akan lenyap perlahan-lahan dibawah gelombang pertikaian, sebagimana dialami oleh organisasi yang digantikannya. Bila hal ini terjadi, maka ummat manusia sebagai keseluruhan akan menderita, dan suatu impian yang agung, suatu cita-cita yang agung, akan hancur. Ingatlat bukanlah hanya kata-kata yang Tuan-tuan hadapi. bukanlah pion-pion diatas papan catur yang Tuan-tuan hadapi. Yang Tuan-tuan hadapi adalah manusia, impian-impian manusia, cita-cita manusia dan hari-depan semua manusia.

Dengan segala kesungguhan, saya katakan: kami bangsa bangsa yang baru merdeka bermaksud berjuang untuk kepentingan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami bermaksud memperjuangkan suksesnya dan menjadikannya effektif. Badan itu dapat dijadikan effektif, dan akan dijadikan effektif, hanya bila anggauta-anggauta seluruhnya mengakui tiada terelakkannya jalan sejarah. Badan itu hanya dapat menjadi effektif, bila badan tersebut mengikuti jalannya sejarah, dan tidak mencoba untuk membendung atau mengalihkan ataupun menghambat jalannya itu.

Telah saya katakan, bahwa inilah saat pembangunan bangsa-bangsa dan runtuhnya imperium-imperium. Itulah kebenaran yang sesungguhnya. Berapa banyaknya bangsa-bangsa yang telah memperoleh kemerdekaannya sejak terciptanya Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa? Berapa banyak bangsa-bangsa telah melemparkan rantai penindasan yang membelenggunya? Berapa banyaknya imperium-imperium yang dibangun atas penindasan manusia telah hacur-lebur? Kami yang tadinya tiada bersuara, tidak membisu lagi. Kami yang tadinya membisu dialam kesengsaraan imperalisme tidak membisu lagi. Kami yang perjuangan hidupnya tertutup dibawah selubung kolonialisme, tidak tersembunyikan lagi.

Sejak hari bersejarah ditahun Sembilanbelas Empatpulut Lima dunia telah berobah, dan dia telah berobah kearah perbaikan. Dari zaman pembangunan bangsa-bangsa ini telah muncul kemungkinan – ya, keharusan – akan suatu dunia yang bebas dari ketakutan, bebas dari kekurangan, bebas dari penindasan-penindasan nasional. Kini, saat ini juga, di Majelis Umum ini, kita dapat mempersiapkan diri untuk menempatkan diri kita didunia masa-depan itu, dunia yang telah kita pikirkan dan impikan serta bayangkan.

Hal itu dapat kita lakukan, tetapi hanya bila kita tidak memperlakukan sidang ini sebagai suatu sidang routine. Kita harus mengakui, bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa menghadapai suatu penimbunan masalah-masalah, masing-masing mendesak, masing-masing mengandung kemungkinan ancaman terhadap perdamaian dan kamajuan secara damai.

Kita bertekad, bahwa nasib dunia, dunia kita, tidak akan ditentukan tanpa kita. Nasib itu akan ditentukan dengan keikut-serta dan kerjasama kita. Keputusan-keputusan yang penting bagi perdamaian dan masa-depan dunia dapat ditentukan disini den sekarang ini juga. Disini berkumpul Kepala-Kepala Negara den Kepala-Kepala Pemerintah. Itulah rangka Organisasi kita. Saya sangat mengharapkan agar soal-soal protokol yang kaku serta perasaan sakit hati yang picik, – perasaaan-perasaan perorangan maupun nasional, – tidak akan menghalangi dipergunakannya kesempatan itu sebaik-baiknya. Kesempatan seperti ini tak akan sering ada. Hal itu harus dipergunakan sebaik-baiknya. Kita pada saat ini mempunyai kesempatan unik untuk menggabungkan diplomasi perseorangan dengan diplomasi umum. Marilah kita pergunakan kesempatan itu. Kesempatan tak akan kembali lagi!

Saya menyadari sedalam-dalamnya bahwa hadirnya demikian banyak Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, memenuhi harapan berjuta-juta orang. Mereka itu dapat mengambil keputusan-keputusan yang vital untuk menentukan wajah baru bagi dunia kita ini dan dengan sendirinya juga wajah baru bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Layaklah pada saat ini untuk mempertimbangkan kedudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam hubungan dengan zaman pembangunan dan bangkitnya bangsa-bangsa hari ini.

Ini saya kemukakan: bagi suatu bangsa yang baru lahir atau suatu bangsa yang baru lahir-kembali milik yang paling berharga adalah kemerdekaan dan kedaulatan.

Mungkin – saya tidak tahu, tapi mungkin – bahwa rasa untuk memegang teguh permata kedaulatan dan kemerdekaan yang berharga ini, hanya terdapat dilingkungan bangsa-bangsa yang baru bangkit kembali. Mungkin setelah berlalunya beberapa generasi perasaan kebanggaan dan tercapainya cita-cita itu menjadi pudar. Mungkin demikian, tetapi saya rasa tidak.

Bahkan sekarang ini, duaratus tahun kemudian, adalah seorang Arnerika yang tidak tergetar jiwanya mendengarkan kata-kata Declaration of Independence? Adalah seorang Italia yang kini tidak menyambut penggilan Mazzini? Adalah seorang warga Amerika Latin yang tidak lagi mendengar gemahnya suara San Martin?

Benar, adakah seorang warga dunia yang tidak menyambut panggilan dan suara-suarai tu? Kita semua tergetar, kita semua menyambut, karena suara-suara itu adalah universil, baik mengengenai waktu maupun tempatnya. Suara-suara itu adalah suara ummat manusia yang menderita, suara masa depan, dan kita masih mendengarnya sepanjang zaman.

Tidak, saya yakin, seyakin-yakinnya bahwa didalam kedaulatan dan kemerdekaan nasional ada sesuatu yang kekal, sesuatu yang sekeras dan secerlang permata, dan jauh lebih berharga.

Banyak bangsa-bangsa didunia ini telah lama memiliki permata ini. Mereka telah biasa memilikinya, tetapi saya yakin, bahwa mereka masih tetap menganggapnya yang paling dicintai diantara milik-miliknya, dan mereka akan lebih baik mati daripada melepaskannya.

Bukankah begitu? Apakah bangsa saudara sendiri akan pernah bersedia melepaskan kemerdekaannya? Setiap bangsa yang patut dinamakan bangsa akan memilih mati! Setiap pemimpinya yang patut disebut pemimpin dari bangsa manapun, juga akan memilih mati!

Betapa lebih berharga hal itu bagi kami, yang pernah suatu waktu memiliki permata kemerdekaan dan kedaulatan nasional itu, dan kemudian merasakan dirampasnya dari tangan kami oleh bandit-bandit yang bersenjata lengkap, dan yang kini telah kami rebut kembali!

Perserikatan Bangsa-bangsa ini adalah suatu organisasi dari Negara-Negara Bangsa yang masing-masing menggenggam permata itu kuat-kuat sebagai sesuatu yang berharga. Kita semuanya telah berhimpun dengan sukarela, sebagai saudara dan sederajat dalam Organisasi ini. Sebagai suadara dan sederajat, karena kita semua memiliki kedaulatan yang sederajat dan kita semua menganggap kedaulatan yang sederajat itu sama-sama berharga.

Ini adalah suatu badan international. Badan ini belumlah super-nasional ataupun supra-nasional. Badan ini merupakan suatu organisasi Negara-Negara Bangsa, dan hanya dapat bekerja sepanjang Negara-Negara Bangsa menghendakinya.

Apakah kita semuanya dengan suara bulat telah menyetujui untuk menyerahkan suatu bagian dari kedaulatan kita kepada badan ini? Tidak, tidak pernah. Kita telah menerima baik Piagam dan Piagam itu telah ditandatangani oleh Negara-Negara Bangsa yang berdaulat penuh dan sederajat penuh.

Ada kemungkinan, bahwa badan ini harus mempertimbangkan, apakah anggauta-anggautanya harus menyerahkan sesuatu bagian dari kedaulatan mereka kepada badan internasional ini. Tetapi jika keputusan yang semacam itu diambil, keputusan itu harus diambil secara bebas, dan dengan suara bulat, dan sederajat. Harus diuputuskan sederajat oleh semua bangsa, yang kuno dan yang baru, bangsa yang baru muncul dan yang sudah lama maju dan yang belum maju.

Hal ini bukannya sesuatu yang dapat dipaksakan pada bangsa manapun juga. Selanjutnya, dasar satu-satunya yang mungkin bagi badan semacam itu ialah persamaan yang sejati. Kedaulatan dari bangsa yang paling baru atau bangsa yang paling kecil sama berharganya, sama tidak dapat dilanggarnya, seperti kedaulatan bangsa yang paling besar atau bangsa yang paling tua. Dan selain daripada itu, sesuatu pelanggaran terhadap kedaulatan sesuatu bangsa merupakan suatu ancaman potensiil terhadap kedulatan semua bangsa.

Dalam gambaran dunia inilah, kita harus melihat dunia sekarang ini. Dunia kita yang satu ini terdiri dari Negara-Negara Bangsa, masing-masing sama berdaulat dan masing-masing berketetapan hati menjaga kedaulatan itu, dan masing-masing berhak untuk menjaga kedaulatan itu. Dan sekali lagi saya katakan – dan saya ulang ini karena merupakan dasar dari pengertian terhadap dunia dewasa ini – kita hidup dalam zaman pembangunan bangsa.

Kenyataan ini jauh lebih penting daripada adanya senjata-senjata nuklir, lebih eksplosif daripada bom-bom hidrogin, dan mempunyai harga potensiil yang lebih besar untuk dunia daripada pemecahan atom.

Keseimbangan dunia telah berobah sejak hari itu dalam bulan Juni, limabelas tahun yang lalu, ketika Piagam ditandatangani dikota San Franciscco di Amerika, pada saat manusia sedang bangkit kembali dari neraka peperangan.

Nasib umat manusia tidak dapat lagi ditentukan oleh beberapa bangsa besar dan kuat. Juga kami, bangsa-bangsa yang lebih muda, bangsa yang sedang bertunas, bangsa-bangsa yang lebil kecil, kamipun berhak bersuara dan suara itu pasti akan berkumandang disepanjang zaman.

Yah, kami insyaf akan pertangungan jawab kami terhadap masa-depan semua bangsa, dan kami dengan gembira menerima pertanggung-jawab itu. Bangsa saya berjanji pada diri sendiri untul bekerja mencapai suatu dunia yang lebih baik, suatu dunia yang bebas dari sengketa dan ketegangan, suatu dunia dimana anak-anak dapat tumbuh dengan bangga dan bebas, suatu dunia dimana keadilan dan kesejahteraan berlaku untuk semua orang. Adakah sesuatu bangsa akan menolak janji semacam itu?

Beberapa bulan yang lalu, sesaat sebelum pemimpin-pemimpin Negara-Negara Besar bertemu sesingkat itu di Paris, tuan Khrushchov menjadi tamu kami di Indonesia. Saya jelaskan padanya sejelas-jelasnya, bahwa kami menyambut baik Konperensi Tingkat Tertinggi, yang kami harapkan berhasil, tetapi bahwa kami skeptis.

Empat Negara Besar itu saja, tidak dapat menentukan masalah perang dan damai. Lebih tepat, barangkali, mereka mempunyai kekuatan untuk merusak perdamaian, tetapi mereka tidak mempunyai hak moril, baik secara sendirian maupun bersama-sama, untuk mencoba menentukan hari-depan dunia.

Selama lima belas tahun ini Barat telah mengenal perdamaian, atau sekurang-kurangnnya ketiadaan perang. Tentu saja, ada ketegangan-ketegangan. Memang, ada bahaya. Tetapi tetap merupakan kenyataan, bahwa ditengah-tengah suatu revolusi yang meliputi tiga perempat dari dunia, Barat tetap dalam keadaan damai. Kedua blok besar, sebetulnya, telah berhasil mempraktekkan koeksistensi selama bertahun-tahun itu, sehingga dengan demikian membantah mereka yang menyangkal kemungkinan adanya koeksistensi.

Kami di Asia tidak pernah mengenal keadaan damai! Setela perdamaian datang untuk Eropah, kami merasai akibat bom-bom atom. Kami merasai revolusi nasional kami sendiri di Indonesia. Kami merasai penyiksaan Vietnam. Kami menderita penganiayaan Korea. Kami masih senantiasa menderita kepedihan Aljazair. Apa sekarang ini seharusnya giliran Saudara-saudara kita di Afrika? Apakah mereka harus disiksa, sedang luka-luka kami masih belum sembuh?

Toh masih saja Barat dalam keadaan damai. Herankah Tuan-tuan bahwa kami sekarang menuntut, ya, menuntut batalnya siksaan terhadap kami? Herankah Tuan-tuan, bahwa kini suara saya diperdengarkan sebagai protes?

Kami, yang dulu tidak bersuara, mempunyai tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan; kami berhak untuk didengar. Kami bukannya barang perdagangan, tetapi adalah bangsa-bangsa yang hidup dan yang perkasa, yang mempunyai peranan didunia ini, dan yang harus memberikan sumbangannya.

Saya pergunakan kata-kata yang keras, dan saya pergunakan kata-kata itu dengan sengaja, karena saya punya pendirian yang tegas mengenai soal itu. Dengan sengaja saya pergunakan kata-kata keras, karena saya bicara untuk bangsa saya dan karena saya bicara di muka pemimpin-pemimpin bangsa-bangsa.

Selain dari pada itu, saya tahu bahwa Saudara-saudara saya di Asia dan Afrika mempunyai pendirian yang sama tegasnya, walaupun saya tidak berani berbicara atas nama mereka.

Majelis Umum ini tentunya akan menghadapi banyak hal-hal yang penting. Tetapi tidaklah ada hal yang lebih penting dari pada perdamaian. Mengenai ini, saya pada saat ini tidak membicarakan soal-soal yang timbul antara Negara-Negara Besar didunia. Soal-soal demikian itu sangat vital bagi kami, dan saya nanti kembali pada soal-soal tersebut. Tapi tengoklah sekeliling dunia kita ini. Dibanyak tempat terdapat ketegangan-ketegangan dan sumber-sumber sengketa potensiil. Perhatikanlah tempat-tempat itu dan tuan akan jumpai, bahwa hampir tanpa perkecualian, imperialisme dan kolonialisme didalam salah satu dari banyak manifestasinya adalah sumber ketegangan atau sengketa itu. Imperialisme dan kolonialisme dan pemisahan terus-menerus secara paksa dari bangsa-bangsa merupakan sumber dari hampir semua kejahatan internasional yang mengacam didunia kita ini.

Sebelum kejahatan-kejahatan dari masa-lampau yang terkutuk itu diakhiri, tidak akan ada ketenangan atau perdamaian diseluruh dunia ini.

Imperialisme, dan perjuangan untuk mempertahankannya, merupakan kejahatan yang besar didunia kita ini. Banyak diantara Tuan-tuan dalam Sidang ini tidak pernah mengenal imperialisme. Banyak diantara Tuan-tuan lahir merdeka dan akan mati merdeka. Beberapa diantara Tuan-tuan lahir dari bangsa-bangsa yang telah menjalankan imperialisme terhadap yang lain, tetapi tidak pernah menderitanya sendiri. Akan tetapi Saudara-saudara saya di Asia dan Afrika telah mengenal cambuk imperialisme. Mereka telah menderitanya. Mereka mengenal bahayanya dan kelicikannya serta keuletannya.

Kami di Indonesia mengenalnya juga. Kami adalah ahli-ahli dalam soal ini! Berdasarkan pengetahuan itu dan berdasarkan pengalaman itu, saya katakan pada Tuan-tuan bahwa berlanjutnya imperialisme dalam setiap bentuknya merupakan suatu bahaya yang besar dan yang berlarut-larut.

Imperialisme belum lagi mati. Ya, sedang dalam keadaan sekarat; ya, arus sejarah sedang melanda bentengnya dan menggerogoti pondamen-pondamennya; ya, kemenangan kemerdekaan dan nasionalisme sudah pasti. Akan tetapi – dan camkanlah perkataan saya ini – imperialisme yang sedang sekarat itu berbahaya, sama berbahayanya dengan se-ekor harimau yang luka didalam rimba raya tropik.

Ini saya tegaskan pada Tuan-tuan – dan saya sadar bahwa sekarang berbicara untuk Saudara-saudara saya di Asia dan Afrika – perjuangan untuk kemerdekaan senantiasa dibenarkan dan benar. Mereka yang menentang gerakmaju yang tidak terelakan dari kemerdekaan nasional dan hak menentukan nasib sendiri, adalah buta; mereka yang berusaha untuk mengembalikan apa yang tidak dapat dikembalikan merupakan bahaya bagi mereka sendiri dan bagi dunia.

Sebelum kenyataan-kenyataan ini – dan ini memang kenyataan-kenyataan – diakui, tidak akan ada perdamaian dunia ini, dan tidak akan lenyaplah ketegangan. Saya serukan kepada Tuan-tuan: tempatkanlah kewibawaan dan kekuatan moril dari Organisasi Negara-Negara ini dibelakang mereka yang berjuang untuk kemerdekaan. Lakukanlah itu secara jelas dan tegas. Lakukanlah itu sekarang! Lakukanlah, dan Tuan-tuan akan memperoleh dukungan bulat dan tulus-ikhlas dari semua orang yang berkemauan baik. Lakukanlah sekarang, dan generasi-generasi yang akan datang akan menghargai Tuan-tuan. Saya serukan kepada Tuan-tuan, kepada semua anggauta Perserikatan Bangsa-Bangsa : Bergeraklah bersama arusnya sejarah; janganlah mencoba membendung arus itu.

Perserikatan Bangsa-bangsa sekarang ini juga berkesempatan untuk membangun bagi dirinya sendiri reputasi dan gengsi yang besar. Mereka yang berjuang untuk kemerdekaan akan mencari sokongan dan sekutu-sekutu dimana saja dapat diperolehnya; alangkah baiknya bilamana mereka berpaling kepada badan ini dan kepada Piagam kita daripada kepada sesuatu kelompok atau bagian dari badan ini.

Lenyapkanlah sebab-sebab peperangan, dan kita akan merasa damai. Lenyapkanlah sebab-sebab ketegangan dan kita akan merasa tenang. Jangan ditunda-tunda. Waktunya singkat. Bahayanya besar.

Umat manusia diseluruh dunia berteriak minta perdamaian dan ketenangan, dan hal-hal itu adalah dalam kekuasaan kita. Jangan mencegahnya, karena nanti badan ini akan dicemarkan namanya dan ditinggalkan. Tugas kita bukannya untuk mempertahankan dunia ini, akan tetapi untuk membangun dunia kembali! Hari depan – andai-kata ada hari depan – akan menilai kita berdasarkan berhasilnya tugas kita ini.

