Pidato Presiden Republik Indonesia Dimuka Sidang Umum P.B.B. ke - XV tanggal 30 September 1960

Soekarno online | Digital Library Presiden pertama Indonesia

MEMBANGUN DUNIA KEMBALI

Pidato Presiden Republik Indonesia Dimuka Sidang Umum P.B.B. ke - XV tanggal 30 September 1960

Tuan Ketua, Para Yang Mulia, Para Utusan dan Wakil yang terhormat,

Hari ini, dalam mengucapkan pidato kepada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, saya merasa tertekan oleh suatu rasa tanggung-jawab yang besar. Saya merasa rendah hati berbicara dihadapan rapat agung daripada negarawan-negarawan yang bijaksana dan berpengalaman dari timur dan barat, dari utara dan dari selatan, dari bangsa-bangsa tua dan dari bangsa-bangsa muda dan dari bangsa-bangsa yang baru bangkit kembali dari tidur yang lama.

Saya telah memanjatkan do'a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar lidah saya dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan perasaan hati saya, dan saya juga telah berdoa agar kata-kata ini akan bergema dalam hati sanubari mereka yang mendengarnya.

Saya merasa gembira sekali dapat mengucapkan selamat kepada Tuan Ketua atas pengangkatannya dalam jabatannya yang tinggi dan konstruktif. Saya juga merasa gembira sekali untuk menyampaikan atas nama bangsa saya ucapkan selamat datang yang sangat ramah kepada Keenambelas anggauta baru dari Perserikata Bangsa-Bangsa.

Kitab Suci Islam mengamanatkan sesuatu kepada kita pada saat ini. Qur'an berkata: "Dua, sekalian manusia, sesungguhnya Aku telah menjadikan kamu sekalian dari seorang lelaki dan seorang perempuan, sehingga kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu sekalian kenal-mengenal satu sama lain. Bahwasanya yang lebih mulia diantara kamu sekalian, adalah yang lebih taqwa kepada ".

Dan juga Alkitab agama Nasrani beramanat pada kita. "Segala kemuliaan bagi Allah ditempat yang Mahatinggi, dan sejahtera diatas bumi diantara orang yang diperkenanNya”.

Saya sungguh-sungguh merasa sangat terharu melepaskan pandangan saya atas Majelis ini. Disinilah buktinya akan kebenaran perjuangan yang berjalan bergenerasi. Disinilah buktinya, bahwa pengorbanan dan penderitaan telah mencapai tujuannya. Disinilah buktinya, bahwa keadilan mulai berlaku, dan bahwa beberapa kejahatan besar sudah dapat disingkirkan.

Selanjutnya, sambil melepaskan pandangan saya kepada Majelis ini, hati saya diliputi dengan suatu kegirangan yang besar dan hebat. Dengan jelas tampak dimata saya menyingsingnya suatu hari yang baru, dan bahwa matahari kemerdekaan dan emansipasi, matahari yang sudah lama kita impikan, sudah terbit di Asia dan Afrika.

Sekarang, hari ini, saja berbicara dihadapan para pemimpin bangsa-bangsa dan para pembangun bangsa-bangsa. Namun, secara tidak langsung, saya juga berbicara kepada mereka yang Tuan-tuan wakili, kepada mereka yang telah mengutus Tuan-tuan kemari, kepada mereka yang telah mempercayakan hari depan mereka ditangan Tuan-tuan. Saya sangat menginginkan agar kata-kata saya akan bergema juga didalam hati mereka itu, didalam hati nurani ummat manusia, didalam hati besar yang telah mencetuskan demikian banyak teriakan kegembiraan, demikian banyak jeritan penderitaan dan putus-harapan, dan demikian banyak cinta-kasih dan tawa.

Hari ini presiden Soekarno-lah yang berbicara dihadapan tuan-tuan. Namun lebih dari itu, ia adalah seorang manusia, Soekarno, seorang Indonesia, seorang suami, seorang Bapak, seorang anggauta keluarga ummat manusia. Saya berbicara kepada Tuan-tuan atas nama rakyat saya, mereka yang 92 juta banyaknya disuatu nusantara yang jauh dan luas, 92 juta jiwa yang telah mengalami hidup penuh dengan perjuangan dan pengorbanan, 92 juta jiwa yang telah membangun suatu Negara diatas reruntuhan suatu Imperium.

Mereka itu, dan rakyat Asia dan Afrika, rakyat-rakyat benua Amerika dan benua Eropa serta rakyat benua Australia, sedang memperhatikan dan mendengarkan serta mengharap-harap. Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini bagi mereka merupakan suatu harapan akan masa-depan dan suatu kemungkinan-baik bagi zaman sekarang ini.

Keputusan untuk menghadiri Sidang Majelis Umum ini bukanlah merupakan suatu keputusan yang mudah bagi saya. Bangsa saya sendiri menghadapi banyak masalah, sedangkan waktu untuk memecahkan masalah-masalah itu selalu sangat terbatas. Akan tetapi sidang ini mungkin merupakan sidang Majelis yang terpenting yang pernah dilangsungkan dan kita semuanya memiliki suatu tanggung-jawab kepada dunia seluruhnya disamping kepada bangsa-bangsa kita masing-masing.

Tak seorangpun diantara kita dapat menghindari tanggung jawab itu, dan pasti tak seorangpun ingin menghindarinya. Saya sangat yakin bahwa pemimpin-pemimpin dari negara-negara yang lebih muda dan negara-negara yang lahir kembali dapat memberikan sumbangannya yang sangat positif untuk memecahkan demikian banyak masalah-masalah yang dihadapi Organisasi ini dan dunia pada umumnya. Memang, saya percaya bahwa orang akan mengatakan sekali lagi bahwa: "Dunia yang baru itu diminta untu memperbaiki keseimbangan dunia yang lama".

Jelaslah bahwa pada dewasa ini segala masalah dunia kita saling berhubungan. Kolonialisme memiliki hubungan dengan keamanan; keamanan mempunyai hubungan dengan persoalan perdamaian dan perlucutan senjata; perlucutan senjata berhubungan dengan perkembangan secara damai dari negara-negara yang belum maju. Yah, segala itu saling bersangkut-paut. Jika kita pada akhirnya berhasil memecahkan satu masalah, maka terbukalah jalan untuk penyelesaian masalah-masalah lainnya. Jika kita berhasil memecahkan misalnya masalah perlucutan senjata, maka akan tersedialah dana-dana yang diperlukan untuk membantu bangsa-bangsa yang sangat memerlukan bantuan itu.

Akan tetapi, yang sangat diperlukan ialah bahwa masalah-masalah semuanya itu harus dipecahkan dengan penggunaan prinsip-prinsip yang telah disetujui. Setiap usaha untuk memecahkannya dengan mempergunakan kekerasan, atau dengan ancaman kekerasan, atau dengan pemilikan kekuasaan, tentu akan gagal bahkan akan mengakibatkan masalah-masalah yang lebih buruk lagi. Dengan singkat, prinsip yang harus diikuti ialah prinsip persamaan kedaulatan bagi semua bangsa, hal mana tentunya tidak lain dan tidak bukan, merupakan penggunaan hak-hak azasi manusia. Dan hak-hak azasi Nasional. Bagi semua bangsa-bangsa harus ada: satu dasar, dan semua bangsa harus menerima dasar itu, demi perlindungan dirinya dan demi keselamatan ummat manusia.

Bila saya bisa mengatakannya, kami dari Indonesia menaruh perhatian yang khusus sekali atas Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami mempunyai keinginan yang sangat khusus agar Organisasi ini berkembang dan berhasil baik. Karena tindakan- tindakannya, perjuangan untuk kemerdekaan dan kehidupan nasional kami sendiri telah dipersingkat. Dengan berkepercayaan penuh saya mengatakan, bahwa perjuangan kami, bagaimanapun juga, akan berhasil baik, namun tindakan-tindakan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu telah mempersingkat perjuangan dan telah mencegah banyak pengorbanan dan penderitaan serta kehancuran, baik dipihak kami maupun dipihak lawan-lawan kami.

Apakah sebabnya saya percaya, bahwa perjuangan kami akan berhasil baik, dengan atau tanpa kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa? Saya yakin akan hal itu kerena dua sebab. Pertama, saya mengenal rakyat saya; saya mengetahui kehausan mereka yang tiada terhingga akan kemerdekaan nasional, dan saya mengetahui akan tekadnya. Kedua, saya yakin akan hal itu karena jalannya sejarah.

Kita semua, dimanapun didunia ini, hidup di zaman pembangunan bangsa-bangsa dan runtuhnya imperium-imperium, Inilah zaman bangkitnya bangsa-bangsa dan bergejolaknya nasionalisme. Menutup mata akan kenyataan ini adalah membuta terhadap sejarah, tidak mengindahkan takdir dan menolak kenyataan. Sekali lagi saya katakan, kita hidup dizaman pembangunan bangsa-bangsa.

Proses ini tidak dapat dielakkan dan merupakan sesuatu yang pasti; kadang-kadang lambat dan tidak dapat dielakkan, bagaikan lahar menurun lereng sebuah guning-api di Indonesia; kadang-kadang cepat dan tidak terelakkan, bagikan dobrakan airbah dari balik sebuah bendungan yang dibangun tidak sempurna. Lambat dan tak terelakkan, atau cepat dan tak terelakkan, kemenangan perjuangan nasional adalah suatu kepastian.

Bila perjalanan menuju kebebasan itu sudah selesai diseluruh dunia, maka dunia kita akan menjadi suatu tempat yang lebih baik; akan merupakan suatu tempat yang lebih bersih dan jauh lebih sehat. Kita tidak boleh berhenti berjuang pada saat ini, manakala kemenangan telah menampakkan diri, sebaliknya kita harus melipat-gandakan usaha kita. Kita telah berjanji kepada masa-depan dan itu harus dipenuhi. Dalam hal ini kita tidak hanya berjuang untuk kepentingan kita sendiri, melainkan kita berjuang untuk kepentingan ummat menusia seluruhnya, sudah, perjuangan kita bahkan untuk kepentingan mereka yang kita tentang.

Lima tahun yang lalu, dua puluh sembilan bangsa-bangsa Asia dan Afrika telah mengirimkan utusannya kekota Bandung Indonesia. Dua puluh sembilan bangsa Asia dan Afrika. Kini, berapakah jumlah bangsa yang merdeka disana? Saya tidak akan menghitungnya, tetapi silahkan melihat disekeliling Majelis ini sekarang! Dan katakanlah apakah saya benar, bila saya berkata bahwa kinilah saatnya pembangunan bangsa, dan saat bangkitnya bangsa-bangsa. Kemarin Asia, dan itu merupakan suatu proses yang belum selesai. Namun Selatan, itupun merupakan suatu proses ya, belum selesai.

Lagi pula, belum semua bangsa-bangsa Asia dan Afrika diwakili disini. Organisasi bangsa-bangsa ini telah dilemahkan selama masih menolak perwakilan satu bangsa, dan teristimewa suatu bangsa yang tua dan bijaksana serta kuat.

Saya maksudkan Tiongkok. Saya maksudkan yang sering disebut Tiongkok Komunis, yang bagi kami adalah satu-satunya Tiongkok yang sebenarnya. Organisasi bangsa-bangsa ini sangat dilemahkan justru karena ia menolak keanggautaan bangsa yan terbesar didunia.

Setiap tahun kami menyokong diterimanya Tiongkok kedalam Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai anggauta. Kami akan terus melakukannya. Kami tidak memberikan dukungan itu semata mata karena kami memiliki hubungan baik dengan negara tersebut. Dan pasti sokongan itu tidak kami berikan karena sesuatu alasan partisan. Tidak, pendirian kami mengenai persoalan ini di bimbing oleh realisme politik. Dengan secara picik mengecualikan suatu bangsa yang besar, bangsa agung dan kuat dalam arti kwantitet, kebudayaan, fitur-fitur suatu peradaban kuno, suatu bangsa yang penuh dengan kekuatan dan daya ekonomi, dengan mengecualikan bangsa itu kita lebih melemahkan Organisasi internasional ini, dan dengan demikian, lebih menjauhkannya dari kebutuhan dan cita-cita kita.

Kita bertekad untuk menjadikan Perserikatan Bangsa-Bangsa kuat dan universil serta mampu untuk memenuhi fungsinya yang layak. Itulah mengapa kami senantiasa memberikan sokongann atas ikut-sertanya Tiongkok dalam lingkungan kita. Lagi pula, perlucutan senjata merupakan suatu keperluan yang mendesak dalam dunia ini. Persoalan yang terpenting ini dari semua masalah harus dirundingkan dan dipecahkan dalam rangka Organisasi ini. Namun bagaimana dapat tercapai suatu perlucutan realistis mengenai perlucutan senjata, bila Tiongkok yang merupakan salah satu negara terkuat dalam dunia ini, tidak diturut sertakan dalam musyawarah-musyawarah itu?

Diwakilinya Tiongkok dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengikuti sertakan negara itu dalam masalah dunia yang konstruktif dan dengan demikian akan benar-benar memperkuat lembaga ini.

Ditahun sembilan belas enam puluh ini, Majelis Umum kembali berkumpul dalam sidang tahunannya. Namum Majelis Umum ini janganlah hanya dianggap sebagi suatu sidang routine lainnya, dan bila dianggap demikian, bila dianggap sebagai suatu sidang routine, maka kemungkinan besar Organisasi intemasional seluruhnya iri akan terancam dengan kehancuran.

Camkanlah kata-kata saya, itulah permohonan saya! Janganlah memperlakukan masalah-masalah yang akan Tuan-tuan perbincangkan sebagai masalah routine. Bila diperlakukan demikian, Organisasi ini yang telah memberikan kita suatu harapan untuk 'masa-depan, suatu kemungkinan-baik akan adanya persesuaian internasional, mungkin akan pecah. Ia mungkin akan lenyap perlahan-lahan dibawah gelombang pertikaian, sebagimana dialami oleh organisasi yang digantikannya. Bila hal ini terjadi, maka ummat manusia sebagai keseluruhan akan menderita, dan suatu impian yang agung, suatu cita-cita yang agung, akan hancur. Ingatlat bukanlah hanya kata-kata yang Tuan-tuan hadapi. bukanlah pion-pion diatas papan catur yang Tuan-tuan hadapi. Yang Tuan-tuan hadapi adalah manusia, impian-impian manusia, cita-cita manusia dan hari-depan semua manusia.

Dengan segala kesungguhan, saya katakan: kami bangsa bangsa yang baru merdeka bermaksud berjuang untuk kepentingan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami bermaksud memperjuangkan suksesnya dan menjadikannya efektif. Badan itu dapat dijadikan efektif, dan akan menjadi efektif, hanya bila anggauta-anggauta seluruhnya mengakui tiada terelakkannya jalan sejarah. Badan itu hanya dapat menjadi efektif, bila badan tersebut mengikuti jalannya sejarah, dan tidak mencoba untuk membendung atau mengalihkan ataupun menghambat jalannya itu.

Telah saya katakan, bahwa inilah saat pembangunan bangsa-bangsa dan runtuhnya imperium-imperium. Itulah kebenaran yang sesungguhnya. Berapa banyaknya bangsa-bangsa yang telah memperoleh kemerdekaannya sejak terciptanya Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa? Berapa banyak bangsa-bangsa telah melemparkan rantai penindasan yang membelenggunya? Berapa banyaknya imperium-imperium yang dibangun atas penindasan manusia telah hacur-lebur? Kami yang tadinya tiada bersuara, tidak membisu lagi. Kami yang tadinya membisu dialam kesengsaraan imperalisme tidak membisu lagi. Kami yang perjuangan hidupnya tertutup dibawah selubung kolonialisme, tidak tersembunyikan lagi.

Sejak hari bersejarah ditahun Sembilanbelas Empatpulut Lima dunia telah berobah, dan dia telah berobah kearah perbaikan. Dari zaman pembangunan bangsa-bangsa ini telah muncul kemungkinan - ya, keharusan – akan suatu dunia yang bebas dari ketakutan, bebas dari kekurangan, bebas dari penindasan-penindasan nasional. Kini, saat ini juga, di Majelis Umum ini, kita dapat mempersiapkan diri untuk menempatkan diri kita didunia masa-depan itu, dunia yang telah kita pikirkan dan impikan serta bayangkan.

Hal itu dapat kita lakukan, tetapi hanya bila kita tidak memperlakukan sidang ini sebagai suatu sidang routine. Kita harus mengakui, bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa menghadapai suatu penimbunan masalah-masalah, masing-masing mendesak, masing-masing mengandung kemungkinan ancaman terhadap perdamaian dan kamajuan secara damai.

Kita bertekad, bahwa nasib dunia, dunia kita, tidak akan ditentukan tanpa kita. Nasib itu akan ditentukan dengan keikut-serta dan kerjasama kita. Keputusan-keputusan yang penting bagi perdamaian dan masa-depan dunia dapat ditentukan disini den sekarang ini juga. Disini berkumpul Kepala-Kepala Negara den Kepala-Kepala Pemerintah. Itulah rangka Organisasi kita. Saya sangat mengharapkan agar soal-soal protokol yang kaku serta perasaan sakit hati yang picik, – perasaaan-perasaan perorangan maupun nasional, – tidak akan menghalangi dipergunakannya kesempatan itu sebaik-baiknya. Kesempatan seperti ini tak akan sering ada. Hal itu harus dipergunakan sebaik-baiknya. Kita pada saat ini memiliki kesempatan unik untuk menggabungkan diplomasi tunggal dengan diplomasi umum. Marilah kita pergunakan kesempatan itu. Kesempatan tak akan kembali lagi!

Saya menyadari sedalam-dalamnya bahwa hadirnya demikian banyak Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, memenuhi harapan berjuta-juta orang. Mereka itu dapat mengambil keputusan-keputusan yang vital untuk menentukan wajah baru bagi dunia kita ini dan dengan sendirinya juga wajah baru bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Layaklah pada saat ini untuk mempertimbangkan posisi Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam hubungan dengan zaman pembangunan dan bangkitnya bangsa-bangsa hari ini.

Ini saya kemukakan: bagi suatu bangsa yang baru lahir atau suatu bangsa yang baru lahir-kembali milik yang paling berharga adalah kemerdekaan dan kedaulatan.

Mungkin – saya tidak tahu, tapi mungkin – bahwa rasa untuk memegang teguh permata kedaulatan dan kemerdekaan yang berharga ini, hanya terdapat dilingkungan bangsa-bangsa yang baru bangkit kembali. Mungkin setelah berlalunya beberapa generasi perasaan kebanggaan dan tercapainya cita-cita itu menjadi pudar. Mungkin demikian, tetapi saya rasa tidak.

Bahkan sekarang ini, duaratus tahun kemudian, adalah seorang Arnerika yang tidak tergetar jiwanya mendengarkan kata-kata Declaration of Independence? Adalah seorang Italia yang kini tidak menyambut panggilan Mazzini? Adalah seorang warga Amerika Latin yang tidak lagi mendengar gemahnya suara San Martin?

Benar, apakah seorang warga dunia yang tidak menyambut panggilan dan suara-suarai tu? Kita semua tergetar, kita semua menyambut, karena suara-suara itu adalah universil, baik mengengenai waktu maupun tempatnya. Suara-suara itu adalah suara ummat manusia yang menderita, suara masa depan, dan kita masih mendengarnya sepanjang zaman.

Tidak, saya yakin, seyakin-yakinnya bahwa didalam kedaulatan dan kemerdekaan nasional ada sesuatu yang kekal, sesuatu yang sekeras dan secerlang permata, dan jauh lebih berharga.

Banyak bangsa-bangsa didunia ini telah lama memiliki permata ini. Mereka telah biasa memilikinya, tetapi saya yakin, bahwa mereka masih tetap menganggapnya yang paling dicintai diantara milik-miliknya, dan mereka akan lebih baik mati daripada melepaskannya.

Bukankah begitu? Apakah bangsa saudara sendiri akan pernah bersedia melepaskan kemerdekaannya? Setiap bangsa yang patut dinamakan bangsa akan memilih mati! Setiap pemimpinya yang patut disebut pemimpin dari bangsa manapun, juga akan memilih mati!

Betapa lebih berharga hal itu bagi kami, yang pernah suatu waktu memiliki permata kemerdekaan dan kedaulatan nasional itu, dan kemudian merasakan dirampasnya dari tangan kami oleh bandit-bandit yang bersenjata lengkap, dan yang kini telah kami rebut kembali!

Perserikatan Bangsa-bangsa ini adalah suatu organisasi dari Negara-Negara Bangsa yang masing-masing menggenggam permata itu kuat-kuat sebagai sesuatu yang berharga. Kita semuanya telah berhimpun dengan sukarela, sebagai saudara dan sederajat dalam Organisasi ini. Sebagai suadara dan sederajat, karena kita semua memiliki kedaulatan yang sederajat dan kita semua menganggap kedaulatan yang sederajat itu sama-sama berharga.

Ini adalah suatu badan international. Badan ini belumlah super-nasional ataupun supra-nasional. Badan ini merupakan suatu organisasi Negara-Negara Bangsa, dan hanya dapat bekerja sepanjang Negara-Negara Bangsa menghendakinya.

Apakah kita semuanya dengan suara bulat telah menyetujui untuk menyerahkan suatu bagian dari kedaulatan kita kepada badan ini? Tidak, tidak pernah. Kita telah menerima baik Piagam dan Piagam itu telah ditandatangani oleh Negara-Negara Bangsa yang berdaulat penuh dan sederajat penuh.

Ada kemungkinan, bahwa badan ini harus mempertimbangkan, apakah anggauta-anggautanya harus menyerahkan sesuatu bagian dari kedaulatan mereka kepada badan internasional ini. Tetapi jika keputusan yang semacam itu diambil, keputusan itu harus diambil secara bebas, dan dengan suara bulat, dan sederajat. Harus diuputuskan sederajat oleh semua bangsa, yang kuno dan yang baru, bangsa yang baru muncul dan yang sudah lama maju dan yang belum maju.

Hal ini bukannya sesuatu yang dapat dipaksakan pada bangsa manapun juga. Selanjutnya, dasar satu-satunya yang mungkin bagi badan semacam itu ialah persamaan yang sejati. Kedaulatan dari bangsa yang paling baru atau bangsa yang paling kecil sama berharganya, sama tidak dapat dilanggarnya, seperti kedaulatan bangsa yang paling besar atau bangsa yang paling tua. Dan selain daripada itu, sesuatu pelanggaran terhadap kedaulatan bangsa merupakan suatu ancaman potensiil terhadap kedulatan semua bangsa.

Dalam gambaran dunia inilah, kita harus melihat dunia sekarang ini. Dunia kita yang satu ini terdiri dari Negara-Negara Bangsa, masing-masing sama berdaulat dan masing-masing berketetapan hati menjaga kedaulatan itu, dan masing-masing berhak untuk menjaga kedaulatan itu. Dan sekali lagi saya katakan – dan saya ulang ini karena merupakan dasar dari pengertian terhadap dunia dewasa ini – kita hidup dalam zaman pembangunan bangsa.

Kenyataan ini jauh lebih penting daripada adanya senjata-senjata nuklir, lebih eksplosif dari bom-bom hidrogin, dan memiliki harga potensiil yang lebih besar untuk dunia dari pemecahan atom.

Keseimbangan dunia telah berobah sejak hari itu dalam bulan Juni, limabelas tahun yang lalu, ketika Piagam ditandatangani dikota San Franciscco di Amerika, pada saat manusia sedang bangkit kembali dari neraka peperangan.

Nasib umat manusia tidak dapat lagi ditentukan oleh beberapa bangsa besar dan kuat. Juga kami, bangsa-bangsa yang lebih muda, bangsa yang sedang bertunas, bangsa-bangsa yang lebil kecil, kamipun berhak bersuara dan suara itu pasti akan berkumandang disepanjang zaman.

Yah, kami insyaf akan pertangungan jawab kami terhadap masa-depan semua bangsa, dan kami dengan gembira menerima pertanggung-jawab itu. Bangsa saya berjanji pada diri sendiri untul bekerja mencapai suatu dunia yang lebih baik, suatu dunia yang bebas dari sengketa dan ketegangan, suatu dunia dimana anak-anak dapat tumbuh dengan bangga dan bebas, suatu dunia dimana keadilan dan kesejahteraan berlaku untuk semua orang. Adakah sesuatu bangsa akan menolak janji semacam itu?

Beberapa bulan yang lalu, sesaat sebelum pemimpin-pemimpin Negara-Negara Besar bertemu sesingkat itu di Paris, tuan Khrushchov menjadi tamu kami di Indonesia. Saya jelaskan padanya sejelas-jelasnya, bahwa kami menyambut baik Konperensi Tingkat Tertinggi, yang kami harapkan berhasil, tetapi bahwa kami skeptis.

Itumpat Negara Besar itu saja, tidak dapat menentukan masalah perang dan damai. Lebih tepat, barangkali, mereka mempunyai kekuatan untuk merusak perdamaian, tetapi mereka tidak memiliki hak moril, baik secara sendirian maupun bersama-sama, untuk mencoba menentukan hari-depan dunia.

Selama lima belas tahun ini Barat telah mengenal perdamaian, atau sekurang-kurangnnya ketiadaan perang. Tentu saja, ada ketegangan-ketegangan. Memang, ada bahaya. Tetapi tetap merupakan kenyataan, bahwa ditengah-tengah suatu revolusi yang meliputi tiga perempat dari dunia, Barat tetap dalam keadaan damai. Kedua blok besar, sebetulnya, telah berhasil mempraktekkan koeksistensi selama bertahun-tahun itu, sehingga dengan demikian membantah mereka yang menyangkal kemungkinan adanya koeksistensi.

Kami di Asia tidak pernah mengenal kondisi damai! Setela perdamaian datang untuk Eropa, kami merasakan akibat bom-bom atom. Kami merasai revolusi nasional kami sendiri di Indonesia. Kami merasakan penyiksaan Vietnam. Kami menderita penganiayaan Korea. Kami masih senantiasa menderita kepedihan Aljazair. Apa sekarang ini seharusnya giliran Saudara-saudara kita di Afrika? Apakah mereka harus disiksa, sedang luka-luka kami masih belum sembuh?

Toh masih saja Barat dalam keadaan damai. Herankah Tuan-tuan bahwa kami sekarang menuntut, sudah, menuntut batalnya siksaan terhadap kami? Herankah Tuan-tuan, bahwa kini suara saya diperdengarkan sebagai protes?

Kami, yang dulu tidak bersuara, mempunyai tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-kebutuhan; kami berhak untuk didengar. Kami bukannya barang perdagangan, tetapi adalah bangsa-bangsa yang hidup dan yang perkasa, yang mempunyai peranan didunia ini, dan yang harus memberikan sumbangannya.

Saya pergunakan kata-kata yang keras, dan saya pergunakan kata-kata itu dengan sengaja, karena saya punya pendirian yang tegas mengenai soal itu. Dengan sengaja saya pergunakan kata-kata keras, karena saya bicara untuk bangsa saya dan karena saya bicara di muka pemimpin-pemimpin bangsa-bangsa.

Selain dari pada itu, saya tahu bahwa Saudara-saudara saya di Asia dan Afrika memiliki pendirian yang sama tegasnya, walaupun saya tidak berani berbicara atas nama mereka.

Majelis Umum ini tentunya akan menghadapi banyak hal-hal yang penting. Tetapi tidaklah ada hal yang lebih penting dari pada perdamaian. Mengenai ini, saya pada saat ini tidak membicarakan soal-soal yang timbul antara Negara-Negara Besar didunia. Soal-soal demikian itu sangat vital bagi kami, dan saya nanti kembali pada soal-soal tersebut. Tapi tengoklah sekeliling dunia kita ini. Dibanyak tempat terdapat ketegangan-ketegangan dan sumber-sumber sengketa potensiil. Perhatikanlah tempat-tempat itu dan tuan akan jumpai, bahwa hampir tanpa perkecualian, imperialisme dan kolonialisme didalam salah satu dari banyak manifestasinya adalah sumber ketegangan atau sengketa itu. Imperialisme dan kolonialisme dan pemisahan terus-menerus secara paksa dari bangsa-bangsa merupakan sumber dari hampir semua kejahatan internasional yang mengacam didunia kita ini.

Sebelum kejahatan-kejahatan dari masa-lampau yang terkutuk itu diakhiri, tidak akan ada ketenangan atau perdamaian diseluruh dunia ini.

Imperialisme, dan perjuangan untuk mempertahankannya, merupakan kejahatan yang besar didunia kita ini. Banyak diantara Tuan-tuan dalam Sidang ini tidak pernah mengenal imperialisme. Banyak diantara Tuan-tuan lahir merdeka dan akan mati merdeka. Beberapa diantara Tuan-tuan lahir dari bangsa-bangsa yang telah menjalankan imperialisme terhadap yang lain, tetapi tidak pernah menderitanya sendiri. Akan tetapi Saudara-saudara saya di Asia dan Afrika telah mengenal cambuk imperialisme. Mereka telah menderitanya. Mereka mengenal bahayanya dan kelicikannya serta keuletannya.

Kami di Indonesia mengenalnya juga. Kami adalah ahli-ahli dalam soal ini! Berdasarkan pengetahuan itu dan berdasarkan pengalaman itu, saya katakan pada Tuan-tuan bahwa berlanjutnya imperialisme dalam setiap bentuknya merupakan suatu bahaya yang besar dan yang berlarut-larut.

Imperialisme belum lagi mati. Sudah, sedang dalam keadaan sekarat; ya, arus sejarah sedang melanda bentengnya dan menggerogoti pondamen-pondamennya; sudah, kemenangan kemerdekaan dan nasionalisme sudah pasti. Akan tetapi - dan camkanlah kata saya ini - imperialisme yang sedang sekarat itu berbahaya, sama berbahayanya dengan se-ekor harimau yang luka didalam rimba raya tropik.

Ini saya tegaskan pada Tuan-tuan – dan saya sadar bahwa sekarang berbicara untuk Saudara-saudara saya di Asia dan Afrika – perjuangan untuk kemerdekaan senantiasa dibenarkan dan benar. Mereka yang menentang gerakmaju yang tidak terelakan dari kemerdekaan nasional dan hak menentukan nasib sendiri, adalah buta; mereka yang berusaha untuk mengembalikan apa yang tidak dapat dikembalikan merupakan bahaya bagi mereka sendiri dan bagi dunia.

Sebelum kenyataan-kenyataan ini – dan ini memang kenyataan-kenyataan – diakui, tidak akan ada perdamaian dunia ini, dan tidak akan lenyaplah ketegangan. Saya serukan kepada Tuan-tuan: tempatkanlah kewibawaan dan kekuatan moril dari Organisasi Negara-Negara ini dibelakang mereka yang berjuang untuk kemerdekaan. Lakukanlah itu secara jelas dan tegas. Lakukanlah itu sekarang! Lakukanlah, dan Tuan-tuan akan memperoleh dukungan bulat dan tulus-ikhlas dari semua orang yang berkemauan baik. Lakukanlah sekarang, dan generasi-generasi yang akan datang akan menghargai Tuan-tuan. Saya serukan kepada Tuan-tuan, kepada semua anggauta Perserikatan Bangsa-Bangsa : Bergeraklah bersama arusnya sejarah; janganlah mencoba membendung arus itu.

Perserikatan Bangsa-bangsa sekarang ini juga berkesempatan untuk membangun bagi dirinya sendiri reputasi dan gengsi yang besar. Mereka yang berjuang untuk kemerdekaan akan mencari dukungan dan afiliasi dimana saja dapat diperolehnya; alangkah baiknya bilamana mereka berpaling kepada badan ini dan kepada Piagam kita daripada kepada sesuatu kelompok atau bagian dari badan ini.

Lenyapkanlah sebab-sebab perang, dan kita akan merasa damai. Lenyapkanlah sebab-sebab ketegangan dan kita akan merasa tenang. Jangan ditunda-tunda. Waktunya singkat. Bahayanya besar.

Umat manusia diseluruh dunia berteriak minta perdamaian dan ketenangan, dan hal-hal itu adalah dalam kekuasaan kita. Jangan mencegahnya, karena nanti badan ini akan dicemarkan namanya dan ditinggalkan. Tugas kita bukannya untuk mempertahankan dunia ini, akan tetapi untuk membangun dunia kembali! Hari depan – andai-kata ada hari depan – akan menilai kita berdasarkan berhasilnya tugas kita ini.

Saya minta kepada bangsa-bangsa yang sudah lama berdiri, janganlah menganggap remeh kekuatan nasionalisme. Jika tuan menyangsikan kekuatannya, tengoklah disekitar Majelis ini dan bandingkanlah dengan San Francisco lima belas tahun yang lalu. Nasionalisme, nasionalisme yang mencapai kemenangan dengan gemilang, telah menyebabkan perobahan ini, dan ini adalah baik. Dewasa ini dunia diperkaya dan dimuliakan oleh kebijaksanaan dari para pemimpin-pemimpin bangsa-bangsa berdaulat yang baru dibentuk. Untuk menyebut enam dari banyak contoh-contoh, yakni seorang Norodom Sihanouk, seorang Nasser, seorang Nehru, seorang Sekao Toure, seorang Mao Tse Tung dan seorang Nkrumah. Bukankah dunia menjadi lebih baik, jika mereka berada disini dari mereka mempergunakan seluruh hidupnya dan seluruh kekuatannya untuk menggulingkan imperialisme yang membelenggu mereka? Dan bangsa-bangsa merekapun sudah merdeka, dan bangsa saya merdeka, dan lebih banyak lagi bangsa yang merdeka. Bukankah dengan demikian dunia menjadi suatu tempat yang lebih baik dan lebih kaya?

Memang, saya tidak perlu membentangkan kepada Tuan-tuan, bahwa kami dari Asia dan Afrika menentang kolonialisme dan imperialisme. Lebih daripada itu, siapakah dalam dunia sekarang ini masih akan membela hal-hal itu? Secara universil hal-hal itu telah dikutuk, dan sudah sepantasnya, dan alasan-alasan sinis yang usang itu tidak terdengar lagi. Pertentangan sekarang berpusat pada persoalan kapankah daerah-daerah jajahan akan merdeka, dan bukan pada persoalan apakah mereka akan merdeka.

Tetapi saya hendak menegaskan soal ini. Oposisi kami terhadap kolonialisme dan imperialisme timbul baik dari hati maupun dari kepala kami. Kami menentangnya atas dasar kemanusiaan, dan kami menentangnya pula dengan alasan bahwa hal ini merupakan suatu ancaman yang besar dan makin besar lagi terhadap perdamaian.

Tiadanya persesuaian pendapat dengan kekuatan-kekuatan kolonial berkisar pada soal-soal waktu dan keamanan, karena sekarang setidak-tidaknya mereka beromong-kosong tentang cita-cita kemerdekaan nasional.

Oleh karena itu renungkanlah dalam-dalam mengenai nasionalisme dan kemerdekaan, mengenai patriotisme dan mengenai imperialisme. Renungkanlah dalam-dalam, demikian permohonan saya, jangan sampai arus sejarah melanda Tuan-tuan.

Dewasa ini, kita banyak mendengar dan membaca mengenai perlucutan senjata. Kata itu biasanya dipakai dalam hubungan perlucutan senjata nuklir dan atom. Maafkanlah saya. Saya seorang sederhana dan seorang yang cinta damai. Saya tidak dapat bicara mengenai detail-detail perlucutan senjata. Saya tidak dapat memberikan penilaian mengenai pendapat-pendapat yang bersaing tentang pengawasan, Tentang percobaan-percobaan bawah tanah dan mengenai catatan-catatan seismografik.

Tentang persoalan-persoalan imperialisme dan nasionalisme saya seorang ahli, sesudah seumur hidup mempelajarinya dan berjuang, dan mengenai soal-soal ini saya bicara dengan kewibawaan. Tetapi mengenai persoalan-persoalan peperangan nuklir, saya hanya seorang biasa saja, mungkin seperti tetangga tuan atau seperti saudara tuan atau bahkan seperti ayah tuan. Saya ikut merasakan kengerian mereka, saya ikut merasakan ketakutan mereka.

Saya ikut merasakan kengerian dan ketakutan, itu karena saya adalah bagian dari dunia ini. Saya punya anak-anak, dan hari depan mereka terancam bahaya. Saya seorang Indonesia, dan bangsa itu terancam bahaya.

Mereka yang mempergunakan senjata penghancur masal itu sekarang harus menghadapi hati nurani mereka sendiri, dan akhirnya, mungkin dalam keadaan hangus menjadi debu radio aktif, mereka harus menghadapi Al Chaliknya. Saya tidak iri terhadap mereka.

Mereka yang mempersoalkan perlucutan senjata nuklir jangan lupa bahwa kami, yang dalam hal ini sebelumnya tidak dapat bersuara, sedang memperhatikan dan mengharap-harap.

Kami sedang memperhatikan dan mengharap-harap, toh kami diliputi oleh kecemasan, karena jika perang nuklir menghancurkan dunia kita ini, kami juga ikut menderita.

Tidak seorang mahlukpun berhak untuk menggunakan hak hak prerogatif dari Tuhan Yang Maha Esa Kuasa. Tidak seorangpun berhak mempergunakan bom-bom hidrogin. Tidak satu bangsapun berhak untuk menyebabkan kemungkinan hancurnya bangsa-bangsa.

Tiada suatu sistim politik, tiada suatu organisasi ekonomi yang layak untuk menyebabkan musnahnya dunia, termasuk sistem maupun organisasi itu sendiri.

Jika hanya negara-negara yang bersenjata hidrogin yang tersangkut dalam persoalan ini, maka kami bangsa-bangsa Asia dan Afrika tidak akan menghiraukannya. Kami hanya akan melihat saja sambil menjauhkan diri, dengan perasaan heran mengapa negara-negara, darimana kami belajar sedemikian banyaknya itu, serta yang sangat kami kagumi itu, pada dewasa ini harus tenggelam dalam rawa immoralitet. Kami akan dapat berseru: "Terkutuklah kalian!", dan kami akan dapat kembali ke dalam dunia kami sendiri yang lebih berimbang dan damai.

Tetapi kami tak dapat, berbuat demikian. Kami bangsa Asia telah menderita akibat bom atom. Kami bangsa Asia terancam lagi, dan selain itu kami merasa sebagai suatu kewajiban moral untuk memberikan bantuan dimana mungkin. Kami bukanlah musuh Timur maupun Barat. Kami merupakan suatu bagian dari dunia ini dan kami ingin membantu.

Ini adalah suatu jeritan dari hati-sanubari Asia. Biarkanlah kami membantu memecahkan masalah-masalah ini. Mungkin Tuan-tuan memperhatikannya terlampau lama, dan tak lagi melihatnya secara jelas. Biarkanlah kami membantu Tuan-tuan, dan dalam membantu Tuan-tuan, kami bantu diri kami sendiri, dan semua generasi yang akan datang diseluruh dunia.

Jelaslah, bahwa masalah perlucutan senjata bukan hanya perselisihan pendapat tentang dasar-dasar teknis yang sempit. Ini adalah pula persoalan saling mempercayai. Sebetulnya telah jelas, bahwa dalam bidang teknik dan dalam cara-cara berkonsultasi dan berdiplomasi, sesungguhnya antara kami dari Asia-Afrika dan kedua blok itu tidaklah banyak berbeda. Soalnya sebenarnya lebih merupakan soal saling tidak mempercayai. Ini adalah suatu masalah yang dapat dipecahkan dengan cara-cara itu. Negara-negara lain yang tidak tergabung dalam suatu blok, bisa memberi bantuan dalam hal ini! Kami tidak kurang pengalaman dan kepandaian untuk mengadakan pembicaraan-pembicaraan. Mungkin perantaraan kami dapat juga berharga. Mungkin kami dapat pula memberikan bantuan dalam mencari suatu penjelesaian. Mungkin - siapa tahu - kami dapat memperlihatkan kepada Tuan-tuan jalannya menuju kearah satu-satunya perlucutan senjata yang sesungguhnya, yaitu perlucutan senjata di dalam hati manusia, perlucutan ketidak percayaan dan kebencian manusia.

Tidak sesuatupun lebih mendesak dari hal ini. Dan persoalan ini adalah demikian vital bagi seluruh umat manusia, sehingga seluruh ummat manusia harus dikut sertakan dalam pemecahannya. Saya kira pada saat ini kita bisa mengatakan, bahwa sebenarnya hanyalah desakan dan usaha dari negara-negara non blok akan memberikan hasil yang diperlukan seluruh dunia. Pembicaraan yang sungguh-sungguh tentang perlucutan senjata, di dalam rangka organisasi ini, dan didasarkan pada suatu harapan yang sungguh-sungguh akan suksesnya, adalah. yang essensiil sekarang ini.

Saya tekankan “dalam rangka organisasi ini”, karena hanya Majelis inilah yang mulai mendekati suatu cerminan yang sebenarnya dari dunia dimana kita hidup.

Renungkan, renungkan sejenak, apa yang mungkin terjadi jika kita dapat meletakkan suatu dasar bagi perlucutan senjata yang sejati. Ingatlah akan dana-dana yang sangat besar yang dapat digunakan untuk perbaikan dunia dimana kita hidup ini. Ingatlah akan daya gerak yang maha hebat yang dapat diberikan kepada perkembangan mereka yang kurang maju, sekalipun hanya sebagian saja dari anggaran belanja pertahanan dari Negara-Negara Besar disalurkan kearah itu. Ingatlah akan bertambahnya secara hebat kebahagiaan manusia, produktivitet manusia dan kesejahteraan manusia jika hal itu diselenggarakan.

Perlu saja tambahkan sesuatu lagi pada hal ini. Jika ada suatu immoralitet yang lebih besar dari memperagakan senjata-senjata hidrogin, maka hal itu adalah melakukan percobaan-percobaan dengan senjata-senjata tersebut. Saya tahu bahwa ada suatu perbedaan pendapat ilmiah tentang akibat genetik daripada percobaan-percobaan itu. Akan tetapi perbedaan ini hanya mengenai jumlah korban-korban. Tentang adanya akibat genetik yang buruk ada persesuaian pendapat. Pernakah mereka yang mengkonfirmasi percobaan-percobaan itu membayangkan akibat-akibat perbuatan mereka? Pernakah mereka melihat kepada anak-anak mereka sendiri dan merenungkan akibat-akibat itu? Pada dewasa ini percobaan-percobaan dengan senjata-senjata nuklir ditangguhkan, – perhatikan tidak dilarang, tetapi hanya ditangguhkan. Maka, marilah kita pergunakan kenyataan ini sebagai permulaan. Marilah kita pergunakan kenyataan ini sebagai dasar untuk melarang percobaan, dan kemudian untuk pelucutan senjata yang sungguh-sungguh.