Saya minta kepada bangsa-bangsa yang sudah lama berdiri, janganlah menganggap remeh kekuatan nasionalisme. Jika tuan menyangsikan kekuatannya, tengoklah disekitar Majelis ini dan bandingkanlah dengan San Francisco lima belas tahun yang lalu. Nasionalisme, nasionalisme yang mencapai kemenangan dengan gemilang, telah menyebabkan perobahan ini, dan ini adalah baik. Dewasa ini dunia diperkaya dan dimuliakan oleh kebijaksanaan dari para pemimpin-pemimpin bangsa-bangsa berdaulat yang baru dibentuk. Untuk menyebut enam dari banyak contoh-contoh, yakni seorang Norodom Sihanouk, seorang Nasser, seorang Nehru, seorang Sekao Toure, seorang Mao Tse Tung dan seorang Nkrumah. Bukankah dunia menjadi lebih baik, jika mereka berada disini daripada mereka mempergunakan seluruh hidupnya dan seluruh kekuatannya untuk menggulingkan imperialisme yang membelenggu mereka? Dan bangsa-bangsa merekapun sudah merdeka, dan bangsa saya merdeka, dan lebih banyak lagi bangsa yang merdeka. Bukankah dengan demikian dunia menjadi suatu tempat yang lebih baik dan lebih kaya?

Memang, saya tidak perlu membentangkan kepada Tuan-tuan, bahwa kami dari Asia dan Afrika menentang kolonialisme dan imperialisme. Lebih daripada itu, siapakah dalam dunia sekarang ini masih akan membela hal-hal itu? Secara universil hal-hal itu telah dikutuk, dan sudah sepantasnya, dan alasan-alasan sinis yang usang itu tidak terdengar lagi. Pertentangan sekarang berpusat pada persoalan kapankah daerah-daerah jajahan akan merdeka, dan bukan pada persoalan apakah mereka akan merdeka.

Tetapi saya hendak menegaskan soal ini. Oposisi kami terhadap kolonialisme dan imperialisme timbul baik dari hati maupun dari kepala kami. Kami menentangnya atas dasar kemanusiaan, dan kami menentangnya pula dengan alasan bahwa hal ini merupakan suatu ancaman yang besar dan makin besar lagi terhadap perdamaian.

Tiadanya persesuaian pendapat dengan kekuatan-kekuatan kolonial berkisar pada soal-soal waktu dan keamanan, karena sekarang setidak-tidaknya mereka beromong-kosong tentang cita-cita kemerdekaan nasional.

Oleh karena itu renungkanlah dalam-dalam mengenai nasionalisme dan kemerdekaan, mengenai patriotisme dan mengenai imperialisme. Renungkanlah dalam-dalam, demikian permohonan saya, jangan sampai arus sejarah melanda Tuan-tuan.

Dewasa ini, kita banyak mendengar dan membaca mengenai perlucutan senjata. Perkataan itu biasanya dipakai dalam hubungan perlucutan senjata nuklir dan atom. Maafkanlah saya. Saya seorang sederhana dan seorang yang cinta damai. Saya tidak dapat bicara mengenai detail-detail perlucutan senjata. Saya tidak dapat memberikan penilaian mengenai pendapat-pendapat yang bersaing tentang pengawasan, mengenái percobaan-percobaan dibawah tanah dan mengenai catatan-catatan seismografik.

Mengenai persoalan-persoalan imperialisme dan nasionalisme saya seorang ahli, sesudah seumur hidup mempelajarinya dan berjuang, dan mengenai soal-soal ini saya bicara dengan kewibawaan. Tetapi mengenai persoalan-persoalan peperangan nuklir, saya hanya seorang biasa saja, mungkin seperti tetangga tuan atau seperti saudara tuan atau bahkan seperti ayah tuan. Saya ikut merasakan kengerian mereka, saya ikut merasakan ketakutan mereka.

Saya ikut merasakan kengerian dan ketakutan, itu karena saya adalah bagian dari dunia ini. Saya punya anak-anak, dan hari depan mereka terancam bahaya. Saya seorang Indonesia, dan bangsa itu terancam bahaya.

Mereka yang mempergunakan senjata penghancur masal itu sekarang harus menghadapi hati nurani mereka sendiri, dan akhirnya, mungkin dalam keadaan hangus menjadi debu radio aktif, mereka harus menghadapi Al Chaliknya. Saya tidak iri terhadap mereka.

Mereka yang mempersoalkan perlucutan senjata nuklir jangan lupa bahwa kami, yang dalam hal ini sebelumnya tidak dapat bersuara, sedang memperhatikan dan mengharap-harap.

Kami sedang memperhatikan dan mengharap-harap, toh kami diliputi oleh kecemasan, karena jika perang nuklir menghancurkan dunia kita ini, kami juga ikut menderita.

Tidak seorang mahlukpun berhak untuk menggunakan hak hak prerogatif dari Tuhan Yang Maha Esa Kuasa. Tidak seorangpun berhak mempergunakan bom-bom hidrogin. Tidak satu bangsapun berhak untuk menyebabkan kemungkinan hancurnya semua bangsa-bangsa.

Tiada suatu sistim politik, tiada suatu organisasi ekonomi yang layak untuk menyebabkan musnahnya dunia, termasuk sistem maupun organisasi itu sendiri.

Jika hanya negara-negara yang bersenjata hidrogin yang tersangkut dalam persoalan ini, maka kami bangsa-bangsa Asia dan Afrika tidak akan menghiraukannya. Kami hanya akan melihat saja sambil menjauhkan diri, dengan perasaan heran mengapa negara-negara, darimana kami belajar sedemikian banyaknya itu, serta yang sangat kami kagumi itu, pada dewasa ini harus tenggelam dalam rawa immoralitet. Kami akan dapat berseru: “Terkutuklah kalian!", dan kami akan dapat kembali ke dalam dunia kami sendiri yang lebih berimbang dan damai.

Tetapi kami tak dapat, berbuat demikian. Kami bangsa Asia telah menderita akibat bom atom. Kami bangsa Asia terancam lagi, dan selain itu kami merasa sebagai suatu kewajiban moral untuk memberikan bantuan dimana mungkin. Kami bukanlah musuh Timur maupun Barat. Kami merupakan suatu bagian dari dunia ini dan kami ingin membantu.

Ini adalah suatu jeritan dari hati-sanubari Asia. Biarkanlah kami membantu memecahkan masalah-masalah ini. Mungkin Tuan-tuan memperhatikannya terlampau lama, dan tak lagi melihatnya secara jelas. Biarkanlah kami membantu Tuan-tuan, dan dalam membantu Tuan-tuan, kami bantu diri kami sendiri, dan semua generasi yang akan datang diseluruh dunia.

Jelaslah, bahwa masalah perlucutan senjata bukan hanya perselisihan pendapat tentang dasar-dasar teknis yang sempit. Ini adalah pula persoalan saling mempercayai. Sebetulnya telah jelas, bahwa dalam bidang teknik dan dalam cara-cara berunding dan berdiplomasi, sesungguhnya antara kami dari Asia-Afrika dan kedua blok itu tidaklah banyak berbeda. Soalnya sebenarnya lebih merupakan soal saling tidak mempercayai. Ini adalah suatu masalah yang dapat dipecahkan dengan cara-cara itu. Negara-negara lain yang tidak tergabung dalam suatu blok, bisa memberi bantuan dalam hal ini! Kami tidak kurang pengalaman dan kepandaian untuk mengadakan pembicaraan-pembicaraan. Mungkin perantaraan kami dapat juga berharga. Mungkin kami dapat pula memberikan bantuan dalam mencari suatu penjelesaian. Mungkin – siapa tahu – kami dapat memperlihatkan kepada Tuan-tuan jalannya menuju kearah satu-satunya perlucutan senjata yang sesungguhnya, yaitu perlucutan senjata di dalam hati manusia, perlucutan ketidak percayaan dan kebencian manusia.

Tidak sesuatupun lebih mendesak daripada hal ini. Dan persoalan ini adalah demikian vital bagi seluruh umat manusia, sehingga seluruh ummat manusia harus dikut sertakan dalam pemecahannya. Saya kira pada saat ini kita boleh berkata, bahwa sebenarnya hanyalah desakan dan usaha dari negara-negara non blok akan memberikan hasil yang diperlukan seluruh dunia. Pembicaraan yang sungguh-sungguh tentang perlucutan senjata, di dalam rangka organisasi ini, dan didasarkan pada suatu harapan yang sungguh-sungguh akan suksesnya, adalah. yang essensiil sekarang ini.

Saya tekankan “dalam rangka organisasi ini”, karena hanya Majelis inilah yang mulai mendekati suatu cerminan yang sebenarnya dari dunia dimana kita hidup.

Renungkan, renungkan sejenak, apa yang mungkin terjadi jika kita dapat meletakkan suatu dasar bagi perlucutan senjata yang sejati. Ingatlah akan dana-dana yang sangat besar yang dapat digunakan untuk perbaikan dunia dimana kita hidup ini. Ingatlah akan daya gerak yang maha hebat yang dapat diberikan kepada perkembangan mereka yang kurang maju, sekalipun hanya sebagian saja dari anggaran belanja pertahanan dari Negara-Negara Besar disalurkan kearah itu. Ingatlah akan bertambahnya secara hebat kebahagiaan manusia, produktivitet manusia dan kesejahteraan manusia jika hal itu diselenggarakan.

Perlu saja tambahkan sesuatu lagi pada hal ini. Jika ada suatu immoralitet yang lebih besar daripada memperagakan senjata-senjata hidrogin, maka hal itu adalah melakukan percobaan-percobaan dengan senjata-senjata tersebut. Saya tahu bahwa ada suatu perbedaan pendapat ilmiah tentang akibat genetik daripada percobaan-percobaan itu. Akan tetapi perbedaan ini hanya mengenai jumlah korban-korban. Tentang adanya akibat genetik yang buruk terdapat persesuaian pendapat. Pernakah mereka yang mengesahkan percobaan-percobaan itu membayangkan akibat-akibat perbuatan mereka? Pernakah mereka melihat kepada anak-anak mereka sendiri dan merenungkan akibat-akibat itu? Pada dewasa ini percobaan-percobaan dengan senjata-senjata nuklir ditangguhkan, – perhatikan tidak dilarang, tetapi hanya ditangguhkan. Maka, marilah kita pergunakan kenyataan ini sebagai permulaan. Marilah kita pergunakan kenyataan ini sebagai dasar untuk melarang percobaan, dan kemudian untuk pelucutan senjata yang sungguh-sungguh.

Sebelum meninggalkan persoalan perlucutan senjata, saya hendak memberikan suatu ulasan lagi. Berbicara tentang perlucutan senjata memang baik. Tetapi berusaha dengan sungguh-sungguh menyusun suatu persetujuan perlucutan senjata akan lebih baik. Dan yang terbaik adalah pelaksanaan daripada persetujuan perlucutan senjata itu.

Akan tetapi marilah kita realistis. Bahkan pelaksanaan dari pada suatu persetujuan perlucutan senjatapun tidak akan merupakan jaminan bagi perdamaian didunia yang dalam kesengsaraan dan kesukaran. Perdamaian hanya akan datang, jika sebab-sebab ketegangan dan bentrokan disingkirkan.

Jika ada suatu sebab untuk bentrokan, maka manusia akan berjuang dengan bambu runcing, jika tidak terdapat senjata lain. Saya tahu oleh karena bangsa saya sendiri melakukannya dalam perjuangan kami untuk kemerdekaan. Kami telah berjuang dengan menggunakan pisau dan bambu runcing. Untuk mencapai perdamaian, kita harus menyingkirkan sebab-sebab ketegangan dan sebab-sebab bentrokan itu. Itulah sebabnya saya berbicara dari lubuk hati saya mengenai perlunya bekerja sama untuk menyebabkan matinya yang hina dari imperialisme.

Dimana terdapat imperialisme, dan dimana terdapat penyusunan kekuatan bersenjata yang serentak, maka keadaan memang berbahaya, Sekali lagi saya berbicara berdasarkan pengalaman. Begitulah keadaannya di Irian Barat. Begitulah keadaannya diseperlima wilayah nasional kami yang pada dewasa ini masih tetap membungkuk di bawah belenggu imperialisme.

Disanalah kami menghadapi imperialisme dan kekuatan bersenjata dari imperialisme. Diperbatasan daerah itu tentara kami berbicara di darat maupun di lautan. Kedua kekuatan bersenjata itu saling berhadapan, dan dapat saya katakan bahwa hal itu merupakan suatu keadaan yang eksplosif. Belum lama berselang tentara di Irian Barat yang masih muda serta tersesat itu dan yang membela suatu faham yang telah ketinggalan zaman, diperkuat dengan datangnya kapal induk Karel Doorman dari tanah airnya yang jauh itu. Maka saatitulah keadaan menjadi betul-betul berbahaya.

Kepala Staf Angkatan Darat Indonesia duduk dalam delegasi saya ini: Namanya Jenderal Nasution. Ia adalah prajurit profesional dan seorang perajurit yang ulung. Seperti halnya dengan anak buah yang dipimpinnya, dan seperti juga halnya dengan bangsa yang dibelanya, ia pertama-tama adalah seorang yang cinta damai. Tetapi lebih daripada itu, ia dan anak buahnya serta bangsa saya mengabdi untuk mempertahankan tanah air kami.

Kami telah berusaha untuk menyelesaikan masalah Irian Barat. Kami telah berusaha dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh kesabaran dan penuh toleransi dan penuh harapan. Kami telah berusaha untuk mengadakan perundingan-perundingan bilateral. Kami telah berusaha dengan sungguh-sungguh dan bertahun-tahun. Kami telah berusaha dan tetap berusaha. Kami telah berusaha menggunakan alat-alat Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Kekuatan pendapat dunia yang dinyatakan disini. Kami telah berusaha dan dalam hal inipun kami tetap berusaha.

Harapan lenyap; kesabaran hilang; bahkan toleransipun mencapai batasnya. Semuanya itu kini telah habis dan Belanda tidak memberikan alternatif lainnya kecuali memperkeras sikap kami. Jika mereka gagal untuk secara tepat menilai arus sejarah, maka kita tidaklah dapat dipersalahkan. Akan tetapi akibat dari pada kegagalan mereka ialah timbulnya ancaman terhadap perdamaian dan, sekali lagi, hal ini menyangkut pula Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Irian Barat merupakan pedang kolonial yang diancamkan terhadap Indonesia. Pedang ini diarahkan pada jantung kami, akan tetapi disamping itu mengancam pula perdamaian dunia.

Usaha-usaha kami dewasa ini yang sungguh-sungguh untuk mencapai penyelesaian dengan cara-cara kami sendiri, adalah bagian dari sumbangan kami kearah terjaminnya perdamaian dunia ini. Ini adalah bagian dari usaha kami untuk mengakhiri masalah dunia ini yang merupakan kejahatan yang usang. Usaha kami adalah usaha pembedahan yang sungguh-sungguh untuk menyingkirkan kanker imperialisme dari daerah di dunia, dimana kami hidup dan berada.

Saya katakan dengan segala kesungguhan bahwa keadaan di Irian Barat adalah keadaan yang berbahaya, suatu keadaan yang eksplosif, suatu hal yang merupakan sebab ketegangan dan suatu ancaman bagi perdamaian. Jenderal Nasution tidak bertanggung-jawab atas hal itu. Tentara kami tidak bertanggung jawab atas hal itu. Soekarno tidak bertanggung jawab atas hal itu. Indonesia tidak bertanggung jawab atas hal itu. Tidak! Ancaman terhadap perdamaian berasal langsung dari adanya imperialisme dan kolonialisrne itulah.

Singkirkan pengekangan terhadap kemerdekaan dan emansipasi, dan ancaman terhadap perdamaian akan lenyap. Tumbangkan imperialisme, dun segera dengan sendirinya dunia akan menjadi suatu tempat yang lebih bersih, suatu tempat yang lebih baik dari suatu tempat yang lebih aman.

Saya tahu bahwa jika saya kemukakan hal ini, banyak pikiran akan beralih kepada keadaan di Konggo. Tuan-tuan mungkin bertanya, bukankah imperialisme telah diusir dari Konggo dengan akibat bahwa didaerah itu sekarang terjadi persengketaan dan pertumpahan darah? Tidak demikian halnya! Keadaan di Konggo yang sangat disesalkan adalah langsung disebabkan oleh imperialisme, dan tidak disebabkan oleh berakhirnya imperialisme itu. Imperialisme berusaha untuk mempertahankan kedudukannya di Konggo; berusaha untuk dapat memutungkan dan melumpuhkan Negara baru itu. Itulah sebabnya Konggo berkobar.

Ya, di Konggo, terdapat penderitaan. Akan tetapi penderitaan itu merupakan kesakitan kelahiran dari kemajuan dan kemajuan yang eksplosif senantiasa membawa kesakitan. Mencabut sampai ke-akar-akarnya kepentingan nasional dun internasional yang sudah bercokol selalu menyebabkan kesakitan dun kegoncangan.

Kami mengetahuinya. Kami mengetahui pula dari pengalaman-pengalaman kami sendiri bahwa perkembangan itu sendiri menimbulkan pergolakan. Suatu bangsa yang sedang bergolak membutuhkan pimpinan dan bimbingan, dan akhirnya akan menghasilkan pimpinan serta bimbingannya sendiri.

Kami bangsa Indonesia berbicara berdasarkan pengalaman-pengalaman yang pahit. Masalah Konggo, yang merupakan masalah kolonialisme dan imperialisme, harus diselesaikan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang telah saya uraikan tadi. Konggo adalah Negara yang berdaulat. Hendaknya kedaulatan itu dihormati. Ingatlah kedaulatan Konggo tidak kurang daripada kedaulatan setiap bangsa yang diwakili dalam Majelis ini, dan kedaulatan ini harus dihormati secara sama.

Dalam soal-soal dalam negeri Konggo tidak boleh ada cumpur tangan dan sama sekali tidak boleh ada bantuan, baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi, untuk menghancurkan negara ini.

Ya, memang bangsa itu akan membuat kesalahan-kesalahan, kita semua membuat kesalahan-kesalahan dan kita semua belajar dari kesalahan-kesalahan. Ya, pergolakan akan timbul, akan tetapi itupun biarlah berlangsung, karena ini merupakan tanda bagi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Sampai mana pergolakan itu adalah soalnya bangsa itu sendiri.

Marilah kita, baik secara perseorangan, maupun secara bersama-sama, membantu disana apabila kita diminta oleh pemerintah yang sah dari bargsa itu. Akan tetapi tiap-tiap bantuan semacam itu harus jelas didasarkan atas kedaulatan Konggo yang tidak boleh diganggu-gugat.

Akhirnya, taruhlah kepercayaan pada bangsa itu! Mereka sedang mengalami masa percobaan yang besar dan sedang sangat menderita. Taruhlah kepercayaan pada mereka sebagai bangsa yang baru merdeka, dan mereka akan menemukan jalannya sendiri kearah penyelesaiannya sendiri daripada masalah-masalahnya sendiri.

Disini hendak saya kemukakan peringatan yang sangat serius. Banyak anggauta organisasi ini dan banyak pejabat organisasi ini mungkin tak begitu menyadari perbuatan-perbuatan imperialisme dan kolonialisme.

Mereka tak pernah mengalaminya; mereka tak mengenal keuletannya dan kebengisannya dan banyaknya mukanya, dan kejahatannya.

Kami dari Asia dan Afrika mengenalnya. Saya katakan pada Tuan-tuan: Janganlah bertindak sebagai alat yang tak tahu apa-apa dari imperialisme. Janganlah bertindak sebagai tangan kanan yang buta dari kolonialisme. Jika tuan bertindak demikian, maka tuan pasti akan membunuh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini, dan dengan begitu tuan akan.membunuh harapan dari berjuta-juta manusia, yang tiada terhitung itu dan mungkin tuan akan menyebabkan hari depan mati dalam kandungan.

Sebelum meninggalkan persoalan-persoalan ini, saya hendak, menyinggung pula suatu persoalan besar lain yang kira-kira sama sifatnya. Yang saya maksud ialah Aljazair. Disini terdapat suatu gambaran yang menyedihkan, dimana kedua belah fihak sedang berlumuran darah dan dihancurkan karena ketiadaan penyelesaian. Itu merupakan suatu tragedi!

Sudah jelas sekali bahwa rakyat Aljazaïr menghendaki kemerdekaan. Hal itu tidak dapat dibantah lagï. Andaikata tidak demikan, maka perjuangan yang lama dan pahit dan berdarah itu sudah akan berakhir bertahun-tahun yang lalu. Kehausan akan kemerdekaan serta ketabahan untuk memperoleh kemerdekaan itu merupakan faktor-faktor pokok dalam situasi ini.

Apa yang belum ditentukan, hanyalah betapa akrab dan selaras suatu kerjasama dihari depan dengan Perancis seharusnya. Kerjasama yang sangat akrab dan sangat selaras tidak akan sukar dicapai, bahkan pada taraf sekarang ini, meskipun barangkali ia akan bertambah sukar dicapainya dengan terus berlangsungnya perjuangan itu.

Maka, adakanlah suatu plebisit di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Aljazair untuk menentukan kehendak rakyat akan betapa akrab dan selaras hubungan-hubungan itu seharusnya. Plebesit itu hendaknya jangan mengenai soal kemerdekaan. Kemerdekaan itu sudah ditentukan dengan darah dan air mata dan pastilah akan berdiri suatu Aljazair yang merdeka.

Plebesit seperti yang saya sarankan, jika diselenggarakan dalam waktu singkat, akan merupakan jaminan yang terbaik bahwa antara Aljazair merdeka dan Perancis akan terdapat suatu kerjasama yang akrab dan baik untuk keuntungan bersama. Sekali lagi saya berbicara berdasarkan pengalaman. Indonesia tadinya tida kmengandung niat untuk merusak hubungan-hubungan yang erat dan selaras dengan Belanda. Akan tetapi, rupa-rupanya bahkan dewasa ini, seperti generasi-generasi yang sudah-sudah, pemerintah bangsa itu berpegang teguh pada “memberi terlalu sedikit dan meminta terlampau banyak”. Baru ketika hal itu tak tertahankan lagi, hubungan-hubungan tersebut diputuskan.

Ijinkanlah saya beralih kemasalah yang lebih luas tentang perang dan damai didunia kita ini. Yang pasti adalah bahwa negara-negara yang baru lahir dan yang dilahirkan kembali tidak merupakan ancaman terhadap perdamaian dunia. Kami tidak mempunyai ambisi-ambisi teritorial; kamipun tidak mempunyai tujuan-tujuan ekonomi yang tidak bisa disesuaikan. Ancaman terhap perdamaian tidak datang dari kami, tetapi malahan dari fihak negara-negara yang lebih tua, yang telah lama berdiri dan stabil itu.

O, ya, dinegara-negara kami terdapat pergolakan. Sebenarnya, pergolakan itu seakan-akan merupakan suatu fungsi dari jangka waktu pertama daripada kemerdekaan. Apakah itu mengherankan? Coba, marilah saya ambil contoh dari sejarah Amerika. Dalam satu generasi harus dialami Perang Kemerdekaan dan Perang Saudara antara Negara-Negara Bagian. Selanjutnya dalam generasi itu juga harus dialami timbulnya perserikatan-perserikatan buruh yang militant, – masa dari Internasional Workers of the World (I.W.W.), “Wobblies”. Harus pula dialami hijrah ke Barat. Harus pula dialami Revolusi Industri dan, ya, bahkan masa “pedagang-pedagang aktentas”. Harus pula diderita akibat orang-orang á la Benedict Arnold. Dan seperti sering saya katakan, kami desakkan banyak revolusi dalam satu revolusi dan banyak generasi dalam satu generasi.

Maka herankah Tuan-tuan jika terdapat pergolakan pada kami? Bagi kami hal itu adalah biasa dan kami telah menjadi biasa untuk menunggang angin pusar. Saya mengerti benar bahwa untuk orang luaran hal ini seringkali tampak seperti gambaran kekacauan dan kerusuhan dan rebut-merebut kekuasaan. Bagaimanapun juga pergolakan itu adalah merupakan urusan kami sendiri dan tidak merupakan suatu ancaman bagi siapapun, meskipun hal itu sering memberi kesempatan-kesempatan untuk mencampuri urusan kami.

Meskipun demikian, kepentingan-kepentingan yang bertentangan dari Negara-Negara Besar adalah soal lain: Dalam hal ini masalah-masalah dikaburkan oleh ancaman-ancaman dengan bom-bom hidrogin dan oleh diulang-ulanginya slogan-slogan lama yang telah usang.

Kami tak dapat mengabaikannya karena masalah-masalah itu mengancam kami. Toh; terlalu sering masalah-masalah tersebut nampak seakan-akan tidak sungguh. Dengan terus terang dan tanpa ragu-ragu hendak saya katakan kepada Tuan-tuan bahwa kami menempatkan hari-depan kami sendiri jauh di atas percekcokan-percekcokan di Eropah.

Ya, kami banyak belajar dari Eropah dan Amerika. Kami telah mempelajari sejarah Tuan-tuan dan penghidupan orang-orang besar dari bangsa tuan. Kami telah mengikuti contoh dari Tuan-tuan, bahkan kami telah berusaha melebihi Tuan-tuan. Kami berbicara dalam bahasa-bahasa Tuan-tuan dan membaca buku-buku tuan-tuan. Kami telah diilhami oleh Lincoln dan Lenin, oleh Cromwell dan Garibaldi. Dan memang masih banyak yang harus kami pelajari dari Tuan-tuan dibanyak bidang. Tetapi pada dewasa ini bidang-bidang yang kami harus pelajari lebih banyak lagi dari Tuan-tuan, adalah bidang teknik dan ilmiah, dan bukan faham-faham atau gerakan yang didiktekan oleh ideologi.

Di Asia dan Afrika pada dewasa ini masih hidup, masih berpikir, masih bertindak, mereka yang memimpin bangsanya kearah kemerdekaan, mereka yang mengembangkan teori-teori ekonomi yang agung dan membebaskan, mereka yang telah menumbangkan kelaliman, mereka yang mempersatukan bangsanya dan mereka yang menaklukkan perpecahan bangsanya.

Oleh karena itu dan memang selayaknya, kami dari Asia-Afrika saling mendekati untuk memperoleh bimbingan dan inspirasi dan kami mencari pada diri sendiri pengalaman dan kebijaksanaan yang telah terhimpun pada bangsa-bangsa kami.

Apakah Tuan-tuan tidak berpendapat bahwa Asia dan Afrika mungkin mempunyai suatu amanat dan suatu cara untuk seluruh dunia?

Ahli filsafah Inggeris Bertrand Russell yang ulung itulah yang pemah berkata bahwa ummat manusia sekarang terbagi dalam dua golongan. Yang satu menganut ajaran Declaration of American Independece dari Thomas Jefferson. Golongan lainnya menganut ajaran Manifesto Komunis.

Maafkan, Lord Russell, akan tetapi saya kira tuan melupakan sesuatu. Saya kira Tuan melupakan adanya lebih dari pada seribu juta rakyat, rakyat Asia dan Afrika, dan mungkin pula rakyat-rakyat Amerika Latin, yang tidak menganut ajaran Manifesto Komunis ataupun Declaration of Independence. Camkanlah, kami mengagumi kedua ajaran itu, dan kami telah banyak belajar dari keduanya itu dan kami telah diilhami, oleh keduanya itu.

Siapakah yang tidak akan dapat ilham dari kata-kata dan semangat Declaration of Independence itu! “Kami menganggap kebenaran-kebenaran ini sebagai suatu, yang tak dapat disangkal lagi : bahwa manusia diciptakan dengan hak-hak yang sama, bahwa mereka diberikan oleh AI Chalik hak-hak tertentu yang tak dapat diganggu-gugat, dan bahwa diantara hak-hak itu terdapat hak untuk hidup, hak kemerdekaan dan hak mengejar kebahagiaan”. Siapakah yang terlibat dalam perjuangan untuk kehidupan dan kemerdekaan nasional; tak akan diilhami! Dan sekali lagi, siapakah diantara kita, yang berjuang menegakkan suatu masyarakat, yang adil dan makmur diatas puing-puing kolonialisme, tak akan diilhami oleh bayangan kerjasarna dan perkembangan ekonomi yang dicetuskan oleh Marx dan Engels!

Sekarang telah terjadi suatu konfrontasi diantara kedua pandangan itu, dan konfrontasi itu membahayakan, tidak hanya untuk mereka yang berhadapan tetapi juga untuk bagian dunia lainnya.

Saya tidak dapat berbicara atas nama negara-negara Asia dan Afrika lainnya ? saya tidak diberi kuasa untuk itu, dan bagaiamanapun juga mereka sendiri cakap untuk mengemukakan pandangannya masing?masing. Akan tetapi saya diberi kuasa ? bahkan ditugaskan ? untuk berbicara atas nama bangsa saya yang berjumlah sembilan puluh dua juta itu.

Sepeirti saya katakan; kami telah membaca dan mernpelajari kedua dokumen yang pokok itu: Dari masing-masing dokumen itu banyak yang telah kami ambil dan kami buang apa yang tak berguna bagi kami, kami yang hidup dibenua Iain dan beberapa generasi kemudian. Kami telah mensintesekan apa yang kami perlukan dari kedua dokumen itu, dan ditinjau dari pengalaman serta dari pengetahuan kami sendiri, sintese itu telah kami saring dan kami sesuaikan.

Jadi, dengan minta maaf kepada Lord RusselI yang saya hormati sekali, dunia ini tidaklah seluruhnya terbagi dalam dua fihak seperti dikiranya.

Meskipun kami telah mengambil sarinya, dan meskipun kami telah mencoba mensintesekan kedua dokumen yang peting itu; kami tidak dipimpin oleh keduanya itu saja. Kami tidak mengikuti konsepsi liberal ataupun konsepsi komunis. Apa gunanya? Dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri tumbuhlah sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih sesuai, sesuatu yang jauh lebih cocok.

Arus sejarah memperlihatkan dengan nyata bahwa semua bangsa memerlukan sesuatu konsepsi dan cita-cita. Jika mereka tak memilikinya atau jika konsepsi dan cita-cita itu menjadi kabur dan usang, maka bangsa itu ada dalam bahaya. Sejarah Indonesia kami sendiri memperlihatkannya dengan jelas, dan demikian pula halnya dengan sejarah seluruh dunia.

"Sesuatu” itu kami namakan “Panca Sila”. Ya, “Panca Sila” atau Lima Sendi Negara kami. Lima Sendi itu tidaklah langsung berpangkal pada Manifesto Komunis ataupun Declaration of Independence. Memang, gagasan-gagasan dan cita?cita itu, mungkin sudah ada sejak berabad-abad telah terkandung dalam bangsa karni. Dan memang tidak mengherankan bahwa faham-faham mengenai kekuatan yang besar dan kejantanan itu telah timbul dalam bangsa kami selama dua ribu tahun peradaban kami dan selama berabad-abad kejayaan bangsa, sebelum imperialisme menenggelamkan kami pada suatu saat kelemahan nasional.

Jadi berbicara tentang Panca Sila dihadapan Tuan-tuan, saya mengemukakan intisari dari peradaban kami selama dua ribu tahun.

Apakah Lima Sendi itu? la sangat sederhana : pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, kedua Nasionalisme, ketiga Internasionalisme, ke-empat Demokrasi dan kelima Keadilan Sosial,

Perkenankanlah saya sakarang menguraikan sekedarnya tentang kelima pokok itu.

Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Bangsa saya meliputi orang-orang yang menganut berbagai macam agama. Ada yang Islam, ada yang Kristen ada yang Budha dan ada yang tidak menganut sesuatu agama. Meskipun demikian untuk delapan puluh lima persen dari sembilan puluh dua juta rakyat kami, bangsa Indonesia terdiri dari para pengikut Islam. Berpangkal pada kenyataan ini, dan mengingat akan berbeda-beda tetapi bersatunya bangsa kami, kami menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai yang paling utama dalam filsafah hidup kami. Bahkan mereka yang tidak percaya kepada Tuhanpun, karena toleransinya yang menjadi pembawaan, mengakui bahwa kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa merupakan karakteristik dari bangsanya, sehingga mereka menerima Sila pertama ini.

Kemudian sebagai nomor dua ialah Nasionalisme. Kekuatan yang membakar dari nasionalisme dan hasrat akan kemerdekaan mempertahankan hidup kami dan memberi kekuatan kepada kami sepanjang kegelapan penjajahan yang lama, dan selama berkobarnya pejuangan kemerdekaan. Dewasa ini kekuatan yang membakar itu masih tetap menyala-nyala didada kami dan tetap memberi kekuatan hidup kepada kami! Akan tetapi nasionalisme kami sekali-kali bukanlah Chauvinisme. Kami sekali-kali tidak menganggap diri kami lebih unggul dari bangsa-bangsa lain. Kami sekali-kali tidak pula berusaha untuk memaksakan kehendak kami kepada bangsa-bangsa lain. Saya mengetahui benar-benar bahwa istilah “nasionalisme” dicurigai, bahkan tidak dïpercayai di negara-negara Barat. Hal ini disebabkan karena Barat telah memperkosa dan memutar balikan nasionalisme. Padahal nasionalisme yang sejati masih tetap berkobar-kobar di negara-negara Barat. Jika tidak demikian, rnaka Barat tidak akan menantang dengan senjata chauvinisme Hitler yang agresif.

Tidakkah nasionalisme ? sebutlah jika mau, patriotisme – mempertahankan kelangsungan hidup semua bangsa? Siapa yang berani menyangkal bangsa, yang melahirkan dia? Siapa yang berani berpaling dari bangsa, yang menjadikan dia? Nasionalisme adalah mesin besar yang menggerakkan dan mengawasi semua kegiatan internasional kita; nasionalisme adalah sumber besar dan inspirasi agung dari kemerdekaan.

Nasionalisme kami di Asia dan Afrika tidaklah sama dengan yang terdapat pada sistem Negara-negara Barat. Di Barat, nasionalisme berkembang sebagai kekuatan yang agresif yang mencari ekspansi serta keuntungan bagi ekonomi nasionalnya. Nasionalisme di Barat adalah kakek dari imperialisme, yang bapaknya adalah Kapitalisme. Di Asia dan Afrika dan saya kira juga di Amerrka Latin, nasionalisme adalah gerakan pembebasan, suatu gerakan protes terhadap imperialisme dan kolonialisme, dan suatu jawaban terhadap penindasan nasionalisme-chauvinis yang bersumber di Eropah. Nasionalisme Asia dan Afrika serta Nasionalisme Amerika Latin tidak dapat ditinjau tanpa memperhatikan inti sosialnya.

Di Indonesia kami menganggap inti sosial itu sebagai pendorong untuk mencapai keadilan dan kemakmuran. Bukankah itu tujuan yang baik yang dapat diterima oleh semua orang? Saya tidak berbicara hanya tentang kami sendiri di Indonesia, juga tidak hanya tentang Saudara-saudara saya di Asia dan Afrika serta Amerika Latin. Saya berbicara tentang seluruh dunia. Masyarakat adil dan makmur dapat merupakan cita-cita dan tujuan semua orang.

Mahatma Gandhi pernah berkata: “Saya seorang nasionalis, akan tetapi nasionalisme saya adalah perikemanusiaan”. Kamipun berkata demikian. Kami nasionalis, kami cinta kepada bangsa kami dan kepada semua bangsa. Kami nasionalis karena kami percaya bahwa bangsa-bangsa adalah sangat penting bagi dunia dimasa sekarang ini, dan kami tetap demikian, sejauh mata dapat memandang kemasa depan. Karena kami nasionalis, maka kami mendukung dan menganjurkan nasionalisme dimana saja kami jumpainya.

Sila ketiga kami adalah Internasionalisme. Antara Nasionalisme dan Internasionalisme tidak ada perselisihan atau pertentangan. Memang benar, bahwa internasionalisme tidak akan dapat tumbuh dan berkembang selain diatas tanah yang subur dari nasionalisme. Bukankah Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa itu merupakan bukti yang nyata dari hal ini? Dahulu ada Liga Bangsa-Bangsa. Kini ada Perserikatan Bangsa-Bangsa. Nama-nama itu sendiri menunjukan bahwa bangsa-bangsa mengingini dan membutuhkan suatu badan internasional, dimana setiap bangsa mempunyai kedudukan yang sederajat. Internasionalisme sama sekali bukan kosmopolitanisme, yang merupakan penyangkalan terhadap nasionalisme, yang anti-nasional dan memang bertentangan dengan kenyataan.

Sila keempat adalah Demokrasi. Demokrasi bukanlah monopoli atau penemuan dari aturan sosial Barat. Lebih tegas, demokrasi tampaknya merupakan keadilan asli dari manusia, meskipun diubah untuk disesuaikan dengan kondisi-kondisi sosial yang khusus.