Sebelum meninggalkan persoalan perlucutan senjata, saya hendak memberikan suatu ulasan lagi. Berbicara tentang perlucutan senjata memang baik. Tetapi berusaha dengan sungguh-sungguh menyusun suatu persetujuan perlucutan senjata akan lebih baik. Dan yang terbaik adalah pelaksanaan daripada persetujuan perlucutan senjata itu.

Akan tetapi marilah kita realistis. Bahkan pelaksanaan dari pada suatu perjanjian perlucutan senjatapun tidak akan merupakan jaminan bagi perdamaian dunia yang dalam kesengsaraan dan kesulitan. Perdamaian hanya akan datang, jika sebab-sebab ketegangan dan bentrokan disingkirkan.

Jika ada suatu sebab untuk bentrokan, maka manusia akan berjuang dengan bambu runcing, jika tidak terdapat senjata lain. Saya tahu oleh karena bangsa saya sendiri melakukannya dalam perjuangan kami untuk kemerdekaan. Kami telah berjuang dengan menggunakan pisau dan bambu runcing. Untuk mencapai perdamaian, kita harus menyingkirkan sebab-sebab ketegangan dan sebab-sebab bentrokan itu. Itulah sebabnya saya berbicara dari lubuk hati saya mengenai perlunya bekerja sama untuk menyebabkan matinya yang hina dari imperialisme.

Dimana terdapat imperialisme, dan dimana terdapat penyusunan kekuatan bersenjata yang serentak, maka keadaan memang berbahaya, Sekali lagi saya berbicara berdasarkan pengalaman. Begitulah di Irian Barat. Begitulah diseperlima wilayah nasional kami yang pada dewasa ini masih tetap membungkuk di bawah belenggu imperialisme.

Disanalah kami menghadapi imperialisme dan kekuatan bersenjata dari imperialisme. Diperbatasan daerah itu tentara kami berbicara di darat maupun di lautan. Kedua kekuatan bersenjata itu saling berhadapan, dan dapat saya katakan bahwa hal itu merupakan suatu keadaan yang eksplosif. Belum lama berselang tentara di Irian Barat yang masih muda serta tersesat itu dan yang membela suatu paham yang telah ketinggalan zaman, diperkuat dengan datangnya kapal induk Karel Doorman dari tanah airnya yang jauh itu. Maka saatitulah kondisi menjadi benar-benar berbahaya.

Kepala Staf Angkatan Darat Indonesia duduk dalam delegasi saya ini: Namanya Jenderal Nasution. Ia adalah prajurit profesional dan seorang prajurit yang ulung. Seperti halnya dengan anak buah yang dipimpinnya, dan seperti juga halnya dengan bangsa yang dibelanya, ia pertama-tama adalah seorang yang cinta damai. Tetapi lebih daripada itu, ia dan anak buahnya serta bangsa saya mengabdi untuk mempertahankan tanah air kami.

Kami telah berusaha untuk menyelesaikan masalah Irian Barat. Kami telah berusaha dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh kesabaran dan penuh toleransi dan penuh harapan. Kami telah berusaha untuk mengadakan perundingan-perundingan bilateral. Kami telah berusaha dengan sungguh-sungguh dan bertahun-tahun. Kami telah berusaha dan tetap berusaha. Kami telah berusaha menggunakan alat-alat Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Kekuatan pendapat dunia yang dinyatakan disini. Kami telah berusaha dan dalam hal inipun kami tetap berusaha.

Harapan lenyap; kesabaran hilang; bahkan toleransipun mencapai batasnya. Semuanya itu kini telah habis dan Belanda tidak memberikan alternatif lainnya kecuali memperkeras sikap kami. Jika mereka gagal untuk secara tepat menilai arus sejarah, maka kita tidaklah dapat dipersalahkan. Akan tetapi akibat dari pada kegagalan mereka ialah timbulnya ancaman terhadap perdamaian dan, sekali lagi, hal ini menyangkut pula Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Irian Barat merupakan pedang kolonial yang diancamkan terhadap Indonesia. Pedang ini diarahkan pada jantung kami, akan tetapi disamping itu mengancam pula perdamaian dunia.

Usaha-usaha kami dewasa ini yang sungguh-sungguh untuk mencapai solusi dengan cara-cara kami sendiri, adalah bagian dari sumbangan kami kearah terjaminnya perdamaian dunia ini. Ini adalah bagian dari usaha kami untuk mengakhiri masalah dunia ini yang merupakan kejahatan yang usang. Usaha kami adalah usaha pembedahan yang sungguh-sungguh untuk menyingkirkan kanker imperialisme dari daerah di dunia, dimana kami hidup dan berada.

Saya katakan dengan segala kesungguhan bahwa keadaan di Irian Barat adalah kondisi yang berbahaya, suatu keadaan yang eksplosif, suatu hal yang merupakan sebab ketegangan dan suatu ancaman bagi perdamaian. Jenderal Nasution tidak bertanggung-jawab atas hal itu. Tentara kami tidak bertanggung jawab atas hal itu. Soekarno tidak bertanggung jawab atas hal itu. Indonesia tidak bertanggung jawab atas hal itu. Tidak! Ancaman terhadap perdamaian berasal langsung dari adanya imperialisme dan kolonialisrne itulah.

Singkirkan pengekangan terhadap kemerdekaan dan emansipasi, dan ancaman terhadap perdamaian akan lenyap. Tumbangkan imperialisme, dun segera dengan sendirinya dunia akan menjadi suatu tempat yang lebih bersih, suatu tempat yang lebih baik dari suatu tempat yang lebih aman.

Saya tahu bahwa jika saya kemukakan hal ini, banyak pikiran akan beralih kepada keadaan di Konggo. Tuan-tuan mungkin bertanya, bukankah imperialisme telah diusir dari Konggo dengan akibat bahwa didaerah itu sekarang terjadi persengketaan dan pertumpahan darah? Tidak demikian halnya! Kondisi di Konggo yang sangat disesalkan adalah langsung disebabkan oleh imperialisme, dan tidak disebabkan oleh berakhirnya imperialisme itu. Imperialisme berusaha untuk mempertahankan posisinya di Konggo; berusaha untuk dapat memutungkan dan melumpuhkan Negara baru itu. Itulah sebabnya Konggo berkobar.

Sudah, Di Kongo, terdapat penderitaan. Akan tetapi penderitaan itu merupakan kesakitan kelahiran dari kemajuan dan kemajuan yang eksplosif senantiasa membawa kesakitan. Mencabut sampai ke-akar-akarnya kepentingan nasional dun internasional yang sudah bercokol selalu menyebabkan kesakitan dun kegoncangan.

Kami mengetahuinya. Kami mengetahui pula dari pengalaman-pengalaman kami sendiri bahwa perkembangan itu sendiri menimbulkan pergolakan. Suatu bangsa yang sedang bergolak membutuhkan pimpinan dan bimbingan, dan akhirnya akan menghasilkan pimpinan serta bimbingannya sendiri.

Kami bangsa Indonesia berbicara berdasarkan pengalaman-pengalaman yang pahit. Masalah Konggo, yang merupakan masalah kolonialisme dan imperialisme, harus diselesaikan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang telah saya uraikan tadi. Konggo adalah Negara yang berdaulat. Hendaknya kedaulatan itu dihormati. Ingatlah kedaulatan Konggo tidak kurang dari kedaulatan setiap bangsa yang diwakili dalam Majelis ini, dan kedaulatan ini harus dihormati secara sama.

Dalam soal-soal dalam negeri Konggo tidak bisa ada cumpur tangan dan sama sekali tidak bisa ada bantuan, baik yang terang-terangan maupun yang tersembunyi, untuk menghancurkan negara ini.

Ya, memang bangsa itu akan membuat kesalahan-kesalahan, kita semua membuat kesalahan-kesalahan dan kita semua belajar dari kesalahan-kesalahan. Sudah, pergolakan akan timbul, akan tetapi itupun biarlah berlangsung, karena ini merupakan tanda bagi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Sampai mana pergolakan itu adalah soalnya bangsa itu sendiri.

Marilah kita, baik secara perseorangan, maupun secara bersama-sama, membantu disana apabila kita diminta oleh pemerintah yang sah dari bargsa itu. Akan tetapi tiap-tiap bantuan semacam itu harus jelas didasarkan atas kedaulatan Konggo yang tidak bisa diganggu-gugat.

Akhirnya, taruhlah kepercayaan pada bangsa itu! Mereka sedang mengalami masa percobaan yang besar dan sedang sangat menderita. Taruhlah kepercayaan pada mereka sebagai bangsa yang baru merdeka, dan mereka akan menemukan jalannya sendiri kearah penyelesaiannya sendiri daripada masalah-masalahnya sendiri.

Disini hendak saya kemukakan peringatan yang sangat serius. Banyak anggauta organisasi ini dan banyak pejabat organisasi ini mungkin tak begitu menyadari perbuatan-perbuatan imperialisme dan kolonialisme.

Mereka tak pernah mengalaminya; mereka tak mengenal keuletannya dan kebengisannya dan banyaknya mukanya, dan kejahatannya.

Kami dari Asia dan Afrika mengenalnya. Saya katakan pada Tuan-tuan: Janganlah bertindak sebagai alat yang tak tahu apa-apa dari imperialisme. Janganlah bertindak sebagai tangan kanan yang buta dari kolonialisme. Jika tuan bertindak demikian, maka tuan pasti akan membunuh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini, dan dengan begitu tuan akan.membunuh harapan dari berjuta-juta manusia, yang tiada terhitung itu dan mungkin tuan akan menyebabkan hari depan mati dalam kandungan.

Sebelum meninggalkan persoalan-persoalan ini, saya hendak, menyinggung pula suatu persoalan besar lain yang kira-kira sama sifatnya. Yang saya maksud ialah Aljazair. Disini terdapat suatu gambaran yang menyedihkan, dimana kedua belah fihak sedang berlumuran darah dan dihancurkan karena ketiadaan penyelesaian. Itu merupakan suatu tragedi!

Sudah jelas sekali bahwa rakyat Aljazair menghendaki kemerdekaan. Hal itu tidak dapat dibantah lagï. Andaikata tidak demikan, maka perjuangan yang lama dan pahit dan berdarah itu sudah akan berakhir bertahun-tahun yang lalu. Kehausan akan kemerdekaan serta ketabahan untuk memperoleh kemerdekaan itu merupakan faktor-faktor pokok dalam situasi ini.

Apa yang belum ditentukan, hanyalah betapa akrab dan selaras suatu kerjasama dihari depan dengan Perancis seharusnya. Kerjasama yang sangat akrab dan sangat selaras tidak akan sukar dicapai, bahkan pada taraf sekarang ini, meskipun barangkali ia akan bertambah sukar dicapainya dengan terus berlangsungnya perjuangan itu.

Maka, adakanlah suatu plebisit di bawah pengawasan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Aljazair untuk menentukan kehendak rakyat akan betapa akrab dan selaras hubungan-hubungan itu seharusnya. Plebesit itu hendaknya jangan mengenai soal kemerdekaan. Kemerdekaan itu sudah ditentukan dengan darah dan air mata dan pastilah akan berdiri suatu Aljazair yang merdeka.

Plebesit seperti yang saya sarankan, jika diselenggarakan dalam waktu singkat, akan merupakan jaminan yang terbaik bahwa antara Aljazair merdeka dan Perancis akan terdapat suatu kerjasama yang akrab dan baik untuk keuntungan bersama. Sekali lagi saya berbicara berdasarkan pengalaman. Indonesia tadinya tida kmengandung niat untuk merusak hubungan-hubungan yang erat dan selaras dengan Belanda. Akan tetapi, rupa-rupanya bahkan dewasa ini, seperti generasi-generasi yang sudah-sudah, pemerintah bangsa itu berpegang teguh pada “memberi terlalu sedikit dan meminta terlampau banyak”. Baru ketika hal itu tak tertahankan lagi, hubungan-hubungan tersebut diputuskan.

Ijinkanlah saya beralih kemasalah yang lebih luas tentang perang dan damai didunia kita ini. Yang pasti adalah bahwa negara-negara yang baru lahir dan yang dilahirkan kembali tidak merupakan ancaman terhadap perdamaian dunia. Kami tidak memiliki ambisi-ambisi teritorial; kamipun tidak mempunyai tujuan-tujuan ekonomi yang tidak bisa disesuaikan. Ancaman terhap perdamaian tidak datang dari kami, tetapi malahan dari fihak negara-negara yang lebih tua, yang telah lama berdiri dan stabil itu.

Itu, ya, dinegara-negara kami terdapat pergolakan. Sebenarnya, pergolakan itu seakan-akan merupakan suatu fungsi dari jangka waktu pertama daripada kemerdekaan. Apakah itu mengherankan? Coba, marilah saya ambil contoh dari sejarah Amerika. Dalam satu generasi harus dialami Perang Kemerdekaan dan Perang Saudara antara Negara-Negara Bagian. Selanjutnya dalam generasi itu juga harus dialami timbulnya perserikatan-perserikatan buruh yang militant, - Masa Bahasa Dari Internasional Pekerja Dunia (I.W.W.), "Wobblies". Harus pula dialami hijrah ke Barat. Harus pula dialami Revolusi Industri dsudah, ya, bahkan masa "pedagang-pedagang aktentas". Harus pula diderita akibat orang-orang á la Benedict Arnold. Dan seperti sering saya katakan, kami desakkan banyak revolusi dalam satu revolusi dan banyak generasi dalam satu generasi.

Maka herankah Tuan-tuan jika ada pergolakan pada kami? Bagi kami hal itu adalah biasa dan kami telah menjadi biasa untuk menunggang angin pusar. Saya mengerti benar bahwa untuk orang luaran hal ini seringkali tampak seperti gambaran kekacauan dan kerusuhan dan rebut-merebut kekuasaan. Bagaimanapun juga pergolakan itu adalah merupakan urusan kami sendiri dan tidak merupakan suatu ancaman bagi siapapun, meskipun hal itu sering memberi kesempatan-kesempatan untuk mencampuri urusan kami.

Meskipun demikian, kepentingan-kepentingan yang bertentangan dari Negara-Negara Besar adalah soal lain: Dalam hal ini masalah-masalah dikaburkan oleh ancaman-ancaman dengan bom-bom hidrogin dan oleh diulang-ulanginya slogan-slogan lama yang telah usang.

Kami tak dapat mengabaikannya karena masalah-masalah itu mengancam kami. Toh; terlalu sering masalah-masalah tersebut nampak seakan-akan tidak sungguh. Dengan terus terang dan tanpa ragu-ragu hendak saya katakan kepada Tuan-tuan bahwa kami menempatkan hari-depan kami sendiri jauh di atas percekcokan-percekcokan di Eropah.

Sudah, kami banyak belajar dari Eropah dan Amerika. Kami telah mempelajari sejarah Tuan-tuan dan penghidupan orang-orang besar dari bangsa tuan. Kami telah mengikuti contoh dari Tuan-tuan, bahkan kami telah berusaha melebihi Tuan-tuan. Kami berbicara dalam bahasa-bahasa Tuan-tuan dan membaca buku-buku tuan-tuan. Kami telah diilhami oleh Lincoln dan Lenin, oleh Cromwell di bawah Garibaldi. Dan memang masih banyak yang harus kami pelajari dari Tuan-tuan dibanyak bidang. Tetapi pada dewasa ini bidang-bidang yang kami harus pelajari lebih banyak lagi dari Tuan-tuan, adalah bidang teknik dan ilmiah, dan bukan faham-faham atau gerakan yang didiktekan oleh ideologi.

Di Asia dan Afrika pada dewasa ini masih hidup, masih berpikir, masih bertindak, mereka yang memimpin bangsanya kearah kemerdekaan, mereka yang mengembangkan teori-teori ekonomi yang agung dan membebaskan, mereka yang telah menumbangkan kelaliman, mereka yang mempersatukan bangsanya dan mereka yang menaklukkan perpecahan bangsanya.

Oleh karena itu dan memang selayaknya, kami dari Asia-Afrika saling mendekati untuk memperoleh bimbingan dan inspirasi dan kami mencari pada diri sendiri pengalaman dan kebijaksanaan yang telah terhimpun pada bangsa-bangsa kami.

Apakah Tuan-tuan tidak berpendapat bahwa Asia dan Afrika mungkin memiliki suatu amanat dan suatu cara untuk seluruh dunia?

Anggota filsafah Inggris Bertrand Russell yang ulung itulah yang pernah berkata bahwa ummat manusia sekarang terbagi dalam dua golongan. Yang satu menganut ajaran Declaration of American Independece dari Thomas Jefferson. Golongan lainnya menganut ajaran Manifesto Komunis.

Maafkan, Lord Russell, akan tetapi saya kira tuan melupakan sesuatu. Saya kira Tuan melupakan adanya lebih dari pada seribu juta rakyat, rakyat Asia dan Afrika, dan mungkin pula rakyat-rakyat Amerika Latin, yang tidak menganut ajaran Manifesto Komunis ataupun Declaration of Independence. Camkanlah, kami mengagumi kedua ajaran itu, dan kami telah banyak belajar dari keduanya itu dan kami telah diilhami, oleh keduanya itu.

Siapakah yang tidak akan dapat ilham dari kata-kata dan semangat Declaration of Independence itu! “Kami menganggap kebenaran-kebenaran ini sebagai suatu, yang tak dapat disangkal lagi : bahwa manusia diciptakan dengan hak-hak yang sama, bahwa mereka diberikan oleh AI Chalik hak-hak tertentu yang tak dapat diganggu-gugat, dan bahwa diantara hak-hak itu adalah hak untuk hidup, hak kemerdekaan dan hak mengejar kebahagiaan ". Siapakah yang terlibat dalam perjuangan untuk kehidupan dan kemerdekaan nasional; tak akan diilhami! Dan sekali lagi, siapakah diantara kita, yang berjuang menegakkan suatu masyarakat, yang adil dan makmur diatas puing-puing kolonialisme, tak akan diilhami oleh bayangan kerjasarna dan perkembangan ekonomi yang dicetuskan oleh Marx dan Engels!

Sekarang telah terjadi suatu konfrontasi diantara kedua pandangan itu, dan konfrontasi itu membahayakan, tidak hanya untuk mereka yang berhadapan tetapi juga untuk bagian dunia lainnya.

Saya tidak dapat berbicara atas nama negara-negara Asia dan Afrika lainnya ? saya tidak diberi kuasa untuk itu, dan bagaiamanapun juga mereka sendiri cakap untuk mengemukakan pandangannya masing?masing. Akan tetapi saya diberi kuasa ? bahkan ditugaskan ? untuk berbicara atas nama bangsa saya yang berjumlah sembilan puluh dua juta itu.

Sepeirti saya katakan; kami telah membaca dan mernpelajari kedua dokumen yang pokok itu: Dari masing-masing dokumen itu banyak yang telah kami ambil dan kami buang apa yang tak berguna bagi kami, kami yang hidup dibenua Iain dan beberapa generasi kemudian. Kami telah mensintesekan apa yang kami perlukan dari kedua dokumen itu, dan ditinjau dari pengalaman serta dari pengetahuan kami sendiri, sintese itu telah kami saring dan kami sesuaikan.

Jadi, dengan minta maaf kepada Lord RusselI yang saya hormati sekali, dunia ini tidaklah seluruhnya terbagi dalam dua fihak seperti dikiranya.

Meskipun kami telah mengambil sarinya, dan meskipun kami telah mencoba mensintesekan kedua dokumen yang peting itu; kami tidak dipimpin oleh keduanya itu saja. Kami tidak mengikuti konsepsi liberal ataupun konsepsi komunis. Apa gunanya? Dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri tumbuhlah sesuatu yang lain, sesuatu yang jauh lebih sesuai, sesuatu yang jauh lebih cocok.

Arus sejarah memperlihatkan dengan nyata bahwa semua bangsa memerlukan sesuatu konsepsi dan cita-cita. Jika mereka tak memilikinya atau jika konsepsi dan cita-cita itu menjadi kabur dan usang, maka bangsa itu ada dalam bahaya. Sejarah Indonesia kami sendiri memperlihatkannya dengan jelas, dan demikian pula halnya dengan sejarah seluruh dunia.

"Sesuatu "itu kami namakan" Panca Sila ". Sudah, "Panca Sila" atau Lima Sendi Negara kami. Lima Sendi itu tidaklah langsung berpangkal pada Manifesto Komunis ataupun Declaration of Independence. Memang, gagasan-gagasan dan cita?cita ITU, mungkin sudah ada sejak berabad-abad telah terkandung dalam bangsa karni. Dan memang tidak mengherankan bahwa faham-faham mengenai kekuatan yang besar dan kejantanan itu telah timbul dalam bangsa kami selama dua ribu tahun peradaban kami dan selama berabad-abad keberhasilan bangsa, sebelum imperialisme menenggelamkan kami pada suatu saat kelemahan nasional.

Jadi berbicara tentang Panca Sila dihadapan Tuan-tuan, saya mengemukakan intisari dari peradaban kami selama dua ribu tahun.

Apakah Lima Sendi itu? la sangat sederhana : pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, kedua Nasionalisme, ketiga Internasionalisme, ke-empat Demokrasi dan kelima Keadilan Sosial,

Perkenankanlah saya sakarang menguraikan sekedarnya tentang kelima pokok itu.

Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Bangsa saya meliputi orang-orang yang menganut berbagai macam agama. Ada yang Islam, ada yang Kristen ada yang Budha dan ada yang tidak menganut sesuatu agama. Meskipun demikian untuk delapan puluh lima persen dari sembilan puluh dua juta rakyat kami, bangsa Indonesia terdiri dari para pengikut Islam. Berpangkal pada kenyataan ini, dan mengingat akan berbeda-beda tetapi bersatunya bangsa kami, kami menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai yang paling utama dalam filsafah hidup kami. Bahkan mereka yang tidak percaya kepada Tuhanpun, karena toleransinya yang menjadi pembawaan, mengakui bahwa kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa merupakan karakteristik dari bangsanya, sehingga mereka menerima Sila pertama ini.

Kemudian sebagai nomor dua ialah Nasionalisme. Kekuatan yang membakar dari nasionalisme dan hasrat akan kemerdekaan mempertahankan hidup kami dan memberi kekuatan kepada kami sepanjang kegelapan penjajahan yang lama, dan selama berkobarnya pejuangan kemerdekaan. Dewasa ini kekuatan yang membakar itu masih tetap menyala-nyala didada kami dan tetap memberi kekuatan hidup kepada kami! Akan tetapi nasionalisme kami sekali-kali bukanlah Chauvinisme. Kami sekali-kali tidak menganggap diri kami lebih unggul dari bangsa-bangsa lain. Kami sekali-kali tidak pula berusaha untuk memaksakan kehendak kami kepada bangsa-bangsa lain. Saya mengetahui benar-benar bahwa istilah “nasionalisme” dicurigai, bahkan tidak terpercaya di negara-negara Barat. Hal ini disebabkan karena Barat telah memperkosa dan memutar balikan nasionalisme. Padahal nasionalisme yang sejati masih tetap berkobar-kobar di negara-negara Barat. Jika tidak demikian, rnaka Barat tidak akan menantang dengan senjata chauvinisme Hitler yang agresif.

Tidakkah nasionalisme ? sebutlah jika mau, patriotisme - mempertahankan kelangsungan hidup semua bangsa? Siapa yang berani menyangkal bangsa, yang melahirkan dia? Siapa yang berani berpaling dari bangsa, yang menjadikan dia? Nasionalisme adalah mesin besar yang menggerakkan dan mengawasi semua kegiatan internasional kita; nasionalisme adalah sumber besar dan inspirasi agung dari kemerdekaan.

Nasionalisme kami di Asia dan Afrika tidaklah sama dengan yang ada pada sistem Negara-negara Barat. Di Barat, nasionalisme berkembang sebagai kekuatan yang agresif yang mencari ekspansi serta keuntungan bagi ekonomi nasionalnya. Nasionalisme di Barat adalah kakek dari imperialisme, yang bapaknya adalah Kapitalisme. Di Asia dan Afrika dan saya kira juga di Amerrka Latin, nasionalisme adalah gerakan pembebasan, suatu gerakan protes terhadap imperialisme dan kolonialisme, dan suatu jawaban terhadap penindasan nasionalisme-chauvinis yang bersumber di Eropah. Nasionalisme Asia dan Afrika serta Nasionalisme Amerika Latin tidak dapat ditinjau tanpa memperhatikan inti sosialnya.

Di Indonesia kami menganggap inti sosial itu sebagai pendorong untuk mencapai keadilan dan kemakmuran. Bukankah itu tujuan yang baik yang dapat diterima oleh semua orang? Saya tidak berbicara hanya tentang kami sendiri di Indonesia, juga tidak hanya tentang Saudara-saudara saya di Asia dan Afrika serta Amerika Latin. Saya berbicara tentang seluruh dunia. Masyarakat adil dan makmur dapat merupakan cita-cita dan tujuan semua orang.

Mahatma Gandhi pernah berkata: “Saya seorang nasionalis, akan tetapi nasionalisme saya adalah perikemanusiaan”. Kamipun berkata demikian. Kami nasionalis, kami cinta kepada bangsa kami dan kepada semua bangsa. Kami nasionalis karena kami percaya bahwa bangsa-bangsa adalah sangat penting bagi dunia dimasa sekarang ini, dan kami tetap demikian, sejauh mata dapat memandang kemasa depan. Karena kami nasionalis, maka kami mendukung dan menganjurkan nasionalisme dimana saja kami jumpainya.

Sila ketiga kami adalah Internasionalisme. Antara Nasionalisme dan Internasionalisme tidak ada perselisihan atau pertentangan. Memang benar, bahwa internasionalisme tidak akan dapat tumbuh dan berkembang selain diatas tanah yang subur dari nasionalisme. Bukankah Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa itu merupakan bukti yang nyata dari hal ini? Dahulu ada Liga Bangsa-Bangsa. Kini ada Perserikatan Bangsa-Bangsa. Nama-nama itu sendiri menunjukan bahwa bangsa-bangsa mengingini dan membutuhkan suatu badan internasional, dimana setiap bangsa mempunyai kedudukan yang sederajat. Internasionalisme sama sekali bukan kosmopolitanisme, yang merupakan penyangkalan terhadap nasionalisme, yang anti-nasional dan memang bertentangan dengan kenyataan.

Harap keempat adalah Demokrasi. Demokrasi bukanlah monopoli atau penemuan dari aturan sosial Barat. Lebih tegas, demokrasi tampaknya merupakan keadilan asli dari manusia, meskipun diubah untuk disesuaikan dengan kondisi-kondisi sosial yang khusus.

Selama ribuan tahun dari peradaban Indonesia, kami telah mengembangkan bentuk-bentuk demokrasi Indonesia. Kami percaya bahwa bentuk-bentuk ini memiliki pertalian dan arti internasional. Ini adalah soal saya bicarakan kemudian.

Akhirnya, Silahkan yang penghabisan dan yang terutama adalah Keadilan Sosial. Pada Keadilan Sosial ini kami rangkaikan kemakmuran sosial, karena kami menganggap kedua hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Benar, hanya suatu masyarakat yang makmur dapat merupakan masyarakat yang adil, meskipun kemakmuran itu sendiri bisa bersemayam dalam ketidak-adilan sosial.

Demikianlah Panca Sila kami. Ketuhanan Yang Maha Esa, Nasionalisme, Internasionalisme, Demokrasi dan Keadilan Sosial.

Tidaklah termasuk tugas saya hari ini untuk menguraikan bagaimana kami berusaha, dalam kehidupan dan urusan nasional kami, menggunakan dan melaksanakan Panca Sila. Jika saya menguraikan hal ini, maka ini akan mengganggu keramah-tamahan badan internasional ini.

Akan tetapi saya sungguh-sungguh percaya bahwa Panca Sila mengandung lebih banyak daripada arti nasional saja. Panca Sila memiliki arti universal dan dapat digunakan secara internasional.

Tidak sorangpun akan membantah unsur kebenaran dalam pandangan yang dikemukakan oleh Bertrand Russell itu. Sebagian besar dari dunia telah terbagi menjadi golongan yang menerima gagasan dan prinsip-prinsip Declaration of American Independence dan golongan yang menerima gagasan dan prinsip-prinsip Manifesto Komunis. Mereka yang menerima gagasan yang satu menolak gagasan yang lain, dan terdapatlah bentrokan atas dasar ideologis maupun praktis.

Kita semuanya terancam oleh bentrokan ini dan kita merasa khawatir karena bentrokan ini. Apakah tidak ada sesuatu tindakan yang dapat diambil terhadap ancaman ini? Apakah hal ini harus berlangsung terus dari generasi ke generasi, dengan kemungkinan pada akhirnya akan meletus menjadi lautan api yang akan menelan kita semuanya? Apakah tidak ada suatu jalan keluar?

Jalan keluar harus ada. Jika tidak ada, maka semua musyawarah kita, semua harapan kita, semua perjuangan kita akan sia-sia belaka.

Kami bangsa Indonesia tidak bersedia bertopang dagu, sedangkan dunia menuju kejurang keruntuhannya. Kami tidak bersedia bahwa fajar cerah dari kemerdekaan kami diliputi oleh awan radio-aktif. Tidak satupun diantara bangsa-bangsa Asia atau Afrika akan bersedia menerima hal ini. Kami memikul pertanggungan jawab terhadap dunia, dan kami siap menerima serta memenuhi pertanggungan jawab itu. Jika itu berarti turut-campur dalam apa yang tadinya merupakan urusanurusan Negara-Negara Besar yang dijauhkan dari kami, maka kami akan bersedia melakukannya. Tidak ada bangsa Asia dan Afrika manapun juga yang akan menyingkiri tugas itu.

Bukankah jelas, bahwa bentrokan itu timbul terutama karena ketidak-samaan? Di dalam suatu bangsa, adanya yang kaya dan miskin, dan dihisap dan yang menghisap, menimbulkan bentrokan. Hilangkan penghisapan, dan bentrokan itu akan lenyap, karena sebab yang menimbulkan bentrokan itu telah tidak ada,

Diantara bangsa-bangsa, jika ada yang kaya dan yang miskin, yang menghisap dan dihisap, akan pula ada bentrokan. Hilangkan sebab yang menimbulkan bentrokan, dan bentrokan itu akan lenyap. Hal ini berlaku, baik internasional maupun didalam suatu bangsa. Dilenyapkannya imperialisme dan kolonialisme meniadakan Penghisapan demikian dari bangsa oleh bangsa.

Saya percaya, bahwa ada jalan keluar daripada konfrontasi ideologi-ideologi ini. Saya percaya bahwa jalan keluar itu terletak pada dipakainya Panca Sila secara universil !

Siapakah diantara Tuan-Tuan menolak Panca Sila? Apakah wakil-wakil yang terhormat dari Bangsa Amerika yang besar menolaknya? Apakah wakil-wakil yang terhormat dari bangsa Rusia yang besar menolaknya? Ataukan wakil-wakil yang terhormat dari Inggris atau Polandia, atau Perancis atau Cekoslowakia? Ataukah memang ada diantara mereka yang agaknya telah mengambil posisi yang statis dalam Perang Dingin antara gagasan-gagasan dan praktek-paktek, dan yang berusaha tetap berakar sedalam-dalamnya sedangkan dunia menghadapi kekacauan-kekacauan?

Lihatlah, lihatlah delegasi yang mendukung saya ! Delegasi itu bukan terdiri dari pegawai-pegawai negeri atau politikus-politikus profesional. Delegasi ini mewakili bangsa Indonesia. Dalam delegasi ini ada prajurit-prajurit. Mereka menerima Panca Sila, ada seorang ulama islam yang besar, yang merupakan soko guru bagi agamanya. Ia menerima Panca Sila. Selanjutnya da pemimpin Partai Komunis Indonesia yang kuat. Ia menerima Panca Sila. Selanjutnya ada perwakilan dari Kelompok-kelompok Katolik dan Protestan, dari Partai Nasionalis dan organisasi-organisasi buruh dan tani, ada pula wanita-wanita, kaum cendekiawan dan kantor-kantor pemerintahan. Semuanya ya menerima Panca Sila.

Mereka bukannya menerima Panca Sila semata-mata sebagai konsepsi ideologi belaka, melainkan sebagai suatu pedoman yang praktis sekali untuk bertindak. Mereka diantara bangsa saya yang berusaha menjadi pepmimpin tetapi menolak Panca Sila, ditolak pula oleh bangsa Indonesia.

Bagaimana penggunaan secara internasional dari Panca Sila? Bagaimana Panca Sila itu dapat dipraktekan? Marilah kita tinjau kelima pokok itu satu demi satu.

Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Tidak seorangpun yang menerima Declaration Of American Independence sebagai pedoman untuk hidup dan bertindak, akan menyangkalnya. Begitu pula tidak ada seorang pengikutpun dari Manifesto Komunis, dalam forum internasional ini akan menyangkal hak dan untuk percaya kepada Yang Maha Kuasa. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini, saya persilahkan Tuan-tuan yang terhormat bertanya kepada tuan Aidit, Besi cor komuni Parfait Indonesia, yang duduk dalam Delegasi saya yang menerima sepenuhnya baik Manifesto Komunis mapun Panca Sila.

Kedua : Nasionalisme. Kita semua adalah wakil-wakil bangsa-bangsa. Bagaimana kita akan dapat menolak nasionalisme? Jika kita menolak nasionalisme, maka kita harus menolak kebangsaan kita sendiri dan menolak pengorbanan-pengorbanan yang telah diberikan oleh generasi-generasi. Akan tetapi saya peringatkan Tuan-tuan : jika Tuan-tuan menerima prinsip nasionalisme, maka Tuan-tuan harus menolak imperialisme. Tetapi pada peringatan itu saya ingin menambahkan peringatan lagi : Jika Tuan-tuan menolak imperialisme, maka secara otomatis dan dengan segera Tuan-tuan lenyapkan dari dunia yang dalam kesukaran ini sebab terbesar yang menimbulkan ketegangan dan bentrokan.

Ketiga : Internasionalisme. Apakah perlu untuk berbicara dengan panjang lebar mengenai internasionalisme dalam badan in ternasional ini? Tentu tidak ! Jika bangsa-bangsa kita tidak "Internationally minded", maka bangsa-bangsa itu tidak akan menjadi anggauta organisasi ini. Akan tetapi, internasionalisme yang sejati tidak selalu terdapat disini. Saya menyesal harus mengatakan demikian, akan tetapi hal ini adalah suatu kenyataan. Terlalu sering perserikatan bangsa-bangsa dipergunakan sebagai forum untuk tujuan-tujuan nasional yang sempit atau tujuan-tujuan golongan saja. Terlalu sering pula tujuan-tujuan yang agung dan cita-cita yang luhur dari piagam kita dikaburkan oleh usaha untuk mencari keuntungan nasional atau prestige nasional. Internasionalisme yang sejati harus didasarkan atas persamaan kehormatan, persamaan penghargaan dan atas dasar penggunaan secara praktis dari pada kebenaran, bahwa semua orang adalah saudara. Untuk mengutip piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa – dokumen yang sering kali dilupakan orang itu – internasionalisme itu harus “meneguhkan kembali keyakinan ……berdasarkan hak-hak-yang sama bagi …… bangsa-bangsa, baik besar maupun kecil”.

Akhirnya, dan sekali lagi, internasionalisme akan berarti berakhirnya imperialisme dan kolonialisme, sehingga dengan demikian berakhirnya banyak bahaya dan ketegangan.

Keempat : Demokrasi. Bagi kami bangsa Indonesia, demokrasi mengandung tiga unsur yang pkok. Demokrasi mengandung pertama-tama prinsip yang kami sebut Mufakat yakni : kebulatan pendapat. Kedua, demokrasi mengandung prinsip Perwakilan.

Akhirnya demokrasi mengandung, bagi kami, prinsip musyawarah. Sudah, demokrasi Indonesia mengandung ketiga prinsip itu, yakni : mufakat, perwakilan dan musyawarah antara wakil-wakil.

Perhatikanlah. Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini adalah organisasi dari bangsa-bangsa yang sederajat, organisasi dari negara-negara yang merupakan kedaulatn yang sederajat, kemerdekaan yang sederajat dan rasa bangga yang sederajat tentang kedaulatan serta kemerdekaan. Satu-satunya cara untuk organisasi ini untuk dapat menjalankan fungsinya secara memuaskan, ialah dengan jalan mufakat yang diperoleh dalam musyawarah. Musyawarah harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga, tidak ada saingan antara pendapat-pendapat yang bertentangan, tïdak ada resolusi-resolusi dan resolusi-resolusi balasan, tidak ada pemihakan-pemihakan, melainkan hanya usaha yang teguh untuk mencari dasar umum dalarn memecahkan sesuatu masalah. Dari musyawarah semacam ini timbullah permufakatan, suatu kebulatan pendapat, yang lebih kuat dari pada suatu resolusi yang dipaksakan melalui jumlah suara mayoritet, suatu resolusi yang mungkin tidak diterima, atau yang mungkin tidak disukai oleh minoritet.

Apakah saya berbicara idealistis? Apakah saya memimpikan dunia yang ideal dan romantis?

Tidak ! Kedua kaki saya dengan teguh berpijak ditanah ! Betul saya menengadah kelangit untuk mendapatkan inspirasi akan tetapi pikiran saya tidak berada diawang-awang. Saya tegaskan bahwa cara-cara musyawarah demikian ini dapat dilaksanakan. Cara-cara itu untuk kami dapat dijalankan. Cara-cara itu dapat dijalankan dalam D.P.R. kami, cara-cara itu dapat dijalankan dalam D.P.A. kami, cara-cara itu dapat dijalankan dalam Kabinet kami.

Cara musyawarah ini dapat dijalankan, karena wakil-wakil bangsa kami berkeinginan agar cara-cara itu dapat berjalan. Kaum Komunis menginginkannya, kaum nasionalïs menginginkannya, golongan Islam menginginkannya, dan golongan Kristen menginginkannya. Tentara menginginkannya, baik warga kota maupun rakyat di desa-desa yang terpencil menginginkannya, kaum cendekiawan menginginkannya dan orang yang berusaha dengan sekuat tenaga memberantas buta huruf menginginkannya. Semua menginginkannya, karena semuanya menginginkannya tercapainya tujuan jelas dari Panca Sila, dan tujuan yang jelas itu ialah masyarakat adil dan makmur.

Tuan-tuan boleh berkata: "Saya, kita akan menerima kata-kata Presiden Soekaro dan kita akan menerima bukti-bukti yang kita lihat dalam susunan delegasinya di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari ini, akan tetapi kita adalah kaum realis dalam dunia yang kejam. Cara satu-satunya untuk menyelenggarakan pertemuan internasional ialah cara yang dipergunakan dalam menyelenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yaitu dengan resolusi-resolusi, amandemen-amandemen, suara-suara mayoritet dan minoritet ".

Perkenankanlah saya menegaskan sesuatu. Kami tahu dari pengalaman yang sama pahitnya, sama praktisnya dan sama realistisnya, bahwa cara-cara musyawarah kami dapat pula diselenggarakan dibidang intrnmasional. Dibidang itu cara-cara itu berjalan sama baiknya seperti dibidang nasional.

Seperti Tuan-tuan ketahui, belum begitu lama berselang, perwakilan dari dua puluh sembilan bangsa-bangsa dari Asia dan Afrika berkumpul di Bandung. Pemimpin-pemimpin bangsa-bangsa itu bukan pemimpin pengelamun yang tidak praktis. Jauh dari itu! Mereka adalah pemimpin-pemimpin yang keras dan realistïs dari rakyat dan bangsa-bangsa, sebagian besar diantara mereka lulus dari perjuangan kemerdekaan nasional, semuanya mengetahui benar akan realitet-realitet dari pada kehidupan serta kepemimpinan baik politik maupun internasional.

Mereka memiliki pandangan politik yang berbeda-beda, dari ekstrim kanan sampai ekstrim kiri.

Banyak orang dinegara-negara barat tidak dapat percaya bahwa konperensi semacam itu dapat menghasilkan sesuatu yang berguna. Banyak orang bahkan berpendapat bahwa konperensi itu akan bubar dalam keadaan kacau dan saling tuduh-menuduh, terpecah-belah di atas karang perbedaan faham politik.

Konperensi Asia-Afrika diselenggarakan dengan cara-cara musyawarah.

Dalam konperensi itu tidak ada mayoritet dan minoritet. Tidak pula diadakan pemungutan suara. Dalam konperensi itu hanya terdapat musyawarah dan keinginan umum untuk mencapai persetujuan. Konperensi itu menghasilkan komunike yang dibuat dengan suara bulat, komunike yang merupakan salah suatu yang terpenting dalam windu ini atau mungkin salah satu dokumen yang terpenting dalam sejarah.

Apakah Tuan-tuan masih sangsi terhadap manfaat dan efisiensi dari cara musyawarah semacam itu?

Saya yakin bahwa pemakaian dengan tulus ikhlas dari cara-cara musyawarah demikian ini, akan mempermudah pekerjaan organisasi internasional ini. Sudah, berangkali cara ini akan memungkinkan pekerjaan yang sebenarnya dari organisasi ini. Cara musyawarah ini akan menunjukkan jalan untuk menyelesaikan banyak masalah-masalah yang makin bertumpuk-tumpuk bertahun-tahun. Cara musyawarah ini akan memungkinkan terselesaikannya masalah-masalah yang tampaknya tidak terpecahkan.

Dan saya minta dengan hormat, hendaknya Tuan-tuan ingat bahwa sejarah memperlakukan mereka yang gagal tanpa mengenal ampun.

Siapakah yang sekarang ini ingat kepada mereka yang membanting-tulang dalam Liga Bangsa-Bangsa? Kita hanya ingat kepada mereka yang telah menghancurkan suatu organisasi negara-negara dari sebagian dunia saja. Kita tidak bersedia bertopang dagu dan melihat organisasi ini, organisasi kita sendiri, dihancurkan karena tidak flexible, atau karena lambat menyambut keadaan dunia yang berobah.

Apakah tidak patut dicoba? Jika Tuan-tuan berpendapat tidak, maka Tuan-tuan harus bersedia untuk mempertanggung jawabkan keputusan Tuan-tuan dihadapan mahkamah sejarah.

Akhirnya, di dalam Panca Sila terkandung Keadilan Sosial. Untuk dapat dilaksanakan di bidang internasional, mungkin hal ini akan menjadi keadilan sosial internasional. Sekali lagi, menerima prinsip ini akan berarti menolak kolonialisme dan imperialisme.