Selama beribu-ribu tahun dari peradaban Indonesia, kami telah mengembangkan bentuk-bentuk demokrasi Indonesia. Kami percaya bahwa bentuk-bentuk ini mempunyai pertalian dan arti internasional. Ini adalah soal saya bicarakan kemudian.

Akhirnya, Sila yang penghabisan dan yang terutama ialah Keadilan Sosial. Pada Keadilan Sosial ini kami rangkaikan kemakmuran sosial, karena kami menganggap kedua hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Benar, hanya suatu masyarakat yang makmur dapat merupakan masyarakat yang adil, meskipun kemakmuran itu sendiri bisa bersemayam dalam ketidak-adilan sosial.

Demikianlah Panca Sila kami. Ketuhanan Yang Maha Esa, Nasionalisme, Internasionalisme, Demokrasi dan Keadilan Sosial.

Tidaklah termasuk tugas saya hari ini untuk menguraikan bagaimana kami berusaha, dalam kehidupan dan urusan nasional kami, menggunakan dan melaksanakan Panca Sila. Jika saya menguraikan hal ini, maka ini akan mengganggu keramah-tamahan badan internasional ini.

Akan tetapi saya sungguh-sungguh percaya bahwa Panca Sila mengandung lebih banyak daripada arti nasional saja. Panca Sila mempunyai arti universal dan dapat digunakan secara internasional.

Tidak sorangpun akan membantah unsur kebenaran dalam pandangan yang dikemukakan oleh Bertrand Russell itu. Sebagian besar dari dunia telah terbagi menjadi golongan yang menerima gagasan dan prinsip-prinsip Declaration of American Independence dan golongan yang menerima gagasan dan prinsip-prinsip Manifesto Komunis. Mereka yang menerima gagasan yang satu menolak gagasan yang lain, dan terdapatlah bentrokan atas dasar ideologis maupun praktis.

Kita semuanya terancam oleh bentrokan ini dan kita merasa khawatir karena bentrokan ini. Apakah tidak ada sesuatu tindakan yang dapat diambil terhadap ancaman ini? Apakah hal ini harus berlangsung terus dari generasi ke generasi, dengan kemungkinan pada akhirnya akan meletus menjadi lautan api yang akan menelan kita semuanya? Apakah tidak ada suatu jalan keluar?

Jalan keluar harus ada. Jika tidak ada, maka semua musyawarah kita, semua harapan kita, semua perjuangan kita akan sia-sia belaka.

Kami bangsa Indonesia tidak bersedia bertopang dagu, sedangkan dunia menuju kejurang keruntuhannya. Kami tidak bersedia bahwa fajar cerah dari kemerdekaan kami diliputi oleh awan radio-aktif. Tidak satupun diantara bangsa-bangsa Asia atau Afrika akan bersedia menerima hal ini. Kami memikul pertanggungan jawab terhadap dunia, dan kami siap menerima serta memenuhi pertanggungan jawab itu. Jika itu berarti turut-campur dalam apa yang tadinya merupakan urusanurusan Negara-Negara Besar yang dijauhkan dari kami, maka kami akan bersedia melakukannya. Tidak ada bangsa Asia dan Afrika manapun juga yang akan menyingkiri tugas itu.

Bukankah jelas, bahwa bentrokan itu timbul terutama karena ketidak-samaan? Di dalam suatu bangsa, adanya yang kaya dan miskin, dan dihisap dan yang menghisap, menimbulkan bentrokan. Hilangkan penghisapan, dan bentrokan itu akan lenyap, karena sebab yang menimbulkan bentrokan itu telah tidak ada,

Diantara bangsa-bangsa, jika ada yang kaya dan yang miskin, yang menghisap dan dihisap, akan pula ada bentrokan. Hilangkan sebab yang menimbulkan bentrokan, dan bentrokan itu akan lenyap. Hal ini berlaku, baik internasional maupun didalam suatu bangsa. Dilenyapkannya imperialisme dan kolonialisme meniadakan penghisapan demikian daripada bangsa oleh bangsa.

Saya percaya, bahwa ada jalan keluar daripada konfrontasi ideologi-ideologi ini. Saya percaya bahwa jalan keluar itu terletak pada dipakainya Panca Sila secara universil !

Siapakah diantara Tuan-Tuan menolak Panca Sila? Apakah wakil-wakil yang terhormat dari Bangsa Amerika yang besar menolaknya? Apakah wakil-wakil yang terhormat dari bangsa Rusia yang besar menolaknya? Ataukan wakil-wakil yang terhormat dari Inggris atau Polandia, atau Perancis atau Cekoslowakia? Ataukah memang ada diantara mereka yang agaknya telah mengambil posisi yang statis dalam Perang Dingin antara gagasan-gagasan dan praktek-paktek, dan yang berusaha tetap berakar sedalam-dalamnya sedangkan dunia menghadapi kekacauan-kekacauan?

Lihatlah, lihatlah delegasi yang mendukung saya ! Delegasi itu bukan terdiri dari pegawai-pegawai negeri atau politikus-politikus profesional. Delegasi ini mewakili bangsa Indonesia. Dalam delegasi ini ada prajurit-prajurit. Mereka menerima Panca Sila, ada seorang ulama islam yang besar, yang merupakan soko guru bagi agamanya. Ia menerima Panca Sila. Selanjutnya da pemimpin Partai Komunis Indonesia yang kuat. Ia menerima Panca Sila. Seterusnya ada wakil-wakil dari Golongan-golongan Katolik dan Protestan, dari Partai Nasionalis dan organisasi-organisasi buruh dan tani, ada pula wanita-wanita, kaum cendekiawan dan pejabat-pejabat pemerintahan. Semuanya ya menerima Panca Sila.

Mereka bukannya menerima Panca Sila semata-mata sebagai konsepsi ideologi belaka, melainkan sebagai suatu pedoman yang praktis sekali untuk bertindak. Mereka diantara bangsa saya yang berusaha menjadi pepmimpin tetapi menolak Panca Sila, ditolak pula oleh bangsa Indonesia.

Bagaimanakah penggunaan secara internasional daripada Panca Sila? Bagaimana Panca Sila itu dapat dipraktekan? Marilah kita tinjau kelima pokok itu satu demi satu.

Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Tidak seorangpun yang menerima Declaration Of American Independence sebagai pedoman untuk hidup dan bertindak, akan menyangkalnya. Begitu pula tidak ada seorang pengikutpun dari Manifesto Komunis, dalam forum internasional ini akan menyangkal hak dan untuk percaya kepada Yang Maha Kuasa. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini, saya persilahkan Tuan-tuan yang terhormat bertanya kepada tuan Aidit, ketua Partai Komunis Indonesia, yang duduk dalam Delegasi saya yang menerima sepenuhnya baik Manifesto Komunis mapun Panca Sila.

Kedua : Nasionalisme. Kita semua adalah wakil-wakil bangsa-bangsa. Bagaimana kita akan dapat menolak nasionalisme? Jika kita menolak nasionalisme, maka kita harus menolak kebangsaan kita sendiri dan menolak pengorbanan-pengorbanan yang telah diberikan oleh generasi-generasi. Akan tetapi saya peringatkan Tuan-tuan : jika Tuan-tuan menerima prinsip nasionalisme, maka Tuan-tuan harus menolak imperialisme. Tetapi pada peringatan itu saya ingin menambahkan peringatan lagi : Jika Tuan-tuan menolak imperialisme, maka secara otomatis dan dengan segera Tuan-tuan lenyapkan dari dunia yang dalam kesukaran ini sebab terbesar yang menimbulkan ketegangan dan bentrokan.

Ketiga : Internasionalisme. Apakah perlu untuk berbicara dengan panjang lebar mengenai internasionalisme dalam badan in ternasional ini? Tentu tidak ! Jika bangsa-bangsa kita tidak “Internationally minded”, maka bangsa-bangsa itu tidak akan menjadi anggauta organisasi ini. Akan tetapi, internasionalisme yang sejati tidak selalu terdapat disini. Saya menyesal harus mengatakan demikian, akan tetapi hal ini adalah suatu kenyataan. Terlalu sering perserikatan bangsa-bangsa dipergunakan sebagai forum untuk tujuan-tujuan nasional yang sempit atau tujuan-tujuan golongan saja. Terlalu sering pula tujuan-tujuan yang agung dan cita-cita yang luhur dari piagam kita dikaburkan oleh usaha untuk mencari keuntungan nasional atau prestige nasional. Internasionalisme yang sejati harus didasarkan atas persamaan kehormatan, persamaan penghargaan dan atas dasar penggunaan secara praktis dari pada kebenaran, bahwa semua orang adalah saudara. Untuk mengutip piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa – dokumen yang sering kali dilupakan orang itu – internasionalisme itu harus “meneguhkan kembali keyakinan ……berdasarkan hak-hak-yang sama bagi …… bangsa-bangsa, baik besar maupun kecil”.

Akhirnya, dan sekali lagi, internasionalisme akan berarti berakhirnya imperialisme dan kolonialisme, sehingga dengan demikian berakhirnya banyak bahaya dan ketegangan.

Keempat : Demokrasi. Bagi kami bangsa Indonesia, demokrasi mengandung tiga unsur yang pkok. Demokrasi mengandung pertama-tama prinsip yang kami sebut Mufakat yakni : kebulatan pendapat. Kedua, demokrasi mengandung prinsip Perwakilan.

Akhirnya demokrasi mengandung, bagi kami, prinsip musyawarah. Ya, demokrasi Indonesia mengandung ketiga prinsip itu, yakni : mufakat, perwakilan dan musyawarah antara wakil-wakil.

Perhatikanlah. Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini adalah organisasi dari bangsa-bangsa yang sederajat, organisasi dari negara-negara yang merupakan kedaulatn yang sederajat, kemerdekaan yang sederajat dan rasa bangga yang sederajat tentang kedaulatan serta kemerdekaan. Satu-satunya cara bagi organisasi ini untuk dapat menjalankan fungsinya secara memuaskan, ialah dengan jalan mufakat yang diperoleh dalam musyawarah. Musyawarah harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga, tidak ada saingan antara pendapat-pendapat yang bertentangan, tïdak ada resolusi-resolusi dan resolusi-resolusi balasan, tidak ada pemihakan-pemihakan, melainkan hanya usaha yang teguh untuk mencari dasar umum dalarn memecahkan sesuatu masalah. Dari musyawarah semacam ini timbullah permufakatan, suatu kebulatan pendapat, yang lebih kuat dari pada suatu resolusi yang dipaksakan melalui jumlah suara mayoritet, suatu resolusi yang mungkin tidak diterima, atau yang mungkin tidak disukai oleh minoritet.

Apakah saya berbicara idealistis? Apakah saya memimpikan dunia yang ideal dan romantis?

Tidak ! Kedua kaki saya dengan teguh berpijak ditanah ! Betul saya menengadah kelangit untuk mendapatkan inspirasi akan tetapi pikiran saya tidak berada diawang-awang. Saya tegaskan bahwa cara-cara musyawarah demikian ini dapat dïlaksanakan. Cara-cara itu bagi kami dapat dijalankan. Cara-cara itu dapat dijalankan dalam D.P.R. kami, cara-cara itu dapat dijalankan dalam D.P.A. kami, cara-cara itu dapat dijalankan dalam Kabinet kami.

Cara musyawarah ini dapat dijalankan, karena wakil-wakil bangsa kami berkeinginan agar cara-cara itu dapat berjalan. Kaum Komunis menginginkannya, kaum nasionalïs menginginkannya, golongan Islam menginginkannya, dan golongan Kristen menginginkannya. Tentara menginginkannya, baik warga kota maupun rakyat di desa-desa yang terpencil menginginkannya, kaum cendekiawan menginginkannya dan orang yang berusaha dengan sekuat tenaga memberantas buta huruf menginginkannya. Semua menginginkannya, karena semuanya menginginkannya tercapainya tujuan jelas dari Panca Sila, dan tujuan yang jelas itu ialah masyarakat adil dan makmur.

Tuan-tuan boleh berkata: “Ya, kita akan menerima kata-kata Presiden Soekaro dan kita akan menerima bukti-bukti yang kita lihat dalam susunan delegasinya di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari ini, akan tetapi kita adalah kaum realis dalam dunia yang kejam. Cara satu-satunya untuk menyelenggarakan pertemuan internasional ialah cara yang dipergunakan dalam menyelenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yaitu dengan resolusi-resolusi, amandemen-amandemen, suara-suara mayoritet dan minoritet”.

Perkenankanlah saya menegaskan sesuatu. Kami tahu dari pengalaman yang sama pahitnya, sama praktisnya dan sama realistisnya, bahwa cara-cara musyawarah kami dapat pula diselenggarakan dibidang intrnmasional. Dibidang itu cara-cara itu berjalan sama baiknya seperti dibidang nasional.

Seperti Tuan-tuan ketahui, belum begitu lama berselang, wakil-wakil dari dua puluh sembilan bangsa-bangsa dari Asia dan Afrika berkumpul di Bandung. Pemimpin-pemimpin bangsa-bangsa itu bukan pemimpin pengelamun yang tidak praktis. Jauh dari itu! Mereka adalah pemimpin-pemimpin yang keras dan realistïs dari rakyat dan bangsa-bangsa, sebagian besar diantara mereka lulus dari perjuangan kemerdekaan nasional, semuanya mengetahui benar akan realitet-realitet dari pada kehidupan serta kepemimpinan baik politik maupun internasional.

Mereka mempunyai pandangan politik yang berbeda-beda, dari ekstrim kanan sampai ekstrim kiri.

Banyak orang dinegara-negara barat tidak dapat percaya bahwa konperensi semacam itu dapat menghasilkan sesuatu yang berguna. Banyak orang bahkan berpendapat bahwa konperensi itu akan bubar dalam keadaan kacau dan saling tuduh-menuduh, terpecah-belah di atas karang perbedaan faham politik.

Konperensi Asia-Afrika diselenggarakan dengan cara-cara musyawarah.

Dalam konperensi itu tidak terdapat mayoritet dan minoritet. Tidak pula diadakan pemungutan suara. Dalam konperensi itu hanya terdapat musyawarah dan keinginan umum untuk mencapai persetujuan. Konperensi itu menghasilkan komunike yang dibuat dengan suara bulat, komunike yang merupakan salah suatu yang terpenting dalam windu ini atau mungkin salah satu dokumen yang terpenting dalam sejarah.

Apakah Tuan-tuan masih sangsi terhadap faedah dan efisiensi daripada cara musyawarah semacam itu?

Saya yakin bahwa pemakaian dengan tulus ikhlas dari cara-cara musyawarah demikian ini, akan mempermudah pekerjaan organisasi internasional ini. Ya, berangkali cara ini akan memungkinkan pekerjaan yang sebenarnya dari organisasi ini. Cara musyawarah ini akan menunjukkan jalan untuk menyelesaikan banyak masalah-masalah yang makin bertumpuk-tumpuk bertahun-tahun. Cara musyawarah ini akan memungkinkan terselesaikannya masalah-masalah yang tampaknya tidak terpecahkan.

Dan saya minta dengan hormat, hendaknya Tuan-tuan ingat bahwa sejarah memperlakukan mereka yang gagal tanpa mengenal ampun.

Siapakah yang sekarang ini ingat kepada mereka yang membanting-tulang dalam Liga Bangsa-Bangsa? Kita hanya ingat kepada mereka yang telah menghancurkan suatu organisasi negara-negara dari sebagian dunia saja. Kita tidak bersedia bertopang dagu dan melihat organisasi ini, organisasi kita sendiri, dihancurkan karena tidak flexible, atau karena lambat menyambut keadaan dunia yang berobah.

Apakah tidak patut dicoba? Jika Tuan-tuan berpendapat tidak, maka Tuan-tuan harus bersedia untuk mempertanggung jawabkan keputusan Tuan-tuan dihadapan mahkamah sejarah.

Akhirnya, di dalam Panca Sila terkandung Keadilan Sosial. Untuk dapat dilaksanakan di bidang internasional, mungkin hal ini akan menjadi keadilan sosial internasional. Sekali lagi, menerima prinsip ini akan berarti menolak kolonialisme dan imperialisme.

Selanjutnya, diterimanya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa keadilan sosial sebagai suatu tujuan, akan berarti diterimanya pertanggungan jawab dan kewajiban-kewajiban tertentu.

Ini akan berarti usaha yang tegas dan berpadu untuk mengakhiri banyak dari kejahatan-kejahatan sosial, yang menyusahkan dunia kita. Ini akan berarti bahwa bantuan kepada negara-negara yang belum maju dan bangsa-bangsa yang kurang beruntung akan disingkirkan dari suasana Perang Dingin. Ini akan berarti pula pengakuan yang praktis bahwa semua orang adalah saudara dan bahwa sernua orang mempunyai tanggung-jawab terhadap saudaranya.

Apakah ini bukan tujuan yang mulia! Apakah ada yang berani menyangkal kemuliaan dan keadilan daripada tujuan ini? Jika ada yang berani menyangkalnya, maka suruhlah ia menghadapi kenyataan! Suruh ia menghadapi si-lapar, suruh ia menghadapi sibuta huruf, suruh ia mengahapi si-sakit dan suruhlah ia kemudian membenarkan sangkalannya!

Perkenankanlan saya sekali lagi mengulangi lima sila itu. Ketuhanan Yang Maha Esa; Nasionalisme; Internasionalisme; Demokrasi; Keadilan Sosial.

Marilah kita selidiki apakah hal-hal itu sebenarnya merupakan suatu sintese yang dapat diterima oleh kita semua. Marilah kita bertanya pada diri sendiri, apakah penerimaan prinsip-prinsip itu akan memberikan suatu pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh organisasi ini.

Benar, Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak hanya terdiri dari pada piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa saja. Meskipun demikian, dokumen yang bersejarah itu tetap merupakan bintang pembimbing dan ilham organisasi ini.

Dalam banyak hal piagam mencerrninkan konstelasi politik dan kekuatan dari pada saat dilahirkannya. Dalam banyak hal piagam itu tidak mencerminkan kenyataan?kenyataan masa sekarang.

Oleh karena itu rnarilah kita pertimbangkan apakah lima sila yang telah saya kemukakan, dapat memperkuat dan memperbaiki piagam kita.

Saya yakin, ya, saya yakin seyakin-yakinnya bahwa diterimanya kelima prinsip itu dan dicantumkannya dalam piagam, akan sangat memperkuat Perserikatan Bangsa-Bangsa. Saja yakin, bahwa Panca Sila akan menempatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa sejajar dengan perkembangan terakhir dari dunia. Saya yakin bahwa Panca Sila akan memungkinkan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menghadapi hari kemudian dengan kesegaran dan kepercayaan. Akhirnya, saya yakin bahwa diterimanya Panca Sila sebagai dasar piagam, akan menyebabkan piagam ini dapat diterima lebih ikhlas oleh semua anggauta, baik yang lama maupun yang baru.

Saya akan ajukan satu soal lagi dalam hubungan ini. Adalah suatu kehormatan besar bagi suatu negara bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa berkedudukan di dalam wilayahnya. Kita semua benar-benar bersyukur bahwa Amerika Serikat telah memberi tempat yang tetap bagi Orgasisasi kita. Tetapi, mungkin dapat dipersoalkan apakah itu memang tepat.

Dengan segala hormat, saya kemukakan bahwa ia mungkin tidak tepat. Bahwasanya kedudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa berada dalam wilayah salah satu negara yang terkemuka dalam Perang Dingin, berarti Perang Dingin telah merembes bahkan sampai kepekerjaan dan administrasi serta rumah-tangga Organisasi kita ini. Sedemikian luasnya perembesan itu, sehingga hadirnya pemimpin sesuatu bangsa yang besar dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa ini saja sudah menjadi persoalan Perang Dingin dan senjata Perang Dingin, serta alat untuk mempertajam cara kehidupan yang berbahaya serta yang sia-sia itu.

Marilah kita tinjau apakah tempat kedudukan Organisasi kita tidak perlu dipindahkan dari suasana Perang Dingin. Marilah kita tinjau apakah Asia atau Afrika atau Jenewa akan dapat memberi tempat yang permanen kepada kita, yang jauh dari Perang Dingin, tidak terikat pada salah suatu blok dan dimana para Delegasi dapat bergerak dengan leluasa dan bebas sekehendak mereka.

Dengan demikian, mungkin akan diperoleh pengertian yang lebih luas tentang dunia dan masalah-masalahnya.

Saya yakin, bahwa suatu negara Asia atau Afrika, mengingat akan keyakinan dan kepercayaannya, dengan senang akan mengunjukkan kemurahan hatinya kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa, mungkin dengan menyediakan suatu daerah yang cukup luas, dimana Organisasi itu sendiri akan berdaulat dan dimana perundirgan-perundingan yang penting bagi pekerjaan vital itu dapat dilaksanakan secara aman dan dalam suasana persaudaraan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak lagi merupakan badan seperti yang menandatangani Piagam lima belas tahun yang lalu. Dunia inipun tidak sama dengan yang dahulu. Mereka yang dengan kebijaksanaan berjerih-payah untuk menghasilkan Piagam Organisasi ini, tidak dapat menyangka akan terjelmanya bentuk yang sekarang ini. Diantara orang-orang yang bijaksana dan jauh pandangannya itu, hanya beberapa yang sadar, bahwa akhir imperialisme sudah tampak dan bahwa bila Organisasi ini harus hidup terus, maka ia mesti memberi kemungkinan kepada bangsa-bangsa yang lahir kembali untuk masuk beramai-ramai, berduyun-duyun dan bersemangat.

Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa seharusnya ialah memecahkan masalah-masalah. Untuk menggunakannya sebagai forum perdebatan belaka, atau sebagai saluran propaganda, atau sebagai sambungan dari politik dalam negeri, berarti memutar-balikkan cita-cita mulia yang seharusnya meresap di dalam badan ini.

Pergolakan-pergolakan kolonial, perkembangan yang cepat dari daerah-daerah yang belum maju di lapangan teknis, dan masalah perlucutan senjata, semuanya merupakan masalah-masalah yang tepat dan mendesak untuk kita pertimbangkan dan musyawarahkan. Akan tetapi, telah menjadi jelas, bahwa masalah-masalah yang vital ini tidak dapat dibicarakan secara memuaskan oleh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sekarang ini. Sejarah badan ini menunjukkan kebenaran yang menyedihkan dan yang jelas daripada apa yang telah saya katakan.

Sungguh tidak mengherankan bahwa demikianlah jadinya. Kenyataannya ialah bahwa Organisasi kita mencerminkan dunia tahun Sembilanbelas Empatpuluh Lima, dan bukan dunia zaman sekarang. Demikianlah halnya dengan semua badan-badannya – kecuali satu-satunya Majelis yang agung ini – dan dengan semua Lembaga-lembaganya.

Organisasi dan keanggautaan Dewan Keamanan – badan yang terpenting itu – mencerminkan peta ekonomi, militer dan kekuatan daripada dunia tahun Sembilanbelas Empatpuluh Lima, ketika Organisasi ini dilahirkan dari inspirasi dan angan-angan yang besar. Demikian pula halnya dengan sebagian besar daripada Lembaga-lembaga lainya. Mereka itu tidak mencerminkan bangkitnya negara-negara Sosialis ataupun berkembangnya dengan cepat kemerdekaan Asia dan Afrika.

Untuk memodernisir dan membuat efisien Organisasi kita, barangkali juga Sekretariat di bawah pimpinan Sekretaris Jenderalnya, mungkin membutuhkan peninjauan kembali. Dengan mengatakan demikian, saya tidak – sama sekali tidak – mengeritik atau mencela dengan cara apapun Sekretaris Jenderal yang sekarang, yang senantiasa berusaha, dalam keadaan-keadaan yang tak dapat diterima lagi, melakukan tugasnya dengan baik, yang kadang-kadang tampaknya tidak mungkin dilaksanakan.

Jadi, bagaimanakah mereka bisa efisien? Bagaimanakah anggauta-anggauta kedua golongan dalam dunia ini – yakni golongan-golongan yang merupakan suatu kenyataan dan yang harus diterima – bagaimanakah anggauta-anggauta kedua golongan itu bisa merasa tenang di dalam Organisasi ini dan mempunyai kepercayaan penuh yang diperlukan terhadapnya.

Sejak perang kita telah menyaksikan tiga gejala-gejala besar yang permanen.

Pertama ialah bangkitnya negara-negara sosialis. Hal ini tidak disangka dalam tahun Sembilanbelas Empatpuluh Lima. Kedua ialah gelombang besar daripada pembebasan nasional dan emansipasi ekonomi yang melanda Asia dan Afrika serta Saudara-saudara kita di Amerika Latin. Saya kira bahwa hanya kita, yang langsung terlibat di dalamnya, dapat menduganya. Ketiga ialah kemajuan ilmiah besar, yang semua bergerak dilapangan persenjataan dan peperangan, akan tetapi yang dewasa ini berpindah kelapangan rintangan dan perbatasan ruang angkasa. Siapakah yang dapat meramalkannya ketika itu?

Benar, Piagam kita dapat dirubah. Saya menyadari, bahwa ada prosedure untuk melakukan hal ini dan akan tiba waktunya ini dapat dilakukan. Akan tetapi persoalan ini mendesak. Hal ini mungkin merupakan persoalan mati atau hidup bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Janganlah sampai pandangan legalistik yang picik dapat menghalangi dikerjakannya usaha itu dengan segera.

Adalah sama pentingnya bahwa pembagian kursi dalam Dewan Keamanan dan badan-badan serta lembaga-lembaga lainnya harus dirobah. Dalam hal ini saya tidak berpikir dalam istilah blok-blokan, tetapi saya memikirkan betapa sangat perlunya Piagam dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, dari badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Sekretariat Perserikauan Bangsa-Bangsa, semuanya itu mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari dunia kita sekarang ini.

Kami dan Indonesia memandang organisasi ini dengan harapan yang besar, tetapi juga dengan kekhawatiran yang besar. Kami memandangnya dengan harapan besar, karena pernah berfaedah bagi kami dalam perjuangan untuk kehidupan nasional kami. Kami memandanginya dengan harapan besar, karena kami percaya bahwa hanya organisasi semacam inilah dapat memberikan rangka bagi dunia yang sehat dan aman sebagaimana kami rindukan.

Kami memandanginya dengan kekhawatiran besar, karena kami telah mengajukan suatu masalah nasional yang besar, masalah Irian Barat, kehadapan Majelis ini, dan tiada suatu penyelesaian dapat dicapai. Kami memandanginya dengan kekhawatiran, karena Negara-Negara Besar di dunia telah memasukkan permainan Perang Dingin mereka yang berbahaya itu ke dalam ruangan-ruangannya.

Kami memandanginya, dengan kekhawatiran, kalau-kalau Majelis ini akan menemui kegagalan dan akan mengikuti jejak organisasi yang digantikannya, dan dengan demikian melenyapnya dari pandangan mata ummat manusia suatu gambaran daripada suatu masa depan yang aman dan bersatu.

Marilah kita hadapi kenyataan bahwa Qrganisasi ini, dengan cara-cara yang dipergunakannya sekarang in dan dalam bentuknya sekarang, adalah suatu hasil sistem Negara Barat. Maafkan saya, tetapi saya tidak dapat menjunjung tinggi sistim itu. Bahkan saya tidak dapat memandanginya dengan rasa kasih, meskipun saya sangat menghargainya.

Imperialisme dan kolonialisme adalah buah dari sistem negara Barat itu, dan seperasaan dengan mayoriteit yang luas dari pada Organisasi ini, saya benci pada imperialisme, saya jijik pada kolonialisme, dan saya khawatir akan akibat-akibat perjuangan hidupnya yang terakhir yang dilakukan dengan sengitnya. Dua kali didalam masa hidup saya sendiri sistim Negara Barat itu telah merobek-robek dirinya sendiri dan pernah hampir saja menghancurkan dunia dalam suatu bentrokan yang sengit.

Herankah Tuan-tuan, bahwa banyak diantara kami memandang Organisasi yang juga merupakan hasil sistim Negara Barat itu dengan penuh pertanyaan? Janganlah Tuan-tuan salah mengerti. Kami menghormati dan mengagumi sistim telah di-ilhami oleh kata-kata Lincoln dan Lenin, oleh perbuatan-perbuatan Washington dan oleh perbuatan-perbuatan Garibaldi. Bahkan, mungkin, kami melihat dengan irihati kepada beberapa diantara hasil-hasil fisik yang dicapai oleh Barat. Tetapi kami bertekad bahwa bangsa-bangsa kami, dan dunia sebagai keseluruhan, tidak akan menjadi permainan dari satu bagian kecil dari dunia.

Kami tidak berusaha mempertahankan dunia yang kami kenal, kami berusaha membangun suatu dunia yang baru, yang lebih baik !

Kami berusaha membangun suatu dunia yang sehat dan aman. Kami berusaha membangun suatu dunia, dimana setiap orang dapat hidup dalam suasana damai. Kami berusaha membangun suatu dunia, dimana terdapat keadilan dan kemakmuran untuk semua orang. Kami berusaha membangun suatu dunia, dimana kemanusiaan dapat mencapai kejayaannya yang penuh.

Telah dikatakan bahwa kita hidup di tengah-tengah suatu Revolusi Harapan Yang Meningkat. Ini tidak benar ! Kita hidup di tengah-tengah Revolusi Tuntutan Yang Meningkat. Mereka yang dahulunya tanpa kemerdekaan, kini menuntut kemerdekaan. Mereka yang dahulunya tanpa suara, kini menuntut, agar suaranya di dengar.

Mereka yang dahulunya kelaparan, kini menuntut beras, banyak-banyak dan setiap hari. Mereka yang dahulunya buta huruf, kini menuntut pendidikan.

Seluruh dunia ini merupakan suatu sumber-sumber tenaga Revolusi yang besar, suatu gudang mesiu revolusioner yang besar.

Tidak kurang dari tiga-perempat ummat manusia terlibat di dalam Revolusi Tuntutan Yang Meningkat, dan inï adalah Revolusi Maha hebat sejak manusia untuk pertama kalinya berjalan dengan tegak disuatu dunia yang murni dan menyenangkan.

Berhasil atau gagalnya Organisasi ini akan dinilai dari hubungannya dengan Revolusi Tuntutan Yang Meningkat itu. Generasi-generasi yang akan datang akan memuji atau mengutuk kita atas jawaban kita terhadap tantangan ini.

Kita tidak berani gagal. Kita tidak berani membelakangi sejarah. Jika kita berani, kita sungguh tidak akan tertolong lagi. Bangsa saya bertekad tidak akan gagal. Saya tidak berbicara kepada Tuan-tuan karena lemah, saya berbicara karena kuat. Saya sampaikan kepada Tuan-tuan dalam dari sembilan puluhdua juta rakyat dan saya sampaikan kepada Tuan-tuan tuntutan bangsa itu. Kita mempunyai kesempatan untuk bersama-sama membangun suatu dunia yang lebih baik, suatu dunia yang lebih aman. Kesempatan ini mungkin tidak akan ada lagi. Maka peganglah, genggamlah kuat-kuat, dan pergunakanlah kesempatan itu.

Tidak seorangpun yang mempunyai kemauan baik dan kepribadian, akan menolak harapan-harapan dan keyakinan-keyakinan yang telah saya kemukakan atas nama bangsa saya, dan sesungguhnya atas nama seluruh ummat manusia. Maka marilah kita berusaha, sekarang juga dengan tidak menunda lagi, mewujudkan harapan-harapan itu menjadi kenyataan.

Sebagai suatu langkah yang praktis kearah ini, maka merupakan kehormatan dan tugas bagi saya untuk menyampaikan suatu Rancangan Resolusi kepada Majelis Umum ini.

Atas nama Delegasi-Delegasi Ghana, India, Republik Persatuan Arab, Yugoslavia dan Indonesia, saya sampaikan dengan ini resolusi sebagai berikut :

"MAJELIS UMUM,

"MERASA SANGAT CEMAS berkenaan dengan memburuknya hubungan-hubungan internasional akhir-akhir ini, yang mengancam dunia dengan konsekwensi-konsekwensi berat;

"MENYADARI harapan besar dari dunia ini bahwa Majelis ini akan membantu dalam menolong mempersiapkan jalan kearah keredaan ketegangan dunia;

"MENYADARI tanggung jawab yang berat dan mendesak yang terletak di atas bahu Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk mengambil inisiatif dalam usaha-usaha yang dapat membantu;

"Minta sebagai langkah pertama yang mendesak, agar Presiden Amerika Seríkat dan Ketua Dewan Menteri Republik-Republik Sovyet Sosialis memulai kembali kontak-kontak mereka yang telah terputus baru-baru ini, sehingga kesediaan yang telah mereka nyatakan untuk mencari dengan perundingan-perundingan pemecahan masalah-masalah yang terkatung-katung dapat dilaksanakan secara progresif”.

Tuan Ketua, perkenankanlah saya memohon, atas nama Delegasi-Delegasi kelima negara tersebut di atas, supaya resolusi ini mendapat pertimbangan Tuan yang segera. Sepucuk surat dengan maksud itu, ditandatangani oleh para Ketua Delegasi-Delegasi dari Ghana, India, Republik Persatuan Arab, Yugoslavia dan Indonesia, telah disampaikan kepada Sekretariat.

Saya sampaikan Rancangan Resolusi ini atas nama kelima Delegasi itu dan atas nama jutaan rakyat yang hidup di negara-negara itu.

Menerima Resolusi ini merupakan suatu langkah yang mungkin dan langsung dapat diselenggarakan. Maka hendaknya Majelis Umum ini menerima Resolusi ini secepat-cepatnya. Marilah kita mengambil langkah praktis itu kearah peredaan ketegangan dunia yang membahayakan. Marilah kita menerima Resolusi ini dengan suara bulat, sehingga segenap tekanan dari kepentingan dunia dapat dirasakan. Marilah kita mengambil langkah pertama ini, dan marilah kita bertekad untuk melanjutkan kegiatan dan desakan kita sampai tercapainya dunia yang lebih baik dan lebih aman seperti yang kita bayangkan.

Ingatlah apa yang telah terjadi sebelumnya. Ingatlah akan perjuangan dan pengorbanan yang dialami oleh kami, anggauta-anggauta baru dari Organisasi ini. Ingatlah bahwa usaha keras kita telah disebabkan dan diperpanjang oleh penolakan dasar-dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami bertekad agar hal ini tidak akan terjadi lagi.

Bangunlah dunia ini kembali! Bangunlah dunia ini kokoh dan kuat dan sehat! Bangunlah suatu dunia dimana semua bangsa hidup dalam dunia damai dan persaudaraan. Bangunlah dunia yang sesuai dengan impian dan cita-cita ummat manusia. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau, karena fajar sedang menyingsing. Putuskan sekarang hubungan dengan masa-lampau, sehingga kita bisa mempertanggung jawabkan diri terhadap masa depan.

Saya memanjatkan do’a hendaknya Yang Maha Kuasa memberi Rachmat dan Bimbingan kepada permusyawaratan Majelis ini.

Terima kasih!

 ============================================================================

Translate : Google (NOT EDITED YET)

Speech of the President of the Republic of Indonesia Prepaid General Assembly toXV dated 30 9月 1960

氏. Speaker, Your Honor, the Envoy and Deputy respectable,
Today, in a speech to the General Assembly of the United Nations, I was depressed by a sense of great responsibility. I am humbled to speak before the meeting mightier than statesmen wise and experienced from the east and west, from the north and from the south, from the nations of the old and the young nations of the new nations bounced back from sleep long.

I have prayed the prayer to Almighty God that my tongue could find the right words to express the feelings of my heart, and I also pray that these words will resonate in their hearts to hear it.
I am delighted to congratulate Mr. Chairman on his appointment to the high office and constructive. I also feel delighted to convey on behalf of the nation I extend a very cordial welcome to the new member of the Armed sixteenth Perserikata Nations.

Islamic scripture mandates something to us at this time. The Koran says: “O, all people, in fact I have made you all of a man and a woman, that you nation-nations and tribes so that you all know-know each other. Behold the nobler among you all, is a more godly to Me “.
And also Bible Christianity beramanat on us. “All glory to God in place of the Most High, and on earth peace among those who diperkenanNya”.

I really felt very touched my eyes off the Assembly. Here is the proof of the truth of the struggle that runs generations. Here is the proof, that the sacrifice and suffering has reached its destination. Here is the proof, that justice comes into force, and that some great evil is to be removed.
Furthermore, pulling off my view to this Assembly, my heart was filled with a great joy and great. Clearly visible in the eyes of my dawning of a new day, and the sun of freedom and emancipation, the sun long we dream, has been published in Asia and Africa.