Selanjutnya, diterimanya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa keadilan sosial sebagai suatu tujuan, akan berarti diterimanya pertanggungan jawab dan kewajiban-kewajiban tertentu.

Ini akan berarti usaha yang tegas dan berpadu untuk mengakhiri banyak dari kejahatan-kejahatan sosial, yang menyusahkan dunia kita. Ini akan berarti bahwa bantuan kepada negara-negara yang belum maju dan bangsa-bangsa yang kurang beruntung akan disingkirkan dari suasana Perang Dingin. Ini akan berarti pula pengakuan yang praktis bahwa semua orang adalah saudara dan bahwa sernua orang memiliki tanggung-jawab terhadap saudaranya.

Apakah ini bukan tujuan yang mulia! Apakah ada yang berani menyangkal kemuliaan dan keadilan daripada tujuan ini? Jika ada yang berani menyangkalnya, maka suruhlah ia menghadapi kenyataan! Suruh ia menghadapi si-lapar, suruh ia mengalami sibuta huruf, suruh ia mengahapi si-sakit dan suruhlah ia kemudian membenarkan sangkalannya!

Perkenankanlan saya sekali lagi mengulangi lima sila itu. Ketuhanan Yang Maha Esa; Nasionalisme; Internasionalisme; Demokrasi; Keadilan Sosial.

Marilah kita selidiki apakah hal-hal itu sebenarnya merupakan suatu sintese yang dapat diterima oleh kita semua. Marilah kita bertanya pada diri sendiri, apakah penerimaan prinsip-prinsip itu akan memberikan suatu pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh organisasi ini.

Benar, Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak hanya terdiri dari pada piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa saja. Meskipun demikian, dokumen yang bersejarah itu tetap merupakan bintang pembimbing dan ilham organisasi ini.

Dalam banyak hal piagam mencerrninkan konstelasi politik dan kekuatan dari pada saat dilahirkannya. Dalam banyak hal piagam itu tidak mencerminkan kenyataan?kenyataan masa sekarang.

Oleh karena itu rnarilah kita pertimbangkan apakah lima sila yang telah saya kemukakan, dapat memperkuat dan memperbaiki piagam kita.

Saya yakin, sudah, saya yakin seyakin-yakinnya bahwa diterimanya kelima prinsip itu dan dicantumkannya dalam piagam, akan sangat memperkuat Perserikatan Bangsa-Bangsa. Saja yakin, bahwa Panca Sila akan menempatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa sejajar dengan perkembangan terakhir dari dunia. Saya yakin bahwa Panca Sila akan memungkinkan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menghadapi hari kemudian dengan kesegaran dan kepercayaan. Akhirnya, saya yakin bahwa diterimanya Panca Sila sebagai dasar piagam, akan menyebabkan piagam ini dapat diterima lebih ikhlas oleh semua anggauta, baik yang lama maupun yang baru.

Saya akan ajukan satu soal lagi dalam hubungan ini. Adalah suatu kehormatan besar bagi suatu negara bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa berkedudukan di dalam wilayahnya. Kita semua benar-benar bersyukur bahwa Amerika Serikat telah memberi tempat yang tetap bagi Orgasisasi kita. Tetapi, mungkin dapat dipersoalkan apakah itu memang tepat.

Dengan segala hormat, saya kemukakan bahwa ia mungkin tidak tepat. Bahwasanya kedudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa berada dalam wilayah salah satu negara yang terkemuka dalam Perang Dingin, berarti Perang Dingin telah merembes bahkan sampai kepekerjaan dan administrasi serta rumah-tangga Organisasi kita ini. Sedemikian luasnya sekresi itu, sehingga hadirnya pemimpin bangsa yang besar dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa ini saja sudah menjadi persoalan Perang Dingin dan senjata Perang Dingin, serta alat untuk mempertajam cara kehidupan yang berbahaya serta yang sia-sia itu.

Marilah kita tinjau apakah tempat kedudukan Organisasi kita tidak perlu dipindahkan dari suasana Perang Dingin. Marilah kita tinjau apakah Asia atau Afrika atau Jenewa akan dapat memberi tempat yang permanen kepada kita, yang jauh dari Perang Dingin, tidak terikat pada salah satu blok dan dimana para Delegasi dapat bergerak dengan leluasa dan bebas sekehendak mereka.

Dengan demikian, mungkin akan diperoleh pengertian yang lebih luas tentang dunia dan masalah-masalahnya.

Saya yakin, bahwa suatu negara Asia atau Afrika, mengingat akan keyakinan dan kepercayaannya, dengan senang akan mengunjukkan kemurahan hatinya kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa, mungkin dengan menyediakan suatu daerah yang cukup luas, dimana Organisasi itu sendiri akan berdaulat dan dimana perundirgan-konsultasi yang penting untuk pekerjaan vital itu dapat dilaksanakan secara aman dan dalam suasana persaudaraan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak lagi merupakan badan seperti yang menandatangani Piagam lima belas tahun yang lalu. Dunia inipun tidak sama dengan yang dahulu. Mereka yang dengan kebijaksanaan berjerih-payah untuk menghasilkan Piagam Organisasi ini, tidak dapat menyangka akan terjelmanya bentuk yang sekarang ini. Diantara orang-orang yang bijaksana dan jauh pandangannya itu, hanya beberapa yang sadar, bahwa akhir imperialisme sudah tampak dan bahwa bila Organisasi ini harus hidup terus, maka ia mesti memberi kemungkinan kepada bangsa-bangsa yang lahir kembali untuk masuk beramai-ramai, berduyun-duyun dan bersemangat.

Tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa seharusnya memecahkan masalah-masalah. Untuk menggunakannya sebagai forum perdebatan belaka, atau sebagai saluran propaganda, atau sebagai sambungan dari politik dalam negeri, berarti memutar-balikkan cita-cita mulia yang seharusnya meresap di dalam badan ini.

Pergolakan-pergolakan kolonial, perkembangan yang cepat dari daerah-daerah yang belum maju di lapangan teknis, dan masalah perlucutan senjata, semuanya merupakan masalah-masalah yang tepat dan mendesak untuk kita pertimbangkan dan musyawarahkan. Akan tetapi, telah menjadi jelas, bahwa masalah-masalah yang vital ini tidak dapat dibicarakan secara memuaskan oleh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang sekarang ini. Sejarah badan ini menunjukkan kebenaran yang menyedihkan dan yang jelas dari apa yang telah saya katakan.

Sungguh tidak mengherankan bahwa demikianlah jadinya. Intinya adalah bahwa Organisasi kita mencerminkan dunia tahun Sembilanbelas empatpuluh lima, dan bukan dunia zaman sekarang. Demikianlah halnya dengan semua badan-badannya – kecuali satu-satunya Majelis yang agung ini – dan dengan semua Lembaga-lembaganya.

Organisasi dan keanggautaan Dewan Keamanan – badan yang terpenting itu – mencerminkan peta ekonomi, militer dan kekuatan dari dunia tahun Sembilanbelas empatpuluh lima, ketika Organisasi ini dilahirkan dari inspirasi dan angan-angan yang besar. Demikian pula halnya dengan sebagian besar daripada Lembaga-lembaga lainya. Mereka itu tidak mencerminkan bangkitnya negara-negara Sosialis ataupun berkembangnya dengan cepat kemerdekaan Asia dan Afrika.

Untuk memodernisir dan membuat efisien Organisasi kita, barangkali juga Sekretariat di bawah pimpinan Sekretaris jenderalnya, mungkin membutuhkan peninjauan kembali. Dengan mengatakan demikian, saya tidak – sama sekali tidak – mengeritik atau mencela dengan cara apapun Sekretaris Jenderal yang sekarang, yang senantiasa berusaha, dalam kondisi-kondisi yang tak dapat diterima lagi, melakukan tugasnya dengan baik, yang kadang-kadang tampaknya tidak mungkin dilaksanakan.

Jadi, bagaimanakah mereka bisa efisien? Bagaimana anggauta-anggauta kedua golongan dalam dunia ini - yakni kalangan yang merupakan suatu kenyataan dan yang harus diterima - bagaimanakah anggauta-anggauta kedua golongan itu bisa merasa tenang di dalam Organisasi ini dan memiliki kepercayaan penuh yang diperlukan terhadapnya.

Sejak perang kita telah menyaksikan tiga gejala-gejala besar yang permanen.

Pertama ialah bangkitnya negara-negara sosialis. Hal ini tidak disangka dalam tahun Sembilanbelas empatpuluh lima. Kedua adalah gelombang besar dari emisi nasional dan emansipasi ekonomi yang melanda Asia dan Afrika serta Saudara-saudara kita di Amerika Latin. Saya kira bahwa hanya kita, yang langsung terlibat di dalamnya, dapat menduganya. Ketiga ialah kemajuan ilmiah besar, yang semua bergerak dilapangan persenjataan dan peperangan, akan tetapi yang dewasa ini berpindah kelapangan rintangan dan perbatasan ruang angkasa. Siapakah yang dapat meramalkannya ketika itu?

Benar, Piagam kita dapat dirubah. Saya menyadari, bahwa ada prosedure untuk melakukan hal ini dan akan tiba waktunya ini dapat dilakukan. Akan tetapi persoalan ini mendesak. Hal ini mungkin merupakan persoalan mati atau hidup bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Janganlah sampai pandangan legalistik yang picik dapat menghalangi dikerjakannya usaha itu dengan segera.

Adalah sama pentingnya bahwa pembagian kursi dalam Dewan Keamanan dan badan-badan serta lembaga-lembaga lainnya harus dirobah. Dalam hal ini saya tidak berpikir dalam istilah blok-blokan, tetapi saya memikirkan betapa sangat perlunya Piagam dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, dari badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Sekretariat Perserikauan Bangsa-Bangsa, semuanya itu mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari dunia kita sekarang ini.

Kami dan Indonesia memandang organisasi ini dengan harapan yang besar, tetapi juga dengan kekhawatiran yang besar. Kami memandangnya dengan harapan besar, karena pernah berfaedah bagi kami dalam perjuangan untuk kehidupan nasional kami. Kami memandanginya dengan harapan besar, karena kami percaya bahwa hanya organisasi semacam inilah dapat memberikan rangka bagi dunia yang sehat dan aman sebagaimana kami rindukan.

Kami memandanginya dengan kekhawatiran besar, karena kami telah mengajukan suatu masalah nasional yang besar, masalah Irian Barat, kehadapan Majelis ini, dan tiada suatu penyelesaian dapat dicapai. Kami memandanginya dengan kekhawatiran, karena Negara-Negara Besar di dunia telah memasukkan permainan Perang Dingin mereka yang berbahaya itu ke dalam ruangan-ruangannya.

Kami memandanginya, dengan kekhawatiran, kalau-kalau Majelis ini akan menemui kegagalan dan akan mengikuti jejak organisasi yang digantikannya, dan dengan demikian melenyapnya dari pandangan mata ummat manusia suatu gambaran dari suatu masa depan yang aman dan bersatu.

Marilah kita hadapi kenyataan bahwa Qrganisasi ini, dengan cara-cara yang dipergunakannya sekarang in dan dalam bentuknya sekarang, adalah suatu hasil sistem Negara Barat. Maafkan saya, tetapi saya tidak dapat menjunjung tinggi sistim itu. Bahkan saya tidak dapat memandanginya dengan rasa kasih, meskipun saya sangat menghargainya.

Imperialisme dan kolonialisme adalah buah dari sistem negara Barat itu, dan seperasaan dengan mayoriteit yang luas dari pada Organisasi ini, saya benci pada imperialisme, saya jijik pada kolonialisme, dan saya khawatir akan akibat-akibat perjuangan hidupnya yang terakhir yang dilakukan dengan sengitnya. Dua kali didalam masa hidup saya sendiri sistim Negara Barat itu telah merobek-robek dirinya sendiri dan pernah hampir saja menghancurkan dunia dalam suatu bentrokan yang sengit.

Herankah Tuan-tuan, bahwa banyak diantara kami memandang Organisasi yang juga merupakan hasil sistim Negara Barat itu dengan penuh pertanyaan? Janganlah Tuan-tuan salah mengerti. Kami menghormati dan mengagumi sistim telah di-ilhami oleh kata-kata Lincoln dan Lenin, oleh perbuatan-perbuatan Washington dan oleh perbuatan-perbuatan Garibaldi. Bahkan, mungkin, kami melihat dengan irihati kepada beberapa diantara hasil-hasil fisik yang dicapai oleh Barat. Tetapi kami bertekad bahwa bangsa-bangsa kami, dan dunia sebagai keseluruhan, tidak akan menjadi permainan dari satu bagian kecil dari dunia.

Kami tidak berusaha mempertahankan dunia yang kami kenal, kami berusaha membangun suatu dunia yang baru, yang lebih baik !

Kami berusaha membangun suatu dunia yang sehat dan aman. Kami berusaha membangun suatu dunia, dimana setiap orang dapat hidup dalam suasana damai. Kami berusaha membangun suatu dunia, dimana terdapat keadilan dan kemakmuran untuk semua orang. Kami berusaha membangun suatu dunia, dimana kemanusiaan dapat mencapai kejayaannya yang penuh.

Telah dikatakan bahwa kita hidup di tengah-tengah suatu Revolusi Harapan Yang Meningkat. Ini tidak benar ! Kita hidup di tengah-tengah Revolusi Tuntutan Yang Meningkat. Mereka yang dahulunya tanpa kemerdekaan, kini menuntut kemerdekaan. Mereka yang dahulunya tanpa suara, kini menuntut, agar suaranya didengar.

Mereka yang dahulunya kelaparan, kini menuntut beras, banyak-banyak dan setiap hari. Mereka yang sebelumnya buta huruf, kini menuntut pendidikan.

Seluruh dunia ini merupakan suatu sumber-sumber tenaga Revolusi yang besar, suatu gudang mesiu revolusioner yang besar.

Tidak kurang dari tiga-perempat ummat manusia terlibat di dalam Revolusi Tuntutan Yang Meningkat, dan ini adalah Revolusi Maha hebat sejak manusia untuk pertama kalinya berjalan dengan tegak disuatu dunia yang murni dan menyenangkan.

Berhasil atau gagalnya Organisasi ini akan dinilai dari hubungannya dengan Revolusi Tuntutan Yang Meningkat itu. Generasi-generasi yang akan datang akan memuji atau mengutuk kita atas jawaban kita terhadap tantangan ini.

Kita tidak berani gagal. Kita tidak berani membelakangi sejarah. Jika kita berani, kita sungguh tidak akan tertolong lagi. Bangsa saya bertekad tidak akan gagal. Saya tidak berbicara kepada Tuan-tuan karena lemah, saya berbicara karena kuat. Saya sampaikan kepada Tuan-tuan dalam dari sembilan puluhdua juta rakyat dan saya sampaikan kepada Tuan-tuan tuntutan bangsa itu. Kita mempunyai kesempatan untuk bersama-sama membangun suatu dunia yang lebih baik, suatu dunia yang lebih aman. Kesempatan ini mungkin tidak akan ada lagi. Maka peganglah, genggamlah kuat-kuat, dan pergunakanlah kesempatan itu.

Tidak seorangpun yang mempunyai kemauan baik dan kepribadian, akan menolak harapan-harapan dan keyakinan-keyakinan yang telah saya kemukakan atas nama bangsa saya, dan sesungguhnya atas nama seluruh ummat manusia. Maka marilah kita berusaha, sekarang juga dengan tidak menunda lagi, mewujudkan harapan-harapan itu menjadi kenyataan.

Sebagai suatu langkah yang praktis kearah ini, maka merupakan kehormatan dan tugas bagi saya untuk menyampaikan suatu Rancangan Resolusi kepada Majelis Umum ini.

Atas nama-Delegasi Delegasi Ghana, India, Republik Persatuan Arab, Yugoslavia Indonesia Dan, saya sampaikan dengan ini resolusi sebagai berikut :

"MAJELIS UMUM,

"MERASA SANGAT CEMAS berkenaan dengan memburuknya hubungan-hubungan internasional akhir-akhir ini, yang mengancam dunia dengan konsekwensi-konsekwensi berat;

"MENYADARI harapan besar dari dunia ini bahwa Majelis ini akan membantu dalam menolong mempersiapkan jalan kearah keredaan ketegangan dunia;

"MENYADARI tanggung jawab yang berat dan mendesak yang terletak di atas bahu Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk mengambil inisiatif dalam usaha-usaha yang dapat membantu;

"Minta sebagai langkah pertama yang mendesak, agar Presiden Amerika Seríkat dan Ketua Dewan Menteri Republik-Republik Sovyet Sosialis memulai kembali kontak-kontak mereka yang telah terputus baru-baru ini, sehingga kesediaan yang telah mereka nyatakan untuk mencari dengan perundingan-perundingan pemecahan masalah-masalah yang terkatung-katung dapat dilaksanakan secara progresif ".

Tuan Ketua, perkenankanlah saya memohon, atas nama Delegasi-Delegasi kelima negara tersebut di atas, supaya resolusi ini mendapat pertimbangan Tuan yang segera. Sepucuk surat dengan maksud itu, ditandatangani oleh para Ketua Delegasi-Delegasi dari Ghana, India, Republik Persatuan Arab, Yugoslavia Indonesia Dan, telah disampaikan kepada Sekretariat.

Saya sampaikan Rancangan Resolusi ini atas nama kelima Delegasi itu dan atas nama jutaan rakyat yang hidup di negara-negara itu.

Menerima Resolusi ini merupakan suatu langkah yang mungkin dan langsung dapat diselenggarakan. Maka hendaknya Majelis Umum ini menerima Resolusi ini secepat-cepatnya. Marilah kita mengambil langkah praktis itu kearah peredaan ketegangan dunia yang membahayakan. Marilah kita menerima Resolusi ini dengan suara bulat, sehingga segenap tekanan dari kepentingan dunia dapat dirasakan. Marilah kita mengambil langkah pertama ini, dan marilah kita bertekad untuk melanjutkan kegiatan dan desakan kita sampai tercapainya dunia yang lebih baik dan lebih aman seperti yang kita bayangkan.

Ingatlah apa yang telah terjadi sebelumnya. Ingatlah akan perjuangan dan pengorbanan yang dialami oleh kami, anggauta-anggauta baru dari Organisasi ini. Ingatlah bahwa usaha keras kita telah disebabkan dan diperpanjang oleh penolakan dasar-dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami bertekad agar hal ini tidak akan terjadi lagi.

Bangunlah dunia ini kembali! Bangunlah dunia ini kokoh dan kuat dan sehat! Bangunlah suatu dunia dimana semua bangsa hidup dalam dunia damai dan persaudaraan. Bangunlah dunia yang sesuai dengan impian dan cita-cita ummat manusia. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lampau, karena fajar sedang menyingsing. Putuskan sekarang hubungan dengan masa-lampau, sehingga kita bisa mempertanggung jawabkan diri terhadap masa depan.

Saya memanjatkan do'a hendaknya Yang Maha Kuasa memberi Rachmat dan Bimbingan kepada permusyawaratan Majelis ini.

Terima kasih!

================================================

Menterjemahkan : Google (Tidak diedit BELUM)

Pidato Presiden Majelis Umum Republik Indonesia ke Prabayar – XV tanggal 30 September 1960

Mr. Pembicara, Anda Honor, Utusan dan Wakil terhormat,
Hari ini, dalam pidato kepada Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Saya merasa tertekan oleh rasa tanggung jawab yang besar. Saya kagum untuk berbicara sebelum pertemuan terlebih kuat dari pada sebagai negarawan yang bijaksana dan berpengalaman dari timur dan barat, dari utara dan dari selatan, dari negara yang lama dan negara-negara muda dari negara-negara baru bangkit kembali dari tidur yang panjang.

Saya telah berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa lidah saya bisa menemukan kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaan hati saya, dan saya juga berdoa agar kata-kata ini akan beresonansi dalam hati mereka mendengarnya.
Saya senang untuk mengucapkan selamat kepada Mr. Ketua atas pengangkatannya ke jabatan tinggi dan konstruktif. Saya juga merasa senang untuk menyampaikan atas nama bangsa saya memperpanjang sangat ramah menyambut anggota baru Perserikatan Bangsa Bersenjata Perserikata keenam belas.

Islam suci mandat sesuatu kepada kita pada saat ini. Alquran mengatakan: “Itu, semua orang, sebenarnya saya telah membuat Anda semua pria dan wanita, bahwa Anda bangsa-bangsa dan suku-suku sehingga Anda semua tahu-tahu satu sama lain. Lihatlah lebih mulia di antara kamu sekalian, adalah lebih saleh untuk Me “.
Dan juga Alkitab Kristen beramanat pada kita. “Semua kemuliaan bagi Allah di tempat yang Mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara mereka yang diperkenanNya”.

Saya benar-benar merasa sangat tersentuh mata saya dari Majelis. Berikut adalah bukti kebenaran perjuangan yang berjalan generasi. Here is the proof, bahwa pengorbanan dan penderitaan telah mencapai tujuannya. HeBerikut adalah buktinyabahwa keadilan mulai berlaku, dan bahwa beberapa kejahatan besar yang akan dihapus.
Selanjutnya, sambil melepaskan pandangan saya kepada Majelis ini, hati saya dipenuhi dengan sukacita yang besar dan besar. Terlihat jelas di mata saya fajar hari yang baru, dan matahari kebebasan dan emansipasi, matahari lama kita impikan, telah diterbitkan di Asia dan Afrika.