Now, 今日, just talking in front of the leaders of the nations, and the builders of nations. However, indirectly, I also spoke to those gentlemen represent, to those who sent gentlemen here, to those who have entrusted their future hands gentlemen. I really wish that my words will echo in their hearts, in the conscience of mankind, in the hearts of so many that have sparked cries of joy, so many cries of suffering and broken-expectations, and so much love and laughter .
Today the president Soekarno who spoke before the gents. But more than that, he was a human being, スカルノ, an Indonesian, a husband, a father, a members of the family of mankind. I spoke to the gentlemen on behalf of my people, those 92 million number disuatu archipelago far and wide, 92 million people who have experienced life full of struggle and sacrifice, 92 million people who have built up a state on the ruins of an empire.

They did, and the people of Asia and Africa, the peoples of the American continent and the European continent as well as the people of the continent of Australia, is watching and listening and hoping against hope. Organization of the United Nations is to them a hope for the future and a possible fine for today.
The decision to attend the General Assembly is not an easy decision for me. My own people face many problems, while the time to solve the problems it is always very limited. However, this trial may be the most important Assembly ever held and we all have a responsibility to the world as a whole in addition to the nations of each of us.

No one of us can avoid that responsibility, and certainly no one wants to avoid. I firmly believe that the leaders of the countries of the younger and countries born again can contribute very positively to solve so many problems facing the organization and the world at large. Indeed, I believe that people will say once again that: “The new world was asked untu improve the balance of the old world.
It is clear that in today’s world we are all interconnected issues. Colonialism has ties with security; safety have a relationship with issues of peace and disarmament; disarmament peacefully associated with the development of the countries that have not developed. Well, all that has to do with each other-bersangkut. When we finally managed to solve one problem, it opened the way for the settlement of other issues. If we manage to solve such problem of disarmament, it will tersedialah funds needed to help nations that are in need of assistance.

However, what is needed is that all problems should be solved with the use of the principles that have been approved. Any attempt to solve it by using violence, or the threat of violence, or the possession of power, it will fail even going to lead to problems worse. In short, the principle to be followed is the principle of sovereign equality of all nations, which it certainly is not other than, is the use of human rights. and national rights. For all nations shall exist: one basic, and all nations must accept that basis, for the protection of himself and the salvation of mankind.

If I may say, we are from Indonesia pay special attention to all the United Nations. We have a very special wish that this organization grow and prosper. Because of his actions, the struggle for national independence and our own lives have been shortened. I say with full belief, that our struggle, however, would do well, but the actions of the United Nations it has streamlined its struggle and has prevented a lot of sacrifice and suffering and devastation, both on our part and on the part of our opponents.

Why do I believe, that our struggle will succeed either, with or without the activities of the United Nations? I’m convinced of that because they are two reasons. First, I know my people: I know its immeasurable thirst be their national independence, and I am aware of the determination. Secondly, I am sure of that because the course of history.

We all, anywhere in this world, live in the age of development of nations and empires collapse, This is the time of the rise of nations and nationalism agitation. Blind eye to the fact it is blind to history, destiny and refuses to ignore reality. Again I say, we live dizaman development of nations.
This process is inevitable and is a sure thing-sometimes slow and inevitable, like lava down the slopes of a guning-fire in Indonesia, sometimes rapid and inevitable, share breakthrough airbah from behind a dam that was built not perfect . Slow and inevitable, or a rapid and inevitable, the victory of the national struggle is a certainty.

If the journey to freedom had been done throughout the world, then our world would be a better place; would be a place that is cleaner and healthier. We must not stop struggling at the moment, when victory had appeared, instead we must redouble our efforts. We made a promise to the future and it must be fulfilled. In this case we are not only fighting for our own interests, but we are fighting for the interests of the whole human family ummah, はい, we struggle even for those we are about.
Five years ago, twenty-nine nations of Asia and Africa had sent emissaries kekota Bandung Indonesia. Twenty-nine nations of Asia and Africa. Now, how many independent nation there? I would not count them, but please look around the Assembly is now! And let’s say if I’m right, when I said it was time the nation’s development, and now the rise of nations. Yesterday Asia, and it is a process that has not been completed. Now, Africa, and even then is a process, はい, not finished.
After all, not all nations of Asia and Africa are represented here. Organization of these nations have been weakened over the nation are still refusing representation, and especially a nation that was old and wise and strong.

I mean China. I mean what is often called Communist China, which for us is the only true China. Organization of nations greatly weakened precisely because he rejected membership in the world’s largest nation yan.
Each year we support the acceptance of China into the United Nations as a member. We will continue to do so. We give no endorsement was merely because we have good relations with that country. And certainly not countenance it because we give something partisan reasons. ノー, our stand on this issue guided by political realism. With a niggling exclude a great nation, great and strong nation in the sense kwantitet, cultural character of the ancient civilization, a people full of power and economic power, to the exclusion of the people, we would undermine international organizations, and thus , better keep him away from the needs and our ideals.

We are determined to make the United Nations strong and universal and able to meet the decent function. That is why we always provide the follow-sokongann Chinese participation in our society. After all, disarmament is an urgent need in this world. The most important issue of all the issues to be negotiated and resolved in order to organization. But how to achieve a realistic disarmament disarmament, if China, which is one of the strongest countries in the world, not be followed to include in your deliberations that?
Represented China in the United Nations would be to involve the country in a constructive world problems and thus will actually strengthen the institution.
Year nineteen sixty, the General Assembly re-assembled in annual session. However the General Assembly this should not only be considered As with some other routine hearing, and if so considered, when considered as a routine hearing, then most likely jealous of the whole international organizations threatened with destruction.

Remember my words, that’s my plea! Do not treat the problems that would gentlemen were saying as a matter of routine. If you do, this organization has given us a hope for ‘a future, a possibility-both the existence of international rapprochement, may be broken. He might disappear under the waves slowly dispute, sebagimana experienced by its predecessor. If this happens, then the human race as a whole will suffer, and a great dream, a noble ideals, will be destroyed. Ingatlat not just words gentlemen face. are not pawns on a chess board gentlemen face. That gentlemen is the human face, human dreams, human ideals and the future of all mankind.
With all sincerity, I say: Our nation newly independent nation intends to fight for the interests of the United Nations. We intend to fight for success and make it effective. The agency can be effective, and it will be effective, only when the faculties faculties wholly-road admit there is no historical inevitability. The agency can only be effective, if the agency followed the course of history, and not try to stem or divert or obstruct the course of it.

I have already said, that it was the development of nations and empires collapse. That’s the truth. How many nations have gained independence since the creation of the Charter of the United Nations? How many nations have cast chains of oppression are bound? How many empires built on the oppression of people have hacur-melting? We who had no voice, no longer silent. We who had been silent in nature woes imperialism no longer silent. We covered the struggle of life under the cover of colonialism, no longer concealed.

Since that fateful day Empatpulut Five Nineteen year the world has changed, and he has changed towards improvement. From the time of the development of these nations has emerged a possibility – はい, mustbe a world free from fear, free from want, free from national oppressions. Now, right now, at this General Assembly, we can prepare ourselves to put ourselves in the world of the future, the world that we have thought and dreamed and imagined.
It can be done, but only if we do not treat this as a trial court routine. We have to admit, that the United Nations face a hoarding problems, each pressing, each containing a possible threat to the peace and peaceful kamajuan.

We determined that the fate of the world, our world, will not be determined without us. Fate will be determined by participation and cooperation-as well as ours. The decisions that are important for peace and a future world can be specified here den right now. Here assembled Chiefs Chiefs den State Government. That order our organization. I really hope that the problems of rigid protocol and a petty offense, – feelings-feelings of personal and nationalwill not hinder dipergunakannya best chance. Opportunities like this will not often exist. It must be used as well as possible. We currently have a unique opportunity to combine personal diplomacy with public diplomacy. Let us use that opportunity. Opportunity will not come back again!

I am deeply aware that the presence of so many Heads of State and Government, meeting the expectations of millions of people. They were able to take decisions that are vital to determine a new face for our world and itself a new face for the United Nations.
It is worth at this point to consider the position of the United Nations in relation to the time of development and the rise of nations today.
I suggested this: for a nation newborn or a newly born nation-back most valuable possession is the independence and sovereignty.

MaybeI do not know, but possiblethat was suppose to uphold the sovereignty and independence gem wealth, there are only within the new nations rise again. Maybe after the passage of several generations of a feeling of pride and achievement of those ideals fade. Maybe so, but I guess not.
Even today, two hundred years later, is a soul Arnerika were not thrilled to hear the words of the Declaration of Independence? Is an Italian who is now not welcome penggilan Mazzini? Latin American is a citizen who is no longer heard the sound gemahnya San Martin?
Really, is there a citizen of the world who do not welcome calls and voice-suarai tu? We are all thrilled, we all welcome, because the voices are universal, both mengengenai time and place. The voices is the voice of suffering humanity, the voice of the future, and we still hear it all the time.
ノー, I am convinced, absolutely convinced that in the sovereignty and national independence there is something eternal, something that is hard and secerlang gems, and much more valuable.
Many of the nations of this world have long had this gem. They have been used had it, but I believe that they are still considered the most beloved among their possessions, and they would rather die than let her go.

Is not it? Do your own nation will never willing to give up its independence? Every nation that should be called a nation would choose to die! Each pemimpinya who deserved to be called a leader of any nation, will also choose to die!
How much more valuable it is for us, who ever that jewel of independence and national sovereignty, and then feel take away from us by the hands of bandits armed to the teeth, and now we have won again!

The United Nations is an organization of states that each nation holding firmly gems as precious. We have all been gathered together voluntarily, as brothers and equals in this organization. As suadara and equal, because we all have an equal sovereignty and we all assume equal sovereignty was equally valuable.
It is an international body. The agency is not yet super-national or supra-national level. The agency is an organization of States of the Nation, and can only work along Countries Nation wills.
Are we all unanimously agreed to give up a part of our sovereignty to the body? ノー, never. We have received both the Charter and the Charter was signed by the States are sovereign nation and equal full.

It is possible, that the agency should consider whether faculties-anggautanya must surrender any part of their sovereignty to international bodies. But if such a decision was taken, the decision must be taken freely, and unanimously, and equal. Should diuputuskan equal by all nations, ancient and new, emerging nations and the long-developed and undeveloped.
It is not something that can be imposed on any nation as well. Furthermore, the sole basis for the possible loss of such an equation is true. The sovereignty of the nation’s most recent or most small nations as valuable, same can not be violated, as the greatest sovereign nation or the nation’s oldest. And, in addition, any violation of the sovereignty of a nation is a potential threat to all nations kedulatan.

In this world picture, we have to look at the world today. Our world is made up of one of the States shall, each as sovereign and each was resolved to safeguard the sovereignty and individual sovereignty are entitled to keep it. And again I sayand I repeated it because it is the basis of understanding the world todaywe live in an age of nation-building.
The reality is far more important than the existence of nuclear weapons, more explosive than the bombs hidrogin, and prices have a greater potential for the world rather than splitting the atom.
The balance of the world has changed since that day in June, fifteen years ago, when the Charter was signed in the city of San Franciscco in America when men were bounced back from the hell of war.
The fate of the human race can no longer be determined by a few large and powerful nation. Also we, the nations that younger people are sprouted, lebil nations are small, we also are entitled to a voice and that voice will surely reverberate throughout the ages.
Well, we are convinced will pertangungan our responsibility towards a future of all nations, and we are pleased to accept accountability and answers it. Nation I promised myself untul working towards a better world, a world free of strife and tension, a world where children can grow proudly and freely, a world where justice and welfare apply to everyone. Is there anything people will resist such a promise?

A few months ago, just before the leaders of the States had meetings as short as it was in Paris, 氏. Khrushchov be our guest in Indonesia. I explained to him very clearly, that we welcome the High Level Conference, which we expect success, but that we were skeptical.
Four Great State alone, can not determine the question of war and peace. More precisely, perhaps, they have the power to destroy the peace, but they do not have the moral right, either alone or together, to try to determine the future of the world.
For fifteen years the West has known peace, or at least kurangnnya absence of war. Of course, there are tensions. Indeed, there is a danger. But it remains a fact that in the midst of a revolution that covers three quarters of the world, the West is still in a state of peace. The two large blocks, in fact, has been successfully practiced coexistence for many years, thus contradicting those who deny the possibility of coexistence.

We in Asia have never known a peaceful state! Setela peace come to Europe, we tasted a result of the atomic bombs. We tasted our own national revolution in Indonesia. We tasted torture Vietnam. We suffer persecution Korea. We still continue to suffer from pain Algeria. What now should turn to our brothers in Africa? Do they have to be tortured, while our wounds are still not healed?
After all, the West is still in a state of peace. Gentlemen any wonder that we are now demanding, はい, demanding the cancellation of torture against us? Do you wonder sir, that now my voice is raised in protest?

We, who had no voice, have the demands and needs: we reserve the right to be heard. We are not merchandise, but the nations that are living and powerful, who have a role in this world, and that should make a contribution.
I use harsh words, and I use that word deliberately, because I have a firm stance on the subject. I deliberately use hard words, because I talk to my people and because I speak in front of the leaders of nations.
Apart from that, I know that my brothers in Asia and Africa have the same stance he said, even though I do not dare to speak on their behalf.

The General Assembly is certainly going to face a lot of things that are important. But is not there something more important than peace. In this regard, I am at the moment not discuss matters arising between Major Countries in the world. Such questions are vital to us, and I’ll come back to these questions. But look around our world. In many places there are tensions and sources of conflict potential. Consider these places and hosts will encounter, that almost without exception, imperialism and colonialism in one of the many manifestations is a source of tension or conflict. Imperialism and colonialism and the continued force of nations is the source of almost all international crimes that threaten our world.
Prior to the crimes of the past are damned-end, there will be no tranquility or peace throughout the world.

Imperialism, and the struggle to maintain it, is the great evil of our world. Many gentlemen in this trial was never about imperialism. Many independent gentlemen born and will die free. Some of these gentlemen born from nations that have run imperialism against the other, but never suffer alone. However, my brothers in Asia and Africa have known whip imperialism. They have been suffering. They know the danger and treachery and tenacity.
We know him well in Indonesia. We are experts in this matter! Based on that knowledge, and based on that experience, I tell gentlemen that continued imperialism in any form is a danger that large and protracted.

Imperialism is not yet dead. Yes, being in a state of dying; yes, the tide of history is sweeping the fortress and eroding pondamen-pondamennya; yes, victory is certain independence and nationalism. Howeverand keep in mind my saying thisa dying imperialism was dangerous, as dangerous as a wounded tiger’s tail in the tropical jungle.
I tell these gentlemenand I realize that now talking to my brothers in Asia and Africathe struggle for independence is always justified and correct. Those who oppose the inevitable gerakmaju of national independence and self-determination, are blind: they are trying to restore what can not be returned are a danger to themselves and to the world.

Prior to these realitiesand this is indeed the factsadmittedly, there will be no world peace, and will not be gone strain. I appealed to the gentlemen: place the authority and moral force of the Organization of the State is behind those who fought for independence. Do it clearly and firmly. Do it now! Do that, and the gentlemen will receive unanimous support and sincerely of all people of good will. Do it now, and the generations to come will appreciate gentlemen. I appealed to the gentlemen, to all members of the United Nations: Move with the current of history, and do not try to stem the flow of it.

The United Nations is now also an opportunity to build for himself a great reputation and prestige. Those who fought for independence will seek support and allies can be obtained anywhere; would be nice if they turn to this body and to the Charter of us than to any group or part of this body.
Lenyapkanlah the causes of war, and we will feel peace. Lenyapkanlah causes tension and we will feel calm. Do not delay. Time is short. The danger is great.
Mankind throughout the world cry out for peace and tranquility, and the things that are in our power. Do not stop, because then the body will be defamed his name and left. Our task is not to defend this world, but to build the world again! Futureif there is a future-wordswill judge us based on the success of our task.

I asked the nations long-standing, do not underestimate the power of nationalism. If the master power doubt, look around this Chamber and compare with the San Francisco fifteen years ago. Nationalism, nationalism reached a resounding victory, has led to this change, and this is good. Today the world is enriched and venerated by the wisdom of the leaders of the nations of the newly formed sovereign. To cite six of many examples, namely a Norodom Sihanouk, a Nasser, a Nehru, a Sekao Toure, a Mao Tse Tung and the Nkrumah. Would not the world be better, if they were here than they use throughout his life and all his power to overthrow imperialism, chaining them? And the nations they also are free, and my people free, and more independent nation. Does it world be a better place and richer?

Granted, I do not need to spread the gentlemen, that we are from Asia and Africa against colonialism and imperialism. Moreover, in today’s world who would still defend those things? Are universal things that have been condemned, and rightly, and cynical reasons obsolete are no longer heard. Conflicts are now centered on the question of when did the colonies would be independent, and not on whether they can be free.
But I want to confirm this issue. Our opposition to colonialism and imperialism arise both from the heart and from the head. We are against it on humanitarian grounds, and we oppose it anyway on the grounds that this is a large and growing threat to peace big again.
The lack of conformity of opinion with the colonial powers revolve around the issues of time and security, for now at least, they ramble-blank about the ideals of national independence.
Therefore reflect deeply about nationalism and independence, about patriotism and about imperialism. Think deeply, so my request, lest the tide of history swept gentlemen.
Today, we hear and read a lot about disarmament. The word is usually used in relation to nuclear disarmament and atomic. Forgive me. I am a simple man and a man of peace. I can not talk about the details of disarmament. I can not pass judgment on the opinions of competing on the supervision, of the underground experiments and the seismographic records.
Regarding the problems of imperialism and nationalism me an expert, after a lifetime of study and struggle, and on these matters I speak with authority. But the issues of nuclear war, I’m just an ordinary, perhaps as neighbors such as master or lord brother or even a father sir. I share in their horror, I also felt fear.

I share that horror and fear, it is because I am a part of this world. I have children, and their future in danger. I am an Indonesian, and the nation was in danger.
Those who use weapons of mass destruction that now must face their own conscience, and eventually, perhaps in a state of being scorched radioactive dust, they have to face Al Chaliknya. I do not envy them.
Those who question the nuclear disarmament do not forget that we, who in this case had been unable to speak, was watching and hoping against hope.
We are watching and hoping against hope, yet we were overwhelmed by anxiety, as if a nuclear war destroying our world, we also suffer.
No person entitled to exercise the right mahlukpun prerogative of Almighty God Almighty. No one is entitled to hidrogin bombs. No one has the right to cause the possibility heathen destruction all nations.