Sekarang, hari ini, hanya berbicara di depan para pemimpin bangsa, dan pembangun bangsa. Namun, tidak langsung, Saya juga berbicara dengan tuan-tuan mewakili, kepada mereka yang mengutus pria di sini, kepada mereka yang memiliki pria mempercayakan tangan masa depan mereka. Saya benar-benar berharap bahwa kata-kata saya akan bergema di hati mereka, dalam hati nurani umat manusia, dalam hati begitu banyak yang telah memicu teriakan sukacita, begitu banyak teriakan penderitaan dan patah-harapan, dan begitu banyak cinta dan tawa .
Hari ini Presiden Soekarno yang berbicara sebelum tuan-tuan. Tapi lebih dari itu, dia adalah seorang manusia, Soekarno, orang Indonesia, suami, ayah, sebuah anggota keluarga umat manusia. Saya berbicara kepada Tuan-tuan atas nama rakyat saya, itu 92 juta nomor disuatu kepulauan jauh dan luas, 92 juta orang yang mengalami hidup penuh dengan perjuangan dan pengorbanan, 92 juta orang yang telah membangun negara di atas reruntuhan sebuah kerajaan.

Mereka melakukan, dan orang-orang Asia dan Afrika, rakyat benua Amerika dan benua Eropa serta rakyat benua Australia, adalah menonton dan mendengarkan dan berharap-harap cemas. Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah untuk mereka harapan untuk masa depan dan denda yang mungkin untuk hari ini.
Keputusan untuk menghadiri Majelis Umum bukanlah keputusan yang mudah bagi saya. Orang saya sendiri menghadapi banyak masalah, sedangkan waktu untuk memecahkan masalah itu selalu sangat terbatas. Namun, sidang ini mungkin Majelis paling penting yang pernah diadakan dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk dunia secara keseluruhan di samping kepada bangsa-bangsa kita masing-masing.

Tidak seorang pun dari kita dapat menghindari tanggung jawab itu, dan tentu tidak ada yang mau untuk menghindari. Saya dengan tegas percaya bahwa para pemimpin negara-negara negara-negara yang lebih muda dan dilahirkan kembali dapat memberikan kontribusi yang sangat positif untuk memecahkan begitu banyak masalah yang dihadapi organisasi dan dunia pada umumnya. Memang, Saya percaya bahwa orang akan mengatakan sekali lagi bahwa: “Dunia baru diminta untu memperbaiki keseimbangan dunia lama.”
Hal ini jelas bahwa dalam dunia sekarang ini kita semua saling berhubungan masalah. Kolonialisme memiliki hubungan dengan keamanan; keamanan memiliki hubungan dengan masalah perdamaian dan perlucutan senjata; perlucutan senjata secara damai terkait dengan perkembangan negara-negara yang belum berkembang. Baik, semua yang ada hubungannya dengan satu sama lain-bersangkut. Ketika kita akhirnya berhasil memecahkan satu masalah, itu membuka jalan bagi penyelesaian isu-isu lain. Jika kita berhasil memecahkan masalah seperti perlucutan senjata, itu akan tersedialah dana yang dibutuhkan untuk membantu negara-negara yang membutuhkan bantuan.

Namun, apa yang dibutuhkan adalah bahwa semua masalah harus diselesaikan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang telah disetujui. Setiap usaha untuk memecahkannya dengan menggunakan kekerasan, atau ancaman kekerasan, atau memiliki kekuatan, itu akan gagal bahkan akan mengakibatkan masalah lebih buruk. Pendeknya, prinsip yang harus diikuti adalah prinsip kesetaraan kedaulatan semua negara, yang pasti tidak selain, adalah penggunaan hak asasi manusia. dan hak-hak nasional. Untuk semua bangsa akan ada: dasar satu, dan semua bangsa harus menerima dasar itu, untuk perlindungan dirinya sendiri dan keselamatan umat manusia.

Jika boleh saya katakan, kami dari memperhatikan Indonesia khusus untuk semua PBB. Kami memiliki keinginan yang sangat khusus bahwa organisasi ini tumbuh dan berkembang. Karena tindakannya, perjuangan untuk kemerdekaan nasional dan kehidupan kita sendiri telah dipersingkat. Saya katakan dengan keyakinan penuh, bahwa kami perjuangan, namun, akan melakukannya dengan baik, namun tindakan Perserikatan Bangsa-Bangsa memiliki perjuangan yang efisien dan telah mencegah banyak pengorbanan dan penderitaan dan kehancuran, baik pada bagian kami, dan pada bagian dari lawan kami.

Mengapa saya percaya, bahwa perjuangan kami akan berhasil baik, dengan atau tanpa kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa? Saya yakin akan hal itu karena mereka adalah dua alasan. Pertama, Saya tahu orang-orangku: Saya tahu haus yang tiada terhingga akan kemerdekaan nasional mereka, dan saya sadar tekad. Kedua, Saya yakin akan hal itu karena jalannya sejarah.

Kita semua, di mana saja di dunia ini, hidup di zaman pembangunan bangsa-bangsa dan runtuhnya kerajaan, Ini adalah waktu munculnya bangsa dan agitasi nasionalisme. Menutup mata terhadap fakta itu buta terhadap sejarah, takdir dan menolak untuk mengabaikan kenyataan. Sekali lagi saya katakan, kita hidup dizaman pembangunan bangsa.
Proses ini tidak bisa dihindari dan merupakan hal yang pasti-kadang lambat dan tak terelakkan, seperti lava menuruni lereng guning api-di Indonesia, kadang-kadang cepat dan tak terelakkan, berbagi terobosan airbah dari belakang bendungan yang dibangun tidak sempurna . Lambat dan tak terelakkan, atau cepat dan tak terelakkan, kemenangan perjuangan nasional adalah suatu kepastian.

Jika perjalanan menuju kebebasan telah dilakukan di seluruh dunia, maka dunia kita akan menjadi tempat yang lebih baik; akan menjadi tempat yang lebih bersih dan sehat. Kita tidak harus berhenti berjuang saat ini, ketika kemenangan sudah muncul, sebaliknya kita harus melipatgandakan usaha kita. Kami membuat janji untuk masa depan dan itu harus dipenuhi. Dalam hal ini kita tidak hanya berjuang untuk kepentingan kita sendiri, tetapi kita berjuang untuk kepentingan keluarga umat manusia seluruh, ya, kita berjuang bahkan bagi mereka kita tentang.
Lima tahun yang lalu, dua puluh sembilan negara Asia dan Afrika telah mengirim utusan kekota Bandung Indonesia. Dua puluh sembilan negara Asia dan Afrika. Now, berapa banyak negara merdeka ada? Saya tidak akan menghitungnya, tapi tolong Lewat Majelis sekarang! Dan mari kita mengatakan jika aku benar, ketika saya mengatakan sudah waktunya pembangunan bangsa, dan sekarang munculnya negara. Kemarin Asia, dan itu adalah proses yang belum selesai. Now, ASekarangka, dan bahkan kemudian adalah proses, ya, belum selesai.
Toh, tidak semua bangsa Asia dan Afrika diwakili di sini. Organisasi bangsa-bangsa telah melemah selama bangsa masih menolak representasi, dan terutama bangsa yang tua dan bijaksana dan kuat.

Maksudku Cina. Maksudku apa yang sering disebut Tiongkok Komunis, yang bagi kita adalah Cina hanya benar. Organisasi negara-negara sangat lemah justru karena ia menolak keanggotaan bangsa terbesar di dunia yan.
Setiap tahun kami mendukung penerimaan Cina ke PBB sebagai anggota. Kami akan terus melakukannya. Kami tidak memberikan dukungan itu hanya karena kami memiliki hubungan yang baik dengan negara itu. Dan tentu saja tidak menyetujui hal itu karena kita memberikan sesuatu alasan partisan. Tidak, kami berdiri pada masalah ini dipandu oleh realisme politik. Dengan picik yang mengecualikan bangsa yang besar, besar dan kuat bangsa dalam pengertian kwantitet, budaya karakter dari peradaban kuno, penuh kekuasaan dan kekuatan ekonomi orang, dengan mengesampingkan orang-orang, kami akan melemahkan organisasi internasional, dan dengan demikian , baik menjauhkannya dari kebutuhan dan cita-cita kita.

Kami bertekad untuk membuat PBB yang kuat dan universal dan mampu memenuhi fungsi yang layak. Itulah sebabnya kami selalu memberikan partisipasi tindak sokongann Cina di masyarakat kita. Toh, perlucutan senjata merupakan kebutuhan mendesak di dunia ini. Isu yang paling penting dari semua masalah yang harus dinegosiasikan dan diselesaikan dalam rangka organisasi. Tapi bagaimana untuk mencapai perlucutan senjata perlucutan senjata yang realistis, jika Cina, yang merupakan salah satu negara terkuat di dunia, tidak diikuti untuk memasukkan dalam pembahasan Anda yang?
Mewakili Cina di PBB akan melibatkan negara dalam masalah dunia yang konstruktif dan dengan demikian benar-benar akan memperkuat lembaga.
Tahun 1960, Majelis Umum kembali berkumpul dalam sidang tahunan. Namun Majelis Umum ini seharusnya tidak hanya dianggap Seperti dengan beberapa sidang rutin lainnya, dan jika demikian dianggap, bila dianggap sebagai sidang rutin, maka kemungkinan besar cemburu pada organisasi internasional seluruh terancam kehancuran.

Ingat kata-kata saya, itu permohonanku! Jangan memperlakukan masalah yang akan pria yang mengatakan sebagai masalah rutin. Jika Anda melakukan, organisasi ini telah memberi kita harapan untuk 'masa depan, kemungkinan-baik adanya persesuaian internasional, mungkin rusak. Ia mungkin akan lenyap di bawah gelombang lambat sengketa, sebagimana dialami pendahulunya. Jika hal ini terjadi, maka umat manusia secara keseluruhan akan menderita, dan mimpi besar, cita-cita mulia, akan dihancurkan. Ingatlat bukan hanya kata-kata wajah pria. tidak bidak pada papan catur pria menghadapi. Bahwa pria adalah wajah manusia, manusia mimpi, manusia cita-cita dan masa depan seluruh umat manusia.
Dengan segala ketulusan, Saya katakan: Bangsa Bangsa kita baru merdeka bermaksud berjuang untuk kepentingan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami berniat untuk berjuang untuk sukses dan membuatnya efektif. Badan ini dapat efektif, dan itu akan efektif, hanya ketika fakultas fakultas sepenuhnya jalan mengakui tidak ada keniscayaan sejarah. Badan ini hanya dapat efektif, jika agen mengikuti jalannya sejarah, dan tidak mencoba untuk membendung atau mengalihkan atau menghalangi jalannya itu.

Saya sudah mengatakan, bahwa itu adalah perkembangan bangsa dan runtuhnya kerajaan. Itulah kebenaran. Berapa banyak negara yang telah merdeka sejak penciptaan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa? Berapa banyak negara telah melemparkan rantai penindasan terikat? Berapa banyak kerajaan dibangun di atas penindasan orang memiliki hacur-leleh? Kita yang tidak memiliki suara, tidak lagi diam. Kami yang tadinya diam di alam kesengsaraan imperialisme tidak lagi diam. Kami meliput perjuangan hidup di bawah penutup dari kolonialisme, tidak lagi tersembunyi.

Sejak hari yang menentukan Empatpulut Lima Sembilan belas tahun dunia telah berubah, dan ia telah berubah ke arah perbaikan. Dari waktu perkembangan bangsa-bangsa telah muncul kemungkinan – ya, harus – menjadi dunia yang bebas dari rasa takut, bebas dari inginkan, bebas dari penindasan nasional. Sekarang, sekarang juga, ini Majelis Umum, kita dapat mempersiapkan diri untuk menempatkan diri kita di dunia masa depan, dunia bahwa kita telah berpikir dan bermimpi dan membayangkan.
Hal ini dapat dilakukan, tetapi hanya jika kita tidak memperlakukan ini sebagai rutinitas pengadilan. Kami harus mengakui, bahwa PBB menghadapi masalah penimbunan, masing-masing menekan, masing-masing berisi kemungkinan ancaman terhadap perdamaian dan kamajuan damai.

Kami menetapkan bahwa nasib dunia, dunia kita, tidak akan ditentukan tanpa kita. Takdir akan ditentukan oleh partisipasi dan kerjasama-serta kita. Keputusan yang penting bagi perdamaian dan masa depan dunia dapat ditentukan disini den sekarang. Berikut dirakit Chiefs Chiefs den Negara Pemerintah. Itu agar organisasi kami. Saya sangat berharap bahwa masalah protokol kaku dan pelanggaran kecil, – perasaan-perasaan pribadi dan nasional – will not Hinder dipergunakannya best chance. Peluang seperti ini tidak akan sering ada. Ini harus digunakan sebaik mungkin. Saat ini kami memiliki kesempatan unik untuk menggabungkan diplomasi pribadi dengan diplomasi publik. Mari kita gunakan kesempatan itu. Kesempatan tidak akan kembali lagi!

Saya sangat menyadari bahwa kehadiran Kepala begitu banyak Negara dan Pemerintah, memenuhi harapan jutaan orang. Mereka mampu mengambil keputusan yang penting untuk menentukan wajah baru bagi dunia kita sendiri dan wajah baru untuk PBB.
Perlu pada saat ini untuk mempertimbangkan posisi PBB dalam kaitannya dengan waktu pembangunan dan kebangkitan bangsa saat ini.
Saya menyarankan ini: untuk bangsa yang baru lahir atau milik bangsa kembali paling berharga yang baru lahir adalah kemerdekaan dan kedaulatan.

Mungkin – Saya tidak tahu, tapi mungkin – yang kira untuk menegakkan kedaulatan dan kekayaan kemerdekaan permata, hanya ada di dalam negara-negara yang baru bangkit kembali. Mungkin setelah berlalunya beberapa generasi perasaan kebanggaan dan pencapaian cita-cita memudar. Mungkin begitu, tapi saya kira tidak.
Bahkan hari ini, dua ratus tahun kemudian, merupakan Arnerika jiwa tidak senang mendengar kata-kata dari Deklarasi Kemerdekaan? Adalah seorang Italia yang kini tidak menyambut penggilan Mazzini? Amerika Latin adalah warga negara yang tidak lagi mendengar suara gemahnya San Martin?
Benar-benar, apakah ada warga dunia yang tidak menyambut panggilan dan suara-suarai tu? Kami semua senang, kita semua menyambut, karena suara bersifat universal, baik mengengenai waktu dan tempat. Suara-suara adalah suara penderitaan kemanusiaan, suara masa depan, dan kita masih mendengarnya sepanjang waktu.
Tidak, Saya yakin, benar-benar yakin bahwa dalam kemerdekaan kedaulatan dan nasional ada sesuatu yang kekal, sesuatu yang keras dan permata secerlang, dan jauh lebih berharga.
Banyak bangsa di dunia ini telah lama memiliki permata ini. Mereka telah digunakan memilikinya, tapi saya percaya bahwa mereka masih dianggap yang paling dicintai di antara milik mereka, dan mereka lebih baik mati daripada membiarkan dia pergi.

Bukan? Apakah bangsa sendiri Anda tidak akan bersedia menyerahkan kemerdekaannya? Setiap bangsa yang harus disebut bangsa akan memilih untuk mati! Setiap pemimpinya yang pantas untuk disebut seorang pemimpin bangsa manapun, juga akan memilih mati!
Berapa banyak lebih berharga itu adalah untuk kita, yang pernah suatu waktu memiliki permata kemerdekaan dan kedaulatan nasional, dan kemudian merasa mengambil dari kami dengan tangan bandit bersenjata lengkap, dan sekarang kami telah memenangkan lagi!

PBB adalah organisasi menyatakan bahwa setiap bangsa memegang teguh permata sebagai berharga. Kita semua telah berkumpul secara sukarela, sebagai saudara dan sama dalam organisasi ini. The suadara dan sederajat, karena kita semua memiliki kedaulatan yang sederajat dan kita semua menganggap kedaulatan yang sederajat itu sama-sama berharga.
Ini merupakan suatu badan internasional. Badan ini belum super-nasional atau supra-nasional. Badan ini adalah organisasi Serikat Bangsa, dan hanya dapat bekerja bersama surat wasiat Nation Negara.
Apakah kita semua sepakat untuk menyerahkan sebagian kedaulatan kami untuk tubuh? Tidak, tak pernah. Kami telah menerima Piagam baik dan Piagam itu ditandatangani oleh Amerika adalah bangsa yang berdaulat dan sama penuh.

Hal ini dimungkinkan, bahwa badan tersebut harus mempertimbangkan apakah fakultas-anggautanya harus menyerahkan setiap bagian dari kedaulatan mereka kepada badan internasional. Tetapi jika keputusan seperti itu diambil, keputusan harus diambil secara bebas, dan secara bulat, dan sama. Haruskah diuputuskan sama oleh semua bangsa, kuno dan baru, muncul bangsa dan panjang-maju dan berkembang.
Ini bukan sesuatu yang dapat dipaksakan pada bangsa manapun juga. Selanjutnya, satu-satunya dasar bagi kemungkinan hilangnya semacam persamaan benar. Kedaulatan negara bangsa yang paling baru atau yang paling kecil sama berharganya, yang sama tidak dapat dilanggar, sebagai bangsa yang berdaulat terbesar atau bangsa tertua. Dan, tambahan, setiap pelanggaran terhadap kedaulatan bangsa merupakan ancaman potensial bagi semua kedulatan negara.

Dalam gambar ini dunia, kita harus melihat dunia saat ini. Dunia kita terdiri dari salah satu Negara harus, masing-masing sebagai berdaulat dan masing-masing memutuskan untuk menjaga kedaulatan dan kedaulatan individu berhak untuk tetap. Dan sekali lagi saya katakan – dan saya mengulanginya karena itu adalah dasar pemahaman dunia saat ini – kita hidup di zaman pembangunan bangsa.
Kenyataannya adalah jauh lebih penting daripada adanya senjata nuklir, lebih eksplosif daripada bom hidrogin, dan harga memiliki potensi yang lebih besar untuk dunia daripada pemecahan atom.
Keseimbangan dunia telah berubah sejak hari itu pada bulan Juni, lima belas tahun yang lalu, ketika Piagam ditandatangani di kota San Franciscco di Amerika saat itu manusia bangkit kembali dari neraka perang.
Nasib umat manusia tidak dapat lagi ditentukan oleh sebuah bangsa yang besar dan kuat beberapa. Juga kita, bangsa-bangsa yang orang-orang muda yang tumbuh, negara lebil kecil, kami juga berhak untuk suara dan suara yang pasti akan bergema sepanjang masa.
Baik, kami yakin akan pertangungan jawab kami terhadap masa depan semua bangsa, dan kami senang untuk menerima akuntabilitas dan menjawabnya. Bangsa saya berjanji pada diri sendiri untul bekerja menuju dunia yang lebih baik, bebas dunia perselisihan dan ketegangan, sebuah dunia di mana anak-anak dapat tumbuh dengan bangga dan bebas, dunia di mana keadilan dan kesejahteraan berlaku untuk semua orang. Apakah ada sesuatu yang orang akan menolak janji seperti itu?

Beberapa bulan yang lalu, sebelum para pemimpin Amerika mengadakan pertemuan sesingkat itu di Paris, Mr. Khrushchov menjadi tamu kami di Indonesia. Saya menjelaskan kepadanya sangat jelas, bahwa kita menyambut Konferensi Tingkat Tinggi, yang kita mengharapkan sukses, tetapi bahwa kami skeptis.
Empat Besar Negara sendiri, tidak dapat menentukan masalah perang dan perdamaian. Lebih tepatnya, mungkin, mereka memiliki kekuatan untuk menghancurkan perdamaian, tetapi mereka tidak memiliki hak moral, baik sendiri atau bersama-sama, untuk mencoba menentukan masa depan dunia.
Selama lima belas tahun Barat telah dikenal perdamaian, atau setidaknya kurangnnya ketiadaan perang. Tentu saja, ada ketegangan. Memang, ada bahaya. Tapi itu tetap fakta bahwa di tengah-tengah suatu revolusi yang meliputi tiga perempat dari dunia, Barat masih dalam keadaan damai. Kedua blok besar, sebenarnya, telah berhasil dipraktekkan koeksistensi selama bertahun-tahun, sehingga dengan demikian membantah mereka yang menyangkal kemungkinan koeksistensi.

Kami di Asia tidak pernah mengenal keadaan damai! Setela kedamaian datang ke Eropa, kami mencicipi hasil dari bom atom. Kami mencicipi revolusi nasional kita sendiri di Indonesia. Kami mencicipi penyiksaan Vietnam. Kami menderita penganiayaan Korea. Kami masih terus menderita sakit Aljazair. Apa yang sekarang harus beralih ke saudara-saudara kita di Afrika? Apakah mereka harus disiksa, sedangkan luka-luka kami masih belum sembuh?
Toh, Barat masih dalam keadaan damai. Gentlemen mengherankan bahwa kita sekarang menuntut, ya, menuntut pembatalan penyiksaan terhadap kami? Apakah Anda bertanya-tanya Pak, bahwa kini suara saya diperdengarkan sebagai protes?