Nothing of a political system, not an economic organization that deserves to cause destruction of the world, including the system and the organization itself.
If only the countries involved in the armed hidrogin this issue, then we the peoples of Asia and Africa will not be ignored. We will just see it as he distanced himself, with a feeling of wonder why countries, where we learned so much it was, and we were greatly admired it, the adult must be immersed in the swamp immoralitet. We will be able to exclaim: “Damn you!”, And we will be back into our own world a more balanced and peaceful.
But we can not, do so. We the peoples of Asia have suffered atomic bomb. We the peoples of Asia are threatened again, and in addition we felt as a moral obligation to provide assistance where possible. We are not enemies both East and West. We are a part of this world and we want to help.
It is a cry from the heart-inner Asia. Let us help solve these problems. Perhaps the gentlemen watched too long, and no longer see clearly. Let us help gentlemen, and in helping gentlemen, we help ourselves and all future generations around the world.

Clearly, the problem of disarmament is not only disagreement about the technical underpinnings of the narrow. It is the question of mutual trust. In fact it is clear, that in the field of engineering and in the ways of negotiation and diplomacy, in fact between us from Asia and Africa and the second block was not much different. The problem is actually more a matter of mutual trust. This is a problem that can be solved by means of it. Other countries that do not belong in a block, can provide assistance in this matter! We do not lack the experience and skill to hold talks. Maybe we can be well worth the mediation. Maybe we can also provide assistance in finding an the settlement. Maybewho knowswe can show the way toward the gentlemen towards the only real disarmament, the disarmament of the human heart, disarmament distrust and hatred of men.
Nothing is more urgent than this. And this issue is so vital for all mankind, so that all mankind should dikut included in the solution. I think at this point we may say, that is really just pressure and effort of the non-aligned countries will pay for the entire world. Earnest conversation about disarmament, in the framework of this organization, and is based on an expectation that will truly successful, it is. the essensiil now.

I emphasizein the framework of this organization”, because only this Assembly that begins to approach a true reflection of the world in which we live.
Ponder, ponder for a moment, what might happen if we can lay a foundation for genuine disarmament. Remember my funds are very large that can be used to improve the world in which we live. Remember the great almighty power of motion that can be given to the development of the less developed world, even if only a part of the defense budget of Major Countries channeled in that direction. Think of the great increase in human happiness, human productivity and human welfare if it is organized.

Need just add something else to it. If there is a greater than immoralitet demonstrate hidrogin weapons, then it is doing experiments with these weapons. I know that there is a difference of scientific opinion about the result of genetic experiments than that. However, the difference is only about the number of victims. On the result of bad genetics are the opinion conformity. Ever woken validate their experiments was to imagine the consequences of their actions? Ever woken them look at their own children and contemplate the consequences of that? At the present experiments with nuclear weapons suspended, – notice not banned, but only suspended. So, let us use this fact as starters. Let us use this fact as a basis for prohibiting the experiment, and then for the disarmament seriously.
Before leaving the question of disarmament, I want to give a review again. Speaking of disarmament is good. But trying in earnest to compile a disarmament agreement would be better. And the best part is the implementation of the disarmament agreement than that.
But let’s be realistic. Even the implementation of a disarmament agreement senjatapun not be a guarantee for peace in the world are in misery and hardship. Peace will only come, if the causes of tension and conflict are removed.

If there is any reason for the clash, then people will fight with bamboo spears, if there are no other weapons. I know because my own people do in our struggle for independence. We have been fighting with knives and bamboo spears. To achieve peace, we must get rid of the causes of the causes of tension and clashes. That is why I spoke from my heart about the need to work together to cause the death of a vile of imperialism.
Where there is imperialism, and where there is a simultaneous preparation of the armed forces, the situation is dangerous, Once again I speak from experience. That’s the situation in West Papua. That’s how it diseperlima our national territory which today still bending under the shackles of imperialism.

There we have imperialism and the armed forces of imperialism. Our troops on the border region spoke on land and at sea. The two armed forces were facing each other, and I can say that it is an explosive situation. Not so long ago the army in New Guinea and lost the young and defending an outdated ideology that has been strengthened by the arrival of the Karel Doorman from a distant homeland. So saatitulah matters really dangerous.
Chief of Staff of the Indonesian Army is sitting in my delegation: His name is General Nasution. He was a professional soldier and an accomplished soldier. As with the men he led, and as well as the nation defended, he is first of all a man of peace. But more than that, he and his men and the people I serve to defend our homeland.

We have attempted to resolve the issue of West Irian. We have tried earnestly and with patience and tolerance and hope. We have been trying to hold bilateral talks. We have tried in earnest and many years. We have tried and keep trying. We have attempted to use the tools of the United Nations and world opinion stated Strength here. We have sought and in this also we keep trying.
Hope vanished; patience is lost; toleransipun even reached its limit. Everything has now been exhausted and the Netherlands did not provide any other alternative except harden our stance. If they fail to accurately assess the flow of history, then we are not to blame. However, due to their failure is the emergence of a threat to peace and, once again, it also involves the United Nations.
West Irian is the sword that threatened the colonial Indonesia. This sword is directed at our heart, but besides that it also threatens world peace.
Our efforts today are in earnest to reach a settlement with our own ways, are part of our contribution towards world peace is secured. This is part of our effort to put an end to this world is an evil obsolete. Our effort is a surgical attempt in earnest to get rid of the cancer of imperialism from areas of the world, where we live and exist.

I say in all seriousness that the situation in West Papua is a dangerous situation, an explosive situation, one thing is the cause of tension and a threat to peace. General Nasution is not responsible for it. Our soldiers are not responsible for it. Sukarno is not responsible for it. Indonesia is not responsible for it. ノー! The threat to peace comes directly from the imperialism and kolonialisrne that.
Remove curbs on freedom and emancipation, and threats to peace will vanish. Tumbangkan imperialism, dun itself soon the world will be a cleaner place, a better place than a safer place.
I knew that if I mentioned this, many minds will turn to the situation in the Congo. Gentlemen may ask, is not imperialism has been expelled from the Congo with the result that the area was now going disputes and bloodshed? Not so! The situation in Congo is very regrettable directly caused by imperialism, and not caused by the end of imperialism. Imperialism seeks to maintain its position in the Congo; trying to be memutungkan and cripple the new country. That is why Congo flared.
Yes, in the Congo, there is suffering. But the suffering that is the birth pains of the explosive advancement and progress always brings pain. Repeal to the roots of national interest that has been entrenched international dun always cause pain dun shock.
We know it. We also know from our own experience that the development itself cause upheaval. A nation that was turbulent need leadership and guidance, and eventually will produce its own leadership and guidance.

We Indonesian people speak from bitter experience. Congo problem, which is the problem of colonialism and imperialism, must be solved by using the principles I have described earlier. Congo is a sovereign state. Sovereignty should be respected. Remember the rule of the Congo no less than the sovereignty of every nation represented in this Assembly, and sovereignty should be respected equally.
In domestic matters Congo should not be there at all cumpur hands and there should be no aid, both overt and hidden, to destroy this country.

Yes, indeed the people will make mistakes, we all make mistakes and we all learn from mistakes. Yes, the battle will occur, but even then let it go on, because this is a sign of the rapid growth and development. How much upheaval it is because the nation itself.
Let us, either individually, or together, to help there when we are asked by the legal government of bargsa it. However, each such assistance must be clearly based on the sovereignty of the Congo were not questioning that.
Finally, put your trust in the nation! They were having a great time trial and was very miserable. Put your trust in them as a newly independent nation, and they will find their own way towards the solution itself rather than the problems themselves.

Here I wish to point out a very serious warning. Many faculties of these organizations and many officials of this organization may not be so aware of the deeds of imperialism and colonialism.
They’ve never experienced it, they do not recognize the tenacity and cruelty and the many faces, and crime.
We knew from Asia and Africa. I told the gentlemen: Do not act as a tool that does not know anything of imperialism. Do not act as a blind right hand of colonialism. If the lord did so, it would surely kill the host of the United Nations Organization, and thus master akan.membunuh hopes of millions of people, that there is no accounting for it, and probably will lead to a future master died in the womb.

Before leaving these issues, I want to, alluded too big a problem the other about the same character. What I mean is Algeria. Here there is a depressing picture, where both parties were covered in blood and destroyed because of lack of progress. That is a tragedy!
It’s obvious that the Algerian people wanted independence. It can not be denied anymore. Were it not that case, then struggle long and bitter and bloody it would have ended many years ago. The thirst for independence and fortitude to gain independence are fundamental factors in this situation.
What is yet to be determined, is how familiar and consistent on the day of a future cooperation with France should be. Cooperation is very familiar and very much in tune will not be difficult to obtain, even at the present stage, although he probably would have increased difficulty reached the continuing struggle.

Thus, Thou a plebiscite under the auspices of the United Nations in Algeria to determine the will of the people will just how intimate and harmonious relationships should be. Plebesit it should not be the matter of independence. That has been determined in blood and tears, and there certainly will be an independent Algeria.
Plebesit as I suggest, if conducted in a short time, will be the best guarantee that the independent Algeria and France there will be a close and good cooperation for mutual benefit. Again I speak from experience. Indonesia was walkin kmengandung intention to damage the close relationships and harmony with the Netherlands. However, apparently even today, as generations had done before, the government of that nation hold ongiving too little and asking too much”. Only when it’s unbearable, relationships are decided.
Let me switch kemasalah broader war and peace in the world we are. What is certain is that the countries of the new born and being born again is not a threat to world peace. We have no territorial ambitions; we also do not have the economic objectives that can not be adjusted. Threats terhap peace does not come from us, but rather the part of the countries of the older, long-standing and stable it is.

O, yes, we are in countries upheaval. Actually, it was as if the turbulence is a function of the first period rather than independence. Is that surprising? Try it, let me take an example from American history. In one generation have experienced the War of Independence and the Civil War between the States. Furthermore, the generation must also experienced the onset of labor associations militant, – the time of the International Workers of the World (IWW), “Wobblies”. We must have migrated to the West. We must have the Industrial Revolution and, yes, even the termtraders briefcase”. It should also suffered due to the people á la Benedict Arnold. And as I often say, we Push many revolutions in one revolution and many generations in one generation.
So is it any wonder gentlemen if there is turbulence in the us? For us it is normal and we have become used to riding the wind navel. I understand completely that for the outcomes it often looks like a picture of chaos and unrest and win-win power. After all it is an upheaval of our own affairs and not a threat to anyone, although it is often given opportunities to meddle in our affairs.
Nevertheless, the conflicting interests of the Great Nations is another matter: In this case the problems are obscured by threats with bombs hidrogin repeat it and by repeated slogans that have been worn long.
We can not ignore it because of the problems that threaten us. After all; too often these problems appear as if nothing really. Frankly and without hesitation I wanted to say to the gentlemen that we put our own future is far above the strife-strife in Europe.

Yes, we learned a lot from Europe and America. We have studied the history gentlemen and livelihood of people of the host nation. We have followed the example of the gentlemen, we have tried to exceed even gentlemen. We speak in languages ​​gentlemen and reading books gentlemen. We have been inspired by Lincoln and Lenin, by Cromwell and Garibaldi. And is still a lot to learn from gentlemen in many fields. But in today areas that we have to learn more than gentlemen, is the field of engineering and science, not ideology-ideology or movement dictated by ideology.
In Asia and Africa today is still alive, still thinking, still acting, those who lead the nation towards independence, those who developed the theories of the great and freeing the economy, those who have been uprooted despotism, those who unite the nation and those who conquer division nation.
従って, and indeed should, we are from Asia-Africa close to each other for guidance and inspiration, and we look at ourselves and the wisdom of experience that has been accumulated in our nations.

Are not Gentlemen found in Asia and Africa may have a message and a way for the whole world?
Expert philosophy of Bertrand Russell accomplished British who once said that mankind are now divided into two groups. The one held the doctrine of the American Declaration of Independece of Thomas Jefferson. Other classes held the doctrine of the Communist Manifesto.
I’m sorry, Lord Russell, but I think the host forgot something. I guess the Lord forgot the existence of more than a thousand million people, the peoples of Asia and Africa, and perhaps also the peoples of Latin America, which does not adhere to the teachings of the Communist Manifesto or Declaration of Independence. Remember, we admire both teaching, and we have much to learn from both of them and we have been inspired by two.
Who would not be inspired by the words and spirit of the Declaration of Independence! “We consider these truths as a, an undeniable: that man is created with the same rights that they are given by AI Chalik certain rights that can not be tampered with, and that among those rights there is a right to life, right to liberty and the right to pursue happiness. ” Who is involved in the struggle for life and national independence; never be inspired! And once again, who among us, who struggle to uphold a society, just and prosperous over the rubble of colonialism, will not be inspired by shadow kerjasarna and economic development of the type proposed by Marx and Engels!
Now there has been a confrontation between the two views, and the confrontation was dangerous, not only for those who are facing but also for other parts of the world.

I can not speak on behalf of the countries of Asia and Africa? I was not given the power to it, and also their own bagaiamanapun competent to express their views? respectively. However, I was given the power? even assigned? to speak on behalf of my nation, amounting to ninety-two million.
Sepeirti I say: we have read and mernpelajari two principal documents it: From each of the many documents that we have taken and we dispose of what is not useful to us, we who live Iain continent and a few generations later. We have mensintesekan what we need from those two documents, and in terms of experience and knowledge of our own, a synthesis that we have our filter and adjust.
So, with apologies to Lord RusselI I respect all, the world is not completely divided into two parties as he thought.

Although we have taken the juice, and even though we have tried both documents peting mensintesekan it: we are not led by them alone. We do not follow the liberal conception or conception of communism. What’s the point? From our own experience and from our own history grows something else, something much more appropriate, something that is much more suitable.
Flow history shows clearly that all nations need something conceptions and ideals. If they do not have it or if the concepts and ideals became blurred and worn, then the nation is in danger. Indonesia our own history shows it clearly, and so is the history of the whole world.
Somethingthat we call theFive Precepts”. Yes, theFive Preceptsor the Five Pillars of our country. Five Pillars is not directly stem from the Communist Manifesto or Declaration of Independence. Indeed, the ideas and ideals? Ideals that may have been around for centuries has been embodied in the nation karni. And it is not surprising that the schools-schools of the great power and masculinity that have arisen in our nation over the past two thousand years of our civilization and for centuries the glory of the nation, before we drown imperialism at a time of national weakness.
So talking about the Panca Sila before gentlemen, I bring up the essence of our civilization for two thousand years.

Is the Five Pillars? She is very simple: Belief in God Almighty first, second Nationalism, Internationalism third, fourth and fifth Democracy Social Justice,
Let me elaborate sakarang modest about it five points.
First: Belief in God Almighty. My people includes people who hold a wide range of religions. There are Muslims, there are Christians there are Buddhist and some do not adhere to any religion. However to eighty-five percent of the ninety-two million of our people, the Indonesian nation made up of followers of Islam. Stem from this fact, and given will vary but united nation, we put Belief in God Almighty as the most important in our life philosophy. Even those who do not believe in the LORD, because the innate tolerance, admits that the belief in the Almighty is a characteristic of people, so that they receive the first precepts.
Then as the number two is nationalism. The power of nationalism and the burning desire for freedom sustain our lives and empower us all darkness of the old colonialism, and reignite the struggle for independence. Today the power of the burn was still burning chest and still gives us the strength to live with us! But our nationalism is most certainly not chauvinism. We never consider ourselves superior to other nations. We never did try to impose our will to other nations. I know absolutely that the termnationalismis suspected, do not even believe in Western countries. This is because the West had been raped and twist nationalism. Though true nationalism still burning in Western countries. Otherwise, the West rnaka will not challenge the chauvinism of Hitler’s aggressive weapon.

Is not nationalism? call it if you like, patriotismto maintain the survival of all nations? Who dares to deny the nation, who gave birth to him? Who would dare to turn away from the people, who made him? Nationalism is a great engine that drives and controls all our international activities; nationalism is a source of great and lofty inspiration of freedom.
Nationalism in Asia and Africa is not the same as that found in Western countries system. In the West, growing nationalism as a force to aggressively seeking expansion and profit for its national economy. Nationalism in the West is the grandfather of imperialism, whose father is Capitalism. In Asia and Africa, and I think also in Latin Amerrka, nationalism is a liberation movement, a protest movement against imperialism and colonialism, and a response to the nationalist-chauvinist oppression are sourced in Europe. Nationalism in Asia and Africa as well as Latin American Nationalism can not be reviewed without reference to its social implications.
In Indonesia, we consider it as a spur social core to achieve justice and prosperity. Is not that a good cause that can be accepted by everyone? I’m not talking only about ourselves in Indonesia, is also not just about my brothers in Asia and Africa and Latin America. I’m talking about the whole world. Just and prosperous society can be the ideals and objectives of all people.
Mahatma Gandhi once said: “I am a nationalist, but my nationalism is humanity”. We then say so. We are nationalists, our love for our nation and to all nations. We are nationalists because we believe that the nations of the world is very important for days now, and we remain so, as far as the eye can look forward backwards. Because we are nationalists, we support and encourage nationalism wherever we jumpainya.

Our third Precept is internationalism. Between Nationalism and Internationalism is no conflict or contradiction. It is true, that internationalism will not be able to grow and develop in addition to the above a fertile soil of nationalism. Is not the United Nations Organization was a proof of this? Previously there was the League of Nations. Now there is the United Nations. Name-the name itself shows that nations desire and need an international body, in which each nation has equal footing. Internationalism was not cosmopolitanism, which is a negation of nationalism, anti-national, and indeed contrary to reality.
Fourthly, there is democracy. Democracy is not a monopoly or findings of Western social orders. Rather, democracy seems to be a justice of man, although modified to suit the social conditions in particular.
During the thousands of years of civilization Indonesia, we have developed forms of democracy in Indonesia. We believe that these forms have kinship and international significance. This is a matter I’m talking about then.

Finally, the final Sila and foremost is Social Justice. At present we Weave Social Justice social prosperity, as we regard the two can not be separated. True, only a prosperous society can be a just society, despite prosperity itself can reside in social injustice.
Thus we Panca Sila. Belief in God Almighty, Nationalism, Internationalism, Democracy and Social Justice.
Not include my duty today to outline how we try, in life and in our national affairs, use and implement the Five Precepts. If I elaborate on this, then this will interfere with the hospitality of this international body.
But I truly believe that the Panca Sila contains more than the national mean. Panca Sila has universal meaning and can be used internationally.
Sorangpun will not deny an element of truth in the view expressed by Bertrand Russell that. Most of the world has been divided into groups that received ideas and principles of the Declaration of American Independence and groups who accept the ideas and principles of the Communist Manifesto. Those who accept the idea that one reject the ideas of others, and there exists a clash on the basis of ideological and practical.

We are all threatened by this clash and we are concerned because this clash. Is not there something that action can be taken against this threat? Does it have to go on from generation to generation, with the possibility will eventually erupt into a sea of ​​fire that will engulf us all? Is not there a way out?
There must be a way out. If no, then all our deliberations, all our hopes, all our struggle will vain.
We Indonesian people are not willing to idly while the world toward kejurang collapse. We are not willing that the bright daybreak of freedom we are filled by the radio-active clouds. None among the peoples of Asia or Africa would be willing to accept this. We assume responsibility for the world, and we are ready to accept and fulfill that responsibility. If it means intervene in what was formerly the Great urusanurusan Countries that away from us, then we will be willing to do it. No nation anywhere in Asia and Africa which will avoid the task.
Is not it clear that the conflict arose largely because inequality? In a nation, the rich and the poor, and exploited and that sucks, cause clashes. Eliminate exploitation, and clashes will disappear, because the reasons that cause the clash was not there,
Among nations, if there are the rich and the poor, who smoked and inhaled, would also no clashes. Eliminate the causes that give rise to clashes, and clashes will disappear. This is true, both internationally and within a nation. Elimination of imperialism and colonialism, exploitation, thus negating rather than nation by nation.

I believe that there is a way out rather than confrontation, these ideologies. I believe that the solution lies in wearing Panca Sila is universal!
Who among gentlemen refused Panca Sila? Is the honorable representatives of the great Americans reject it? Is the honorable representatives of the great Russian nation to reject it? Or did the honorable representatives of Britain or Poland, or France or Czechoslovakia? Or did any of them seem to have taken a static position in the Cold War between the ideas and practices paktek, and are trying to stay deeply rooted while the world faces disorders?
Look, look at delegates who supported me! The delegation was not made up of civil servants or professional politicians. The delegation representing the nation of Indonesia. In the delegation there are soldiers. They received the Five Precepts, there is a great Islamic scholars, which is the cornerstone of the religion. He received the Five Precepts. Furthermore da leader of the Communist Party of Indonesia’s strong. He received the Five Precepts. So there are representatives of the Sections of the Catholic and Protestant, of the Nationalist Party and the organizations of workers and peasants, there are also women, intellectuals and government officials. Everything ya received the Five Precepts.
They instead received the Five Precepts merely as a conception of ideology, but as a practical guide to action. They are among my nation who try to pepmimpin but refused Panca Sila, also rejected by the people of Indonesia.
How does the use of internationally than Panca Sila? How Panca Sila it be practiced? Let us review the five points one by one.

First: Belief in God Almighty. No one who received the Declaration Of American Independence as a guide to life and action, will be denied. Similarly, no one pengikutpun of the Communist Manifesto, in this international forum will deny rights and to believe in the Almighty. For more information on this subject, I invite the honorable gentlemen asked the lord Aidit, chairman of the Indonesian Communist Party, which sits in my delegation fully accepted both the Communist Manifesto mapun Panca Sila.

Second: Nationalism. We are all representatives of the nations. How are we going to reject nationalism? If we reject nationalism, then we must reject our own nationality and reject the sacrifices that have been given by generations. But I warn you gentlemen: if the gentlemen accepted the principle of nationalism, the gentlemen must resist imperialism. But the warning I would add another caveat: If the gentlemen to oppose imperialism, it is automatically and immediately eliminate gentlemen of the world this troubled biggest cause of tension and conflict.

Third: Internationalism. Is it necessary to speak at length about the internationalism of the body in these international institutions? Of course not! If nations do notinternationally minded”, then the nations will not be a member of the Armed organization. However, it is not always true internationalism is here. I hate to say this, but this is a fact. Too often union of nations used as a forum for national goals or objectives narrow sects. Too often goals are lofty and noble ideals of the charter are obscured by the for-profit national or national prestige. Internationalism true honor to be based on equality, respect and equality on the basis of a practical use of the truth, that all men are brothers. To quote the United Nations Chartera document that is often forgottenthat internationalism mustreaffirm faith …… by rights-…… the same for all nations, large and small”.
Finally, and once again, internationalism would mean the end of imperialism and colonialism, and thus the end of a lot of danger and suspense.

Fourth: Democracy. For us the nation of Indonesia, democracy pkok contains three elements. Democracy contains first principle which we call Consensus: unanimous opinion. Second, it contains the principle of representative democracy.

Finally, democracy contains for us, the principle of consultation. Yes, democracy in Indonesia containing three principles, namely: consensus, representation and deliberation among representatives.
Notice. Organization of the United Nations is an organization of equal nations, organizations from countries that are kedaulatn equal, equal liberty and equal pride of sovereignty and independence. The only way for this organization to be able to function satisfactorily, with the general consensus is obtained in the deliberations. Deliberation must be done in such a way, so there is no competition between the opinions to the contrary, no resolutions and counter-resolutions, no pro-pro, but only a resolute effort to find common ground to solve any problem dalarn. This kind of discussion arises agreement, a unanimity of opinion, which is stronger than at any resolution imposed by the number of votes mayoritet, a resolution may not be received, or that may not be favored by the minority.
Am I talking idealistic? Do I dream of an ideal world and romantic?
ノー! Both my feet firmly stand ground! Yes I looked up to the sky for inspiration but I do not mind being diawang air. I reiterate that such deliberation ways this can be implemented. The means that for us to run. The ways it can be run in D.P.R. us, in ways that can be run in D.P.A. us, in ways that can be run in our Cabinet.

The way this discussion can be run, as representatives of our nation eager for ways it can go. The Communists wanted to, the nationalists wanted, Islamic groups want it, and the Christians want. Army wants it, both city residents and people in remote villages who want it, want it and those intellectuals who strive to eradicate illiteracy desperately wanted. All want to, because everyone wants to achieve clear objectives of the Five Precepts, and clear goals that are just and prosperous society.
Gentlemen may say: “Yes, we will accept the words of President Soekaro and we will accept the evidence that we have seen in the composition of its delegation at the United Nations today, but we are realists in a cruel world. The only way to organize an international meeting is to be used in carrying out the United Nations, by resolutions, amendments, mayoritet voices and minority “.
Let me confirm something. We know from bitter experience the same, equally practical and as realistic, that means we can also be organized deliberation intrnmasional field. In the field it means it runs as good as the national field.

Gentlemen like to know, not so long ago, representatives from twenty-nine nations of Asia and Africa gathered in Bandung. The leaders of those nations not pengelamun leader is not practical. Far from it! They are leaders of the harsh and realistic people and nations, most of them graduated from the struggle for national independence, all will know the true reality-reality of the life and leadership of both political and international.
They have political views different from the extreme right to the extreme left.
Many people in countries west could not believe that such a conference could produce something useful. Many people have even argued that the conference would break up in disarray and mutual recriminations, is fragmented over the reef differences in political ideology.
Asian-African Conference held by means of deliberation.

At the conference there were no mayoritet and minority. Nor was held voting. At the conference there were only deliberation and common desire to reach agreement. The conference resulted in a communiqué made unanimously, the communique which was one of the most important in a tiger or perhaps one of the most important documents in history.
Do gentlemen still doubted the utility and efficiency than the way such deliberations?
I believe sincerely that the use of such means of deliberation, it will facilitate the work of this international organization. Yes, berangkali this way will allow the real work of this organization. The way this discussion will point the way to solve many problems getting reams years. The way this consultation will allow the completion of the problems that seem insoluble.
And I ask respectfully, gentlemen should remember that history treats those who fail without ruthlessly.

Who today remembers those who slammed hard in the League of Nations? We only remember those who have destroyed the organization from most countries of the world alone. We are not willing chin and look at this organization, the organization of our own, destroyed because it was not flexible, or as slow welcomed the changed state of the world.
Is not it worth a try? If gentlemen are not found, then the gentlemen should be willing to take responsibility for the decision in the courts Gentlemen history.
Finally, in the Panca Sila contained Social Justice. To be applied in the international field, maybe this will be an international social justice. Once again, accept this principle would be to reject colonialism and imperialism.
Furthermore, the acceptance by the United Nations social justice as a goal, would mean acceptance of responsibility and specific duties.

This would mean a firm and cohesive effort to end many of the social evils that trouble our world. This would mean that aid to countries that have not developed and the nations who are less fortunate will be removed from the atmosphere of the Cold War. It would mean also a practical recognition that all men are brothers and that sernua people have responsibilities towards his brother.
Is this not a noble cause! Would anyone dare to deny the glory and justice than this goal? If anyone dare to deny it, then dispatch it to face reality! Let him face the-hungry, told he faces sibuta letters, send him mengahapi the-ill and he was later confirmed sangkalannya dispatch!
Perkenankanlan I once again reiterate that the five precepts. Belief in God Almighty; Nationalism; Internationalism; Democracy; Social Justice.
Let us examine whether these things are actually a synthesis that can be accepted by all of us. Let us ask ourselves, whether the acceptance of these principles will provide a solution to the problems faced by this organization.

True, the United Nations does not only consist of the Charter of the United Nations alone. Nonetheless, historical documents remains a guiding star and inspiration of this organization.
In many ways the political and charter mencerrninkan constellation of forces at the time of birth to. In many ways the charter does not reflect the reality? Reality of the present.
Rnarilah Therefore we consider whether the five precepts I have said, to strengthen and improve our charter.

I believe, はい, I am absolutely convinced that the acceptance and inclusion of the five principles in the Charter, would greatly strengthen the United Nations. Be sure, that the Panca Sila would put the United Nations in parallel with the latest developments from the world. I believe that the Panca Sila will enable the United Nations to face days later with freshness and confidence. Finally, I believe that the acceptance of Panca Sila as the foundation charter, the charter will lead to more willingly accepted by all members, both old and new.
I’ll ask the question again in this connection. It is a great honor for a country that the United Nations based in its territory. We are all truly grateful that the United States has a permanent place for Orgasisasi us. However, it may be questioned whether it was appropriate.
With all due respect, I suggested that he might not be appropriate. That the position of the United Nations are in the territory of one of the leading countries in the Cold War, the Cold War has seeped even kepekerjaan and administrative and housekeeping of our organization. Such an extent of infiltration, so the presence of a great leader of a nation in the courtroom of the United Nations is already a matter of the Cold War and Cold War weapons, as well as a tool to sharpen a dangerous way of life and wasted it.

Let us review whether the locus of organization we should not be removed from the atmosphere of the Cold War. Let us review whether Asia or Africa or Geneva will be able to give us a permanent place, away from the Cold War, not tied to any of the blocks and where the delegates can move freely and freely as they please.
Thus, it may be obtained by a larger sense of the world and its problems.
I am sure that some countries in Asia or Africa, given the confidence and belief, is pleased to be demonstrated generosity to the United Nations, perhaps by providing a wide enough area, where the organization itself will be sovereign and where perundirgan-important negotiations for the vital work that can be performed safely and in an atmosphere of brotherhood.

The United Nations is no longer an entity that signed the Charter as fifteen years ago. Even this world is not the same as the first. Those who exhaust-earned wisdom to the Treaty Organisation, can not expect to terjelmanya form today. Among people who are wise and far vision, only a few are aware, the end of imperialism is visible, and that any organization must live on, so he must give the possibility to the nations who are born again to enter a gang, flock- flock and vibrant.
The purpose of the United Nations is supposed to solve problems. To use it as a forum for debate only, or as a propaganda channel, or as a connection from domestic politics, meaning twisting the noble ideals which should be pervasive in this body.
Colonial upheavals, the rapid development of the areas that have not advanced in the technical field, and disarmament issues, all of which are the exact problems and urgent for us to consider and musyawarahkan. However, it has become clear that the vital issues can not be discussed satisfactorily by the Organization of the United Nations today. The history of this body shows the sad truth and clear than what I have said.

It is not surprising that so shall it be. The fact is that our organization reflects the world in Nineteen Forty-Five, and not the world of today. Such is the case with all of its agenciesbut only for this great Assemblyand with all the institutions-institutions.
Organization and membership of the Security Councilthe body’s most importantthe map reflects economic, military and power than the world in Nineteen Forty-Five, when the organization was born out of inspiration and a great delusion. Similarly, most of the institutions than others. They do not reflect the rise of the Socialist countries or rapidly growing Asian and African independence.
To modernize and make efficient our organization, perhaps under the leadership of the Secretariat of the Secretary-General, may require reconsideration. By saying that, I do notabsolutely notcriticize or denounce any way the current Secretary General, who is always trying to, in the circumstances no longer acceptable, doing a good job, which sometimes seems impossible.
So, how can they efficient? How faculties-the faculties of both classes of the worldie factions that is a reality and must be acceptedhow faculties-faculties of both groups can feel at ease in the organization and have full confidence that needed him.

Since the war we have seen three major symptoms are permanent.
The first is the rise of the socialist countries. It is not alleged in the year Nineteen Forty-Five. Both are larger than the wave of national liberation and economic emancipation that hit Asia and Africa as well as brothers and sisters in Latin America. I think that only we, who were directly involved in it, can see it coming. The third is the great scientific advances, which are all moving in the field of weaponry and warfare, but that today’s move spaciousness barriers and border space. Who could have predicted it at the time?
True, we can change the Charter. I realize that there are procedures to do this and will it came time to do this. But the issue is urgent. This may be a matter of life and death for the United Nations. Do not get petty, legalistic view can hinder doing business immediately.
It is equally important that the distribution of seats in the Security Council and other bodies and other institutions must be changed. In this case I do not think in terms of block-blokan, but I really need to think about how the Charter of the United Nations, of the agencies of the United Nations and the Secretariat Perserikauan Nations, all of which reflect the actual state of our world today this.

We and Indonesia sees this organization with great expectations, but also with great concern. We looked at with great expectations, having been useful to us in the struggle for our national life. We watched with great hope, because we believe that this is the only such organization can provide the framework for a safe and healthy world as we desire.
We watched with great concern, because we have filed a major national issue, the issue of West Irian, presented to this Assembly, and not a settlement can be reached. We looked at him with concern, because of the Great Nations of the world have put their games are dangerous Cold War into the room-office.
We looked at her, with fears, lest the Assembly will be doomed to failure and will follow its predecessor, and thus the disappearance of the human eye than a picture of a future that is safe and united.

Let us face the fact that this Qrganisasi, in ways he used now in and in its current form, is a result of Western State system. I’m sorry, but I can not respect that system. I can not even looking at her with compassion, although I appreciate it.
Imperialism and colonialism are the fruit of the Western state system, and empathize with extensive mayoriteit of the organization, I hate imperialism, colonialism disgusted me, and I am concerned about the consequences of his last fight fiercely committed. Two times in my own life Western State system that had torn itself and once almost destroyed the world in a fierce clash.
Gentlemen any wonder that many of us look at the organization is also a result Western State system with full questions? Gentlemen Do not misunderstand. We respect and admire the system has been inspired by the words of Lincoln and Lenin, by the deeds of Washington and by deeds Garibaldi. In fact, maybe we saw with envy at some of the physical results achieved by the West. But we are determined that our nations, and the world as a whole, would not be a game of one small part of the world.

We’re not trying to defend the world we knew, we seek to build a new world, the better!
We seek to build a world that is healthy and safe. We seek to build a world where everyone can live in peace. We seek to build a world where there is justice and prosperity for all people. We seek to build a world in which humanity can achieve full glory.
It has been said that we live in the midst of a Revolution of Rising Expectations. This is not true! We live in the midst of Rising Demands of the Revolution. They were formerly without independence, are now demanding independence. They were formerly without sound, now demanding that his voice be heard.
Those who used to starve, now demanding rice, a lot and every day. They were formerly illiterate, are now demanding education.

The whole world is a Revolution energy sources are great, a great revolutionary powder magazine.
No less than three-quarters of humanity involved in the Revolution of Rising demand, and this is a great Supreme Revolution for the first time since man walked upright sector in the world that is pure and fun.
Success or failure of this organization will be assessed from the relationship with the Revolution of Rising demand it. Generations to come will praise or condemn us for our response to this challenge.

We dare not fail. We did not venture back to history. If we are brave, we are really not going to be helped anymore. Nation I was determined not to fail. I’m not talking to the gentlemen for being weak, I speak as strong. I told the gentlemen in puluhdua nine million people, and I told the gentlemen of the nation demands it. We have the opportunity to work together to build a better world, a safer world. This opportunity might not be there anymore. So hold, clasp tightly, and redeeming the occasion.
No one who has both the will and personality, will reject the expectations and beliefs I have said on behalf of my nation, and indeed on behalf of all mankind. So let us try, now with no further delay, realizing those hopes into reality.
As a practical step in this direction, it is an honor and a duty for me to submit a draft resolution to the General Assembly this.

On behalf of the delegation-delegation Ghana, India, the United Arab Republic, Yugoslavia and Indonesia, I hereby submit the following resolutions:

GENERAL ASSEMBLY,
Feel very anxious regarding the deterioration of international relations lately, which threaten the world with severe consequences;
BE AWARE of the world’s great hope that the Assembly will assist in helping to prepare the way towards calmness world tensions;
BE AWARE heavy responsibility and urged that lies on the shoulders of the United Nations, to take the initiative in efforts that can help;
Ask as an urgent first step, so that the U.S. President and Chairman of Council of Ministers of the Soviet Socialist Republics resume their contacts who have lost recently, so they have expressed willingness to seek negotiations with the problem-solving problems that can linger implemented progressively “.
氏. Chairman, may I plead, on behalf of the delegation delegation-five countries mentioned above, that the resolution of this gets sir immediate consideration. A letter to that effect, signed by the Head of Delegation-Delegates from Ghana, India, the United Arab Republic, Yugoslavia and Indonesia, have been submitted to the Secretariat.
I submit draft resolution on behalf of the five Delegates and on behalf of the millions of people who live in those countries.
Resolution Accepting a possible and immediate steps can be held. So this General Assembly should accept this resolution as soon as possible. Let us take a practical step towards easing tensions threatening the world. Let us accept this resolution unanimously, so all the pressure of the interests of the world can be felt. Let us take this first step, and let us resolve to continue and we are urging the world to achieve a better and more secure as we might think.
Remember what has happened previously. Remember the struggle and sacrifices experienced by our faculties-new faculties of organization. Remember that our efforts have caused and prolonged by fundamentals rejection of the United Nations. We are determined that this will not happen again.
Build the world is back! Build the world is sturdy and strong and healthy! Build a world where all people live in peace and brotherhood. Build the world according to the dreams and aspirations of mankind. Break now with the past, as dawn was breaking. Break now with time-past, so that we can take responsibility for themselves for the future.

I should say a prayer of the Almighty gives Rachmat and guidance to the Council’s deliberations.

Thank you!

スカルノオンライン | インドネシアの初代大統領のデジタル図書館
このエントリはに投稿されました 物品, ファイル, スピーチ とタグ付けされた ブンカルノ, ファイル, 外交問題, 外国の, 国連, スカルノ, スピーチ, 国連 上の バイ 管理.