Kita, yang tidak memiliki suara, memiliki tuntutan dan kebutuhan: kami berhak untuk didengar. Kami tidak merchandise, tetapi bangsa-bangsa yang hidup dan kuat, yang memiliki peran dalam dunia ini, dan yang harus memberikan kontribusi.
Saya menggunakan kata-kata kasar, dan saya menggunakan kata itu sengaja, karena saya memiliki sikap tegas pada subjek. Saya sengaja menggunakan kata-kata keras, karena saya berbicara dengan orang saya dan karena saya bicara di depan para pemimpin bangsa.
Selain itu, Saya tahu bahwa saudara-saudara saya di Asia dan Afrika memiliki sikap yang sama katanya, meskipun saya tidak berani berbicara atas nama mereka.

Majelis Umum ini tentunya akan menghadapi banyak hal yang penting. Namun tidak ada sesuatu yang lebih penting daripada perdamaian. Dalam hal ini, Saya saat ini tidak membahas hal-hal yang timbul antara Negara utama di dunia. Pertanyaan semacam ini penting untuk kita, dan aku akan kembali ke pertanyaan-pertanyaan. Tapi lihat di seluruh dunia kita. Di banyak tempat terdapat ketegangan dan sumber potensi konflik. Perhatikan tempat dan host akan menghadapi, bahwa hampir tanpa kecuali, imperialisme dan kolonialisme di salah satu dari banyak manifestasi adalah sumber ketegangan atau konflik. Imperialisme dan kolonialisme dan kekuatan lanjutan dari bangsa-bangsa merupakan sumber dari hampir semua kejahatan internasional yang mengancam dunia kita.
Sebelum kejahatan masa lalu yang terkutuk-end, tidak akan ada ketenangan atau perdamaian di seluruh dunia.

Imperialisme, dan perjuangan untuk mempertahankannya, adalah kejahatan besar dari dunia kita. Banyak pria dalam uji coba ini tidak pernah tentang imperialisme. Banyak pria independen lahir dan akan mati bebas. Beberapa pria lahir dari negara-negara yang telah menjalankan imperialisme terhadap yang lain, tetapi tidak pernah menderita sendirian. Namun, saudara-saudara saya di Asia dan Afrika telah dikenal imperialisme cambuk. Mereka telah menderita. Mereka tahu bahaya dan pengkhianatan dan keuletan.
Kita tahu dengan baik di Indonesia. Kami adalah ahli dalam hal ini! Berdasarkan pengetahuan yang, dan berdasarkan pengalaman yang, Saya memberitahu Tuan-tuan yang terus imperialisme dalam bentuk apapun adalah bahaya yang besar dan berlarut-larut.

Imperialisme belum mati. Ya, berada dalam keadaan sekarat; yes, gelombang sejarah menyapu benteng dan mengikis pondamen-pondamennya; yes, Kemenyaan adalah kemandirian tertentu dan nasionalisme. Namun – dan tetap dalam pikiran saya mengatakan ini – sebuah imperialisme sekarat itu berbahaya, berbahaya seperti ekor harimau terluka dalam hutan tropis.
Saya katakan tuan-tuan – dan saya menyadari bahwa sekarang berbicara dengan saudara-saudara saya di Asia dan Afrika – perjuangan kemerdekaan selalu dibenarkan dan benar. Mereka yang menentang gerakmaju tak terelakkan kemerdekaan nasional dan penentuan nasib sendiri, buta: mereka mencoba untuk mengembalikan apa yang tidak dapat dikembalikan adalah bahaya bagi diri mereka sendiri dan dunia.

Sebelum realitas – dan ini memang fakta – memang, tidak akan ada perdamaian dunia, dan tidak akan hilang ketegangan. I appealed to the gentlemen: menempatkan wewenang dan kekuatan moral dari Organisasi Negara berada di belakang orang-orang yang berjuang untuk kemerdekaan. Lakukan dengan jelas dan tegas. Do it now! Lakukan itu, dan tuan-tuan akan menerima dukungan bulat dan tulus dari semua orang yang baik akan. DLakukan sekarang dan generasi yang akan datang Saya mengimbau kepada priaI appealed to the gentlemen, kepada semua anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa: Bergerak dengan arus sejarah, dan jangan mencoba untuk membendung arus itu.

PBB kini juga merupakan kesempatan untuk membangun bagi dirinya sendiri reputasi besar dan prestise. Mereka yang berjuang untuk kemerdekaan akan mencari dukungan dan sekutu dapat diperoleh di mana saja; akan lebih baik jika mereka berpaling kepada badan ini dan kepada Piagam kita daripada kelompok atau bagian tubuh ini.
Lenyapkanlah penyebab perang, dan kita akan merasa damai. Lenyapkanlah menyebabkan ketegangan dan kita akan merasa tenang. Jangan menunda. Waktunya singkat. Bahaya besar.
Umat ​​manusia di seluruh dunia berteriak minta perdamaian dan ketenangan, dan hal-hal yang berada dalam kekuasaan kita. Jangan berhenti, karena maka tubuh akan memfitnah namanya dan meninggalkan. Tugas kita bukanlah untuk membela dunia ini, tetapi untuk membangun dunia lagi! Masa depan – jika ada masa depan-kata – akan menilai kita berdasarkan pada keberhasilan tugas kita.

Saya meminta negara-negara lama, jangan meremehkan kekuatan nasionalisme. Jika ragu listrik utama, Lewat Kamar ini dan bandingkan dengan San Francisco lima belas tahun yang lalu. Nasionalisme, nasionalisme mencapai kemenangan gemilang, telah menyebabkan perubahan ini, dan ini adalah baik. Hari ini dunia diperkaya dan dimuliakan oleh kebijaksanaan para pemimpin bangsa-bangsa berdaulat yang baru dibentuk. Untuk mengutip enam dari banyak contoh, yaitu Norodom Sihanouk, a Nasser, a Nehru, a Sekao Toure, Mao Tse Tung dan Nkrumah. Bukankah dunia menjadi lebih baik, jika mereka di sini daripada mereka gunakan sepanjang hidupnya dan semua kekuasaannya untuk menggulingkan imperialisme, chaining mereka? Dan negara mereka juga bebas, dan saya orang bebas, dan bangsa lebih mandiri. Apakah itu dunia menjadi tempat yang lebih baik dan lebih kaya?

Memang, Saya tidak perlu menyebarkan pria, bahwa kita berasal dari Asia dan Afrika menentang kolonialisme dan imperialisme. Selain itu, di dunia saat ini yang masih akan membela hal-hal? Apakah hal-hal universal yang telah dikutuk, dan benar, dan alasan sinis usang itu tidak terdengar lagi. Konflik sekarang berpusat pada pertanyaan tentang kapan koloni akan merdeka, dan bukan pada apakah mereka bisa bebas.
Tapi aku ingin mengkonfirmasi masalah ini. Oposisi kami terhadap kolonialisme dan imperialisme timbul baik dari hati dan dari kepala. Kami menentangnya atas dasar kemanusiaan, dan kami menentangnya pula dengan alasan bahwa ini adalah ancaman besar dan berkembang menuju perdamaian besar lagi.
Kurangnya kesesuaian pendapat dengan kekuatan-kekuatan kolonial berkisar pada masalah waktu dan keamanan, setidaknya untuk saat ini, mereka mengoceh-kosong tentang cita-cita kemerdekaan nasional.
Oleh karena itu mencerminkan secara mendalam tentang nasionalisme dan kemerdekaan, tentang patriotisme dan mengenai imperialisme. Berpikir secara mendalam, sehingga permintaan saya, jangan gelombang sejarah menyapu pria.
Hari ini, kita mendengar dan membaca banyak tentang perlucutan senjata. Kata ini biasanya digunakan dalam hubungannya dengan perlucutan senjata nuklir dan atom. Maafkan aku. Saya seorang pria sederhana dan orang yang cinta damai. Saya tidak bisa bicara tentang rincian perlucutan senjata. Saya tidak bisa menghakimi pendapat bersaing pada pengawasan, dari percobaan bawah tanah dan catatan seismographic.
Mengenai masalah imperialisme dan nasionalisme saya seorang ahli, setelah seumur hidup studi dan perjuangan, dan tentang hal ini saya berbicara dengan otoritas. Namun isu-isu perang nuklir, Aku hanya seorang biasa, mungkin sebagai tetangga seperti saudara master atau tuan atau bahkan Sir ayah. Saya berbagi dengan ngeri mereka, Saya juga merasa takut.

Saya berbagi kengerian dan ketakutan, itu karena saya adalah bagian dari dunia ini. Saya punya anak, dan masa depan mereka dalam bahaya. Saya orang Indonesia, dan bangsa dalam bahaya.
Mereka yang menggunakan senjata pemusnah massal yang sekarang harus menghadapi hati nurani mereka sendiri, dan akhirnya, mungkin dalam keadaan hangus menjadi debu radioaktif, mereka harus menghadapi Al Chaliknya. Aku tidak iri pada mereka.
Mereka yang mempertanyakan perlucutan senjata nuklir jangan lupa bahwa kita, yang dalam hal ini telah mampu berbicara, menonton dan berharap-harap cemas.
Kami menonton dan berharap-harap cemas, namun kami kewalahan oleh kecemasan, seolah-olah perang nuklir menghancurkan dunia kita, kami juga menderita.
Tidak ada orang yang berhak untuk melaksanakan hak prerogatif mahlukpun kanan Mahakuasa Tuhan Yang Maha Esa. Tidak seorang pun berhak untuk bom hidrogin. Tidak seorang pun memiliki hak untuk menyebabkan kerusakan kafir kemungkinan semua bangsa.

Tidak ada suatu sistem politik, bukan sebuah organisasi ekonomi yang layak untuk menyebabkan kehancuran dunia, termasuk sistem dan organisasi itu sendiri.
Jika hanya negara-negara yang terlibat dalam hidrogin bersenjata masalah ini, maka kita bangsa-bangsa Asia dan Afrika tidak akan diabaikan. Kami hanya akan melihatnya sebagai ia menjauhkan diri, dengan perasaan heran mengapa negara-negara, di mana kita belajar begitu banyak itu, dan kami sangat mengaguminya, dewasa harus tenggelam dalam rawa immoralitet. Kami akan dapat berseru: “Sialan kau!”, Dan kita akan kembali ke dunia kita sendiri yang lebih seimbang dan damai.
Tapi kita tidak bisa, melakukannya. Kami bangsa Asia telah menderita bom atom. Kami bangsa Asia terancam lagi, dan di samping itu kami merasa sebagai suatu kewajiban moral untuk memberikan bantuan dimana mungkin. Kami bukan musuh baik Timur dan Barat. Kami adalah bagian dari dunia ini dan kami ingin membantu.
Ini adalah seruan dari hati-batin Asia. Mari kita membantu memecahkan masalah ini. Mungkin pria menonton terlalu lama, dan tidak lagi melihat dengan jelas. Mari kita membantu pria, dan dalam membantu tuan-tuan, kita membantu diri kita sendiri dan semua generasi mendatang di seluruh dunia.

Jelas, masalah perlucutan senjata bukan hanya perselisihan tentang dasar-dasar teknis yang sempit. Ini adalah pertanyaan saling percaya. Bahkan jelas, bahwa dalam bidang teknik dan dalam cara-cara negosiasi dan diplomasi, pada kenyataannya antara kami dari Asia dan Afrika dan blok kedua tidak jauh berbeda. Masalahnya sebenarnya lebih merupakan masalah saling percaya. Ini adalah masalah yang bisa diselesaikan dengan cara itu. Negara-negara lain yang tidak termasuk dalam blok, dapat memberikan bantuan dalam hal ini! Kami tidak kekurangan pengalaman dan keterampilan untuk mengadakan pembicaraan. Mungkin kita bisa layak mediasi. Mungkin kita juga dapat memberikan bantuan dalam mencari suatu penyelesaian. Mungkin – entah – kita dapat menunjukkan jalan menuju tuan-tuan terhadap pelucutan senjata-satunya, perlucutan senjata dari hati manusia, perlucutan senjata ketidakpercayaan dan kebencian terhadap pria.
Tidak ada yang lebih mendesak dari ini. Dan masalah ini sangat penting bagi seluruh umat manusia, sehingga seluruh umat manusia harus dikut dimasukkan dalam larutan. Saya pikir pada saat ini kita dapat mengatakan, yang benar-benar hanya tekanan dan upaya negara-negara non-blok akan membayar untuk seluruh dunia. Earnest percakapan tentang perlucutan senjata, dalam rangka organisasi ini, dan didasarkan pada suatu harapan yang benar-benar akan sukses, sekarang. yang essensiil sekarang.

Saya menekankan “dalam rangka organisasi ini”, karena hanya Majelis inilah yang mulai mendekati cerminan sejati dari dunia di mana kita hidup.
Merenungkan, merenungkan sejenak, apa yang mungkin terjadi jika kita dapat meletakkan dasar untuk pelucutan senjata asli. Ingat dana saya yang sangat besar yang dapat digunakan untuk memperbaiki dunia di mana kita hidup. Ingat kekuatan maha besar gerak yang dapat diberikan kepada perkembangan dunia kurang berkembang, bahkan jika hanya sebagian dari anggaran pertahanan Negara Mayor disalurkan ke arah itu. Pikirkan peningkatan besar dalam kebahagiaan manusia, manusia produktivitas dan kesejahteraan manusia jika diatur.

Hanya perlu menambahkan sesuatu yang lain untuk itu. Jika ada yang lebih besar dari immoralitet hidrogin senjata menunjukkan, maka melakukan percobaan dengan senjata-senjata. Saya tahu bahwa ada perbedaan pendapat ilmiah tentang hasil percobaan genetik dari itu. Namun, perbedaannya hanya tentang jumlah korban. Pada hasil genetika buruk adalah kesesuaian pendapat. Pernah terbangun memvalidasi percobaan mereka adalah membayangkan konsekuensi dari tindakan mereka? Pernah terbangun mereka melihat anak-anak mereka sendiri dan merenungkan konsekuensi dari itu? Pada percobaan ini dengan senjata nuklir ditangguhkan, – perhatikan tidak dilarang, tetapi hanya ditangguhkan. Jadi, mari kita menggunakan fakta ini sebagai permulaan. Mari kita menggunakan fakta ini sebagai dasar untuk melarang percobaan, dan kemudian untuk pelucutan senjata yang serius.
Sebelum meninggalkan pertanyaan tentang perlucutan senjata, Saya ingin memberikan review lagi. Berbicara tentang perlucutan senjata yang baik. Tapi mencoba dengan sungguh-sungguh untuk menyusun perjanjian perlucutan senjata akan lebih baik. Dan bagian yang terbaik adalah implementasi dari perjanjian perlucutan senjata dari itu.
Tapi mari kita bersikap realistis. Bahkan pelaksanaan perjanjian perlucutan senjata senjatapun tidak menjadi jaminan bagi perdamaian di dunia berada dalam penderitaan dan kesulitan. Perdamaian hanya akan datang, jika penyebab ketegangan dan konflik yang dihapus.

Jika ada alasan untuk bentrokan, maka orang akan bertarung dengan bambu runcing, jika tidak ada senjata lain. Saya tahu karena saya sendiri orang lakukan dalam perjuangan kami untuk kemerdekaan. Kami telah berjuang dengan pisau dan bambu runcing. Untuk mencapai perdamaian, kita harus menyingkirkan penyebab penyebab ketegangan dan bentrokan. Itulah sebabnya saya berbicara dari hati saya tentang perlunya bekerja sama untuk menyebabkan kematian keji imperialisme.
Dimana ada imperialisme, dan di mana ada persiapan simultan dari angkatan bersenjata, situasi berbahaya, Sekali lagi saya berbicara dari pengalaman. Itulah situasi di Papua Barat. Begitulah diseperlima wilayah nasional kami yang saat ini masih membungkuk di bawah belenggu imperialisme.

Di sana kami menghadapi imperialisme dan kekuatan bersenjata dari imperialisme. Pasukan kami di wilayah perbatasan berbicara di darat dan di laut. Kedua angkatan bersenjata saling berhadapan, dan saya dapat mengatakan bahwa itu adalah situasi yang eksplosif. Tidak begitu lama tentara di New Guinea dan kehilangan ideologi muda dan membela usang yang telah diperkuat dengan kedatangan Karel Doorman dari tanah air jauh. Jadi saatitulah penting benar-benar berbahaya.
Kepala Staf Angkatan Darat Indonesia duduk dalam delegasi saya: Namanya Jenderal Nasution. Dia adalah seorang prajurit profesional dan seorang prajurit dicapai. Seperti orang-orang yang dipimpinnya, dan serta bangsa membela, ia pertama-tama orang yang cinta damai. Tapi lebih dari itu, ia dan anak buahnya dan orang-orang yang saya layani untuk membela tanah air kita.

Kami telah berusaha untuk menyelesaikan masalah Irian Barat. Kami telah mencoba dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh kesabaran dan toleransi dan berharap. Kami telah berusaha untuk mengadakan pembicaraan bilateral. Kami telah mencoba di tahun sungguh-sungguh dan banyak. Kami telah mencoba dan terus mencoba. Kami telah berusaha untuk menggunakan alat-alat Perserikatan Bangsa-Bangsa dan opini dunia menyatakan Kekuatan sini. Kami telah berusaha dan dalam hal ini juga kami terus berusaha.
Harapan lenyap; kesabaran hilang; toleransipun bahkan mencapai batasnya. Semuanya kini telah habis dan Belanda tidak memberikan alternatif lain kecuali mengeras sikap kami. Jika mereka gagal untuk secara akurat menilai aliran sejarah, maka kita tidak bisa disalahkan. Namun, karena kegagalan mereka adalah munculnya ancaman bagi perdamaian dan, sekali lagi, juga melibatkan PBB.
Irian Barat merupakan pedang yang mengancam Indonesia kolonial. Pedang ini diarahkan pada hati kita, namun disamping itu juga mengancam perdamaian dunia.
Upaya kami saat ini sungguh-sungguh untuk mencapai penyelesaian dengan cara kita sendiri, adalah bagian dari kontribusi kita terhadap perdamaian dunia dijamin. Ini adalah bagian dari upaya kami untuk mengakhiri dunia ini adalah jahat usang. Upaya kami adalah upaya bedah sungguh-sungguh untuk menyingkirkan kanker imperialisme dari daerah di dunia, di mana kita hidup dan eksis.

Saya katakan dengan serius bahwa situasi di Papua Barat adalah situasi yang berbahaya, situasi yang eksplosif, satu hal adalah penyebab ketegangan dan ancaman bagi perdamaian. Jenderal Nasution tidak bertanggung jawab untuk itu. Tentara kami tidak bertanggung jawab untuk itu. Sukarno tidak bertanggung jawab untuk itu. Indonesia tidak bertanggung jawab untuk itu. Tidak! Ancaman terhadap perdamaian berasal langsung dari imperialisme dan kolonialisrne yang.
Hapus pembatasan pada kebebasan dan emansipasi, dan ancaman terhadap perdamaian akan lenyap. Tumbangkan imperialism, dun sendiri segera dunia akan menjadi tempat yang lebih bersih, tempat yang lebih baik daripada tempat yang lebih aman.
Saya tahu bahwa jika saya sebutkan ini, banyak pikiran akan beralih ke situasi di Kongo. Gentlemen mungkin bertanya, tidak imperialisme telah diusir dari Kongo dengan hasil bahwa daerah itu sekarang terjadi perselisihan dan pertumpahan darah? Tidak begitu! Situasi di Kongo sangat disesalkan langsung disebabkan oleh imperialisme, dan tidak disebabkan oleh berakhirnya imperialisme. Imperialisme berusaha untuk mempertahankan posisinya di Kongo; berusaha untuk menjadi memutungkan dan melumpuhkan negara baru. Itulah sebabnya Kongo berkobar.
Ya, di Kongo, ada penderitaan. Tapi penderitaan yang sakit kelahiran dari kemajuan peledak dan kemajuan selalu membawa rasa sakit. Mencabut ke akar kepentingan nasional yang telah mengakar internasional dun selalu menyebabkan nyeri kejutan dun.
Kami tahu itu. Kita juga tahu dari pengalaman kita sendiri bahwa perkembangan itu sendiri menimbulkan pergolakan. Sebuah bangsa yang membutuhkan kepemimpinan yang bergejolak dan bimbingan, dan akhirnya akan menghasilkan kepemimpinan sendiri dan bimbingan.

Kami bangsa Indonesia berbicara dari pengalaman pahit. Kongo Masalah, yang merupakan masalah kolonialisme dan imperialisme, harus diselesaikan dengan menggunakan prinsip yang saya telah dijelaskan sebelumnya. Kongo adalah negara berdaulat. Kedaulatan harus dihormati. Ingat aturan Kongo tidak kurang dari kedaulatan setiap bangsa yang diwakili dalam Majelis ini, dan kedaulatan harus dihormati sama.
Dalam urusan rumah tangga Kongo seharusnya tidak ada sama sekali tangan cumpur dan harus ada bantuan tidak ada, baik terang-terangan dan sembunyi, untuk menghancurkan negara ini.

Yes, memang orang akan membuat kesalahan, kita semua membuat kesalahan dan kita semua belajar daYakesalahan. Yes, pertempuran akan terjadi, tetapi bahkan kemudian membiarkannya pergi, karena ini adalah tanda dari pertumbuhan yang cepat dan pembangunan. Berapa banyak pergolakan itu karena bangsa itu sendiri.
Mari kita, baik secara individual, atau bersama-sama, untuk membantu di sana ketika kita diminta oleh pemerintah yang sah dari bargsa itu. Namun, setiap bantuan tersebut harus jelas didasarkan pada kedaulatan Kongo tidak mempertanyakan bahwa.
Akhirnya, menaruh kepercayaan Anda pada bangsa! Mereka memiliki time trial yang besar dan sangat menyedihkan. Menaruh kepercayaan pada mereka sebagai bangsa yang baru merdeka, dan mereka akan menemukan jalan mereka sendiri menuju solusi itu sendiri daripada masalah itu sendiri.

Di sini saya ingin menunjukkan peringatan yang sangat serius. Fakultas Banyak dari organisasi dan banyak pejabat organisasi ini mungkin tidak begitu menyadari perbuatan imperialisme dan kolonialisme.
Mereka tidak pernah mengalaminya, mereka tidak mengakui kegigihan dan kekejaman dan banyak wajah, dan kejahatan.
Kami tahu dari Asia dan Afrika. Saya mengatakan kepada tuan-tuan: Jangan bertindak sebagai alat yang tidak tahu apa-apa imperialisme. Jangan bertindak sebagai tangan kanan buta kolonialisme. Jika Tuhan melakukannya, itu pasti akan membunuh tuan rumah dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan dengan demikian menguasai akan.membunuh berharap jutaan orang, bahwa tidak ada akuntansi untuk itu, dan mungkin akan mengarah pada master masa depan meninggal dalam rahim.

Sebelum meninggalkan isu-isu, Saya ingin, disinggung terlalu besar masalah yang lain tentang karakter yang sama. Yang saya maksud adalah Aljazair. Berikut ada gambar menyedihkan, di mana kedua belah pihak yang berlumuran darah dan dihancurkan karena kurangnya kemajuan. Itu adalah tragedi!
Ini jelas bahwa rakyat Aljazair menginginkan kemerdekaan. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi. Kalau bukan kasus, kemudian berjuang panjang dan pahit dan berdarah itu akan berakhir bertahun-tahun yang lalu. The haus akan kemerdekaan dan ketabahan untuk mendapatkan kemerdekaan merupakan faktor fundamental dalam situasi ini.
Apa yang belum ditentukan, adalah bagaimana akrab dan konsisten pada hari kerjasama masa depan dengan Perancis harus. Kerjasama ini sangat akrab dan sangat selaras tidak akan sulit untuk mendapatkan, bahkan pada tahap ini, meskipun ia mungkin akan meningkatkan kesulitan mencapai perjuangan terus.

Demikian, Engkau plebisit di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Aljazair untuk menentukan kehendak rakyat akan betapa hubungan intim dan harmonis harus. Plebesit seharusnya tidak menjadi masalah kemerdekaan. Yang telah ditentukan dalam darah dan air mata, dan ada pasti akan menjadi independen Aljazair.
Plebesit seperti yang saya sarankan, jika dilakukan dalam waktu yang singkat, akan menjadi jaminan terbaik bahwa Aljazair merdeka dan Perancis akan ada kerjasama yang erat dan baik untuk saling menguntungkan. Sekali lagi saya berbicara dari pengalaman. Indonesia sedang walkin niat kmengandung untuk merusak hubungan yang erat dan selaras dengan Belanda. Namun, rupanya bahkan hari ini, sebagai generasi yang telah dilakukan sebelumnya, pemerintah bangsa itu berpegang pada “memberi terlalu sedikit dan meminta terlalu banyak”. Hanya ketika itu tak tertahankan, hubungan diputuskan.
Biarkan saya beralih kemasalah perang yang lebih luas dan perdamaian di dunia kita. Yang pasti adalah bahwa negara-negara yang baru lahir dan dilahirkan kembali bukan merupakan ancaman bagi perdamaian dunia. Kami tidak memiliki ambisi teritorial; kami juga tidak memiliki tujuan ekonomi yang tidak bisa disesuaikan. Ancaman perdamaian terhap tidak datang dari kami, melainkan bagian dari negara-negara yang lebih tua, lama dan stabil itu.

Itu, yes, kita berada dalam pergolakan negara. Sebenarnya, itu seolah-olah turbulensi adalah fungsi dari periode pertama daripada kemerdekaan. Apakah itu mengejutkan? Cobalah, biarkan aku mengambil contoh dari sejarah Amerika. Dalam satu generasi telah mengalami Perang Kemerdekaan dan Perang Saudara antara Negara. Selanjutnya, generasi juga harus mengalami timbulnya asosiasi buruh militan, – saat Pekerja Internasional Dunia (IWW), “Wobblies”. Kita harus bermigrasi ke Barat. Kita harus memiliki Revolusi Industri dan, yes, bahkan istilah “pedyang tas”. Hal ini juga harus menderita karena orang-orang á la Benedict Arnold. Dan seperti yang saya sering mengatakan, Dorong kita banyak revolusi dalam satu revolusi dan banyak generasi dalam satu generasi.
Jadi adalah mengherankan pria jika ada turbulensi di AS? Bagi kami itu adalah normal dan kita telah menjadi digunakan untuk naik pusar angin. Saya mengerti sepenuhnya bahwa untuk hasil sering terlihat seperti gambar kekacauan dan kerusuhan dan menang-menang listrik. Setelah semua itu adalah pergolakan urusan kita sendiri dan bukan ancaman bagi siapa pun, meskipun sering diberikan kesempatan untuk mencampuri urusan kami.
Namun, kepentingan yang bertentangan Perserikatan Bangsa Besar adalah masalah lain: Dalam hal ini masalah dikaburkan oleh ancaman dengan bom hidrogin ulangi dan dengan slogan berulang yang telah dipakai lama.
Kita tidak bisa mengabaikannya karena masalah yang mengancam kita. Toh; terlalu sering masalah ini muncul seolah-olah tidak ada yang benar-benar. Terus terang dan tanpa ragu-ragu saya ingin mengatakan kepada pria bahwa kita meletakkan masa depan kami sendiri jauh di atas perselisihan perselisihan di Eropa.

Ya, kami belajar banyak dari Eropa dan Amerika. Kami telah mempelajari pria sejarah dan kehidupan rakyat dari negara tuan rumah. Kami telah mengikuti contoh dari pria, kami telah mencoba untuk melebihi bahkan pria. Kami berbicara dalam bahasa pria dan membaca buku gentlemen. Kami telah terinspirasi oleh Lincoln dan Lenin, oleh Cromwell dan Garibaldi. Dan masih banyak belajar dari pria di berbagai bidang. Tapi di daerah hari ini bahwa kita harus belajar lebih banyak daripada pria, adalah bidang teknik dan ilmu pengetahuan, bukan ideologi-ideologi atau gerakan yang didiktekan oleh ideologi.
Di Asia dan Afrika saat ini masih hidup, masih berpikir, masih bertindak, mereka yang memimpin bangsa menuju kemerdekaan, mereka yang mengembangkan teori-teori yang besar dan membebaskan ekonomi, mereka yang telah tumbang despotisme, orang-orang yang mempersatukan bangsa dan mereka yang menaklukkan bangsa divisi.
Karena itu, dan memang harus, kami dari Asia-Afrika dekat satu sama lain untuk bimbingan dan inspirasi, dan kita melihat diri kita sendiri dan kebijaksanaan dari pengalaman yang telah terakumulasi di negara kita.

Bukankah Gentlemen ditemukan di Asia dan Afrika mungkin memiliki pesan dan cara bagi seluruh dunia?
Ahli filsafat Bertrand Russell dicapai Inggris yang pernah berkata bahwa manusia sekarang dibagi menjadi dua kelompok. Yang memegang doktrin Deklarasi Amerika Independece of Thomas Jefferson. Kelas-kelas lain memegang doktrin Manifesto Komunis.
Maafkan aku, Lord Russell, tapi saya pikir tuan rumah lupa sesuatu. Saya kira Tuhan lupa keberadaan lebih dari seribu juta orang, bangsa Asia dan Afrika, dan mungkin juga orang-orang dari Amerika Latin, yang tidak mematuhi ajaran Manifesto Komunis atau Deklarasi Kemerdekaan. Ingat, kita kagumi baik pengajaran, dan kita harus banyak belajar dari mereka berdua dan kami telah diilhami oleh dua.
Siapa yang tidak akan terinspirasi oleh kata-kata dan semangat Deklarasi Kemerdekaan! “Kami pertimbangkan kebenaran sebagai, yang tak terbantahkan: bahwa manusia diciptakan dengan hak-hak yang sama bahwa mereka diberikan oleh AI Chalik hak-hak tertentu yang tidak dapat dirusak dengan, dan bahwa di antara hak-hak tersebut ada hak untuk hidup, hak atas kebebasan dan hak untuk mengejar kebahagiaan. ” Siapa yang terlibat dalam perjuangan untuk hidup dan kemerdekaan nasional; tidak pernah terinspirasi! Dan sekali lagi, siapa di antara kita, yang berjuang untuk menegakkan masyarakat, adil dan makmur atas puing-puing kolonialisme, tidak akan terinspirasi oleh bayangan kerjasarna dan perkembangan ekonomi yang dicetuskan oleh Marx dan Engels!
Sekarang telah terjadi konfrontasi antara dua pandangan, dan konfrontasi itu berbahaya, tidak hanya bagi mereka yang menghadapi tetapi juga untuk bagian lain dari dunia.

Saya tidak dapat berbicara atas nama negara-negara Asia dan Afrika? Aku tidak diberi kuasa untuk itu, dan juga bagaiamanapun mereka sendiri kompeten untuk mengekspresikan pandangan mereka? masing-masing. Namun, Saya diberi kekuatan? bahkan ditugaskan? untuk berbicara atas nama bangsa saya, sebesar 92.000.000.
Sepeirti I say: kita telah membaca dan dua mernpelajari dokumen utama itu: Dari masing-masing banyak dokumen yang kita telah diambil dan kita membuang apa yang tidak berguna bagi kita, kita yang tinggal benua Iain dan beberapa generasi kemudian. Kami memiliki mensintesekan apa yang kita butuhkan dari kedua dokumen, dan dalam hal pengalaman dan pengetahuan kita sendiri, sebuah sintesis bahwa kita memiliki filter kami dan menyesuaikan.
Jadi, dengan permintaan maaf kepada Tuhan RusselI Saya menghormati semua, dunia tidak sepenuhnya dibagi menjadi dua pihak karena ia pikir.

Meskipun kami telah mengambil jus, dan meskipun kami telah mencoba kedua dokumen itu peting mensintesekan: kita tidak dipimpin oleh mereka sendiri. Kami tidak mengikuti konsepsi liberal atau konsepsi komunisme. Apa gunanya? Dari pengalaman kami sendiri dan dari sejarah kami sendiri tumbuh sesuatu yang lain, jauh lebih tepat sesuatu, sesuatu yang jauh lebih cocok.
Arus sejarah menunjukkan dengan jelas bahwa semua bangsa memerlukan sesuatu konsepsi dan cita-cita. Jika mereka tidak memilikinya atau jika konsep dan cita-cita menjadi kabur dan usang, maka bangsa dalam bahaya. Indonesia sejarah kita sendiri menunjukkan dengan jelas, dan begitu pula sejarah seluruh dunia.
“Sesuatu” yang kita sebut “Five Precepts”. Ya, itu “FLima Sila#8221; atau Rukun negara kita. Lima Pilar tidak langsung berasal dari Manifesto Komunis atau Deklarasi Kemerdekaan. Memang, ide-ide dan cita-cita? Cita-cita yang mungkin telah ada selama berabad-abad telah diwujudkan di negara karni. Dan tidak mengherankan bahwa sekolah-sekolah dari kekuatan besar dan maskulinitas yang muncul di negara kita selama dua ribu tahun terakhir peradaban kami dan selama berabad-abad kemuliaan bangsa, sebelum kita tenggelam imperialisme pada saat kelemahan nasional.
Jadi berbicara tentang Panca Sila sebelum gentlemen, Saya memunculkan esensi peradaban kami selama dua ribu tahun.

Apakah Lima Pilar? Dia sangat sederhana: Ketuhanan Yang Maha Esa pertama, kedua Nasionalisme, Internasionalisme ketiga, keempat dan kelima Keadilan Sosial Demokrasi,
Biarkan saya menjelaskan sakarang sederhana tentang hal itu lima poin.
Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. Orang saya termasuk orang yang memegang berbagai agama. Ada Muslim, ada orang Kristen ada Buddha dan beberapa tidak mematuhi agama. Namun untuk delapan puluh lima persen dari sembilan puluh dua juta rakyat kami, bangsa Indonesia terdiri dari para pengikut Islam. Berasal dari fakta ini, dan diberikan akan bervariasi tetapi bangsa bersatu, kami menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai yang paling penting dalam filsafat hidup kita. Bahkan mereka yang tidak percaya pada Tuhan, karena toleransi bawaan, mengakui bahwa kepercayaan Mahakuasa merupakan karakteristik dari orang, sehingga mereka menerima sila pertama.
Kemudian sebagai nomor dua adalah nasionalisme. Kekuatan nasionalisme dan keinginan membara untuk kebebasan mempertahankan hidup kita dan memberdayakan kita semua kegelapan yang lama kolonialisme, dan menyalakan kembali perjuangan kemerdekaan. Hari ini kekuatan luka bakar itu masih menyala dada dan masih memberi kita kekuatan untuk hidup bersama kami! Tetapi nasionalisme kami sekali-kali tidak chauvinisme. Kami tidak pernah menganggap diri kita lebih unggul ke negara-negara lain. Kami tidak pernah mencoba untuk memaksakan kehendak kita kepada bangsa-bangsa lain. Saya tahu benar-benar bahwa istilah “nasionalisme” diduga, bahkan tidak percaya pada negara-negara Barat. Hal ini karena Barat telah diperkosa dan nasionalisme memutar. Meskipun nasionalisme sejati masih menyala di negara-negara Barat. Jika tidak, tersebut rnaka Barat tidak akan menantang senjata chauvinisme Hitler yang agresif.

Bukankah nasionalisme? menyebutnya jika Anda suka, patriotisme – untuk mempertahankan kelangsungan hidup semua bangsa? Siapa yang berani menyangkal bangsa, yang melahirkan kepadanya? Siapa yang berani berpaling dari orang-orang, yang membuatnya? Nasionalisme adalah mesin besar yang menggerakkan dan mengendalikan semua kegiatan internasional kami; nasionalisme adalah sumber inspirasi besar dan tinggi kebebasan.
Nasionalisme di Asia dan Afrika tidak sama seperti yang ditemukan dalam sistem negara-negara Barat. Di Barat, nasionalisme tumbuh sebagai kekuatan untuk agresif mencari ekspansi dan keuntungan bagi perekonomian nasional. Nasionalisme di Barat adalah kakek dari imperialisme, yang ayahnya adalah Kapitalisme. Di Asia dan Afrika, dan saya pikir juga di Latin Amerrka, nasionalisme adalah gerakan pembebasan, sebuah gerakan protes terhadap imperialisme dan kolonialisme, dan respon terhadap penindasan nasionalis-chauvinis yang bersumber di Eropa. Nasionalisme di Asia dan Afrika serta Amerika Latin Nasionalisme tidak dapat ditinjau tanpa mengacu pada implikasi sosialnya.
Di Indonesia, kami menganggap itu sebagai inti sosial memacu untuk mencapai keadilan dan kemakmuran. Bukankah itu tujuan baik yang dapat diterima oleh semua orang? Saya tidak berbicara hanya tentang kami sendiri di Indonesia, juga tidak hanya tentang saudara-saudara saya di Asia dan Afrika dan Amerika Latin. Saya sedang berbicara tentang seluruh dunia. Masyarakat adil dan makmur dapat menjadi cita-cita dan tujuan dari semua orang.
Mahatma Gandhi pernah berkata: “Saya seorang nasionalis, tetapi nasionalisme saya adalah kemanusiaan”. Kami kemudian berkata begitu. Kami adalah nasionalis, kami cinta untuk bangsa kita dan untuk semua bangsa. Kami nasionalis karena kami percaya bahwa bangsa-bangsa di dunia sangat penting bagi hari sekarang, dan kami tetap demikian, sejauh mata dapat berharap mundur. Karena kami nasionalis, kami mendukung dan mendorong nasionalisme mana pun kita jumpainya.

Sila ketiga kami adalah internasionalisme. Antara Nasionalisme dan Internasionalisme ada konflik atau kontradiksi. Memang benar, internasionalisme yang tidak akan dapat tumbuh dan berkembang selain diatas tanah yang subur dari nasionalisme. Bukankah Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah bukti ini? Sebelumnya ada Liga Bangsa-Bangsa. Sekarang ada PBB. Nama-nama itu sendiri menunjukkan bahwa bangsa-bangsa mengingini dan membutuhkan suatu badan internasional, di mana setiap bangsa memiliki pijakan yang sama. Internasionalisme bukanlah kosmopolitanisme, yang merupakan negasi nasionalisme, anti-nasional, dan memang bertentangan dengan kenyataan.
Keempat, ada demokrasi. Demokrasi bukanlah monopoli atau penemuan dari aturan sosial Barat. Agak, demokrasi tampaknya menjadi keadilan manusia, meskipun diubah untuk disesuaikan dengan kondisi sosial pada khususnya.
Selama ribuan tahun peradaban Indonesia, kami telah mengembangkan bentuk-bentuk demokrasi di Indonesia. Kami percaya bahwa bentuk memiliki kekerabatan dan signifikansi internasional. Ini adalah masalah yang saya bicarakan kemudian.

Akhirnya, Sila akhir dan terpenting adalah Keadilan Sosial. Saat ini kami Weave Keadilan Sosial kesejahteraan sosial, seperti kita menganggap keduanya tidak dapat dipisahkan. Benar, hanya masyarakat yang sejahtera bisa menjadi masyarakat yang adil, meskipun kemakmuran itu sendiri bisa berada di ketidakadilan sosial.
Jadi kita Panca Sila. Ketuhanan Yang Maha Esa, Nasionalisme, Internasionalisme, Demokrasi dan Keadilan Sosial.
Belum termasuk tugas saya hari ini untuk menguraikan bagaimana kita mencoba, dalam kehidupan dan urusan nasional kita, menggunakan dan menerapkan Lima Sila. Jika saya menguraikan ini, maka ini akan mengganggu keramahtamahan badan internasional ini.
Tapi saya benar-benar percaya bahwa Sila Panca berisi lebih dari nasional berarti. Panca Sila memiliki makna universal dan dapat digunakan secara internasional.
Sorangpun tidak akan menyangkal unsur kebenaran dalam pandangan yang dinyatakan oleh Bertrand Russell bahwa. Sebagian besar dunia telah dibagi menjadi kelompok-kelompok yang menerima ide-ide dan prinsip-prinsip Deklarasi Kemerdekaan Amerika dan kelompok-kelompok yang menerima ide-ide dan prinsip-prinsip Manifesto Komunis. Mereka yang menerima gagasan yang satu menolak gagasan orang lain, dan di sana ada bentrokan atas dasar ideologis dan praktis.

Kita semuanya terancam oleh bentrokan ini dan kita prihatin karena bentrokan ini. Apakah tidak ada sesuatu yang dapat diambil tindakan terhadap ancaman ini? Apakah itu harus pergi dari generasi ke generasi, dengan kemungkinan pada akhirnya akan meletus menjadi lautan api yang akan menelan kita semua? Apakah tidak ada jalan keluar?
Harus ada jalan keluar. Jika tidak ada, maka semua kami musyawarah, semua harapan kami, semua perjuangan kita akan sia-sia.
Kami rakyat Indonesia tidak mau bermalas-malasan sambil dunia menuju kejurang kehancuran. Kami tidak bersedia bahwa fajar cerah kebebasan kita dipenuhi oleh radio-aktif awan. Tidak ada di antara bangsa Asia atau Afrika akan bersedia menerima hal ini. Kami bertanggung jawab atas dunia, dan kami siap untuk menerima dan memenuhi tanggung jawab tersebut. Jika itu berarti campur tangan dalam apa yang dulunya Negara urusanurusan Besar yang jauh dari kita, maka kita akan bersedia untuk melakukannya. Tidak ada bangsa di mana saja di Asia dan Afrika yang akan menghindari tugas.
Bukankah jelas bahwa konflik muncul terutama karena ketidaksetaraan? Dalam sebuah bangsa, yang kaya dan yang miskin, dan dieksploitasi dan itu menyebalkan, menyebabkan bentrokan. Menghilangkan eksploitasi, dan bentrokan akan hilang, karena alasan yang menyebabkan bentrokan itu tidak ada,
Di antara negara-negara, jika ada yang kaya dan yang miskin, yang merokok dan menghirup, akan juga tidak ada bentrokan. Menghilangkan penyebab yang menimbulkan bentrokan, dan bentrokan akan hilang. Ini benar, baik internasional dan dalam suatu negara. Penghapusan imperialisme dan kolonialisme, eksploitasi, sehingga meniadakan daripada bangsa oleh bangsa.

Saya percaya bahwa ada jalan keluar daripada konfrontasi, ideologi-ideologi. Saya percaya bahwa solusinya terletak pada Panca Sila mengenakan bersifat universal!
Siapa di antara pria menolak Panca Sila? Adalah wakil terhormat dari Amerika besar menolaknya? Apakah wakil terhormat bangsa besar Rusia untuk menolaknya? Atau melakukan perwakilan terhormat dari Inggris atau Polandia, atau Perancis atau Cekoslowakia? Atau apakah salah satu dari mereka tampaknya telah mengambil posisi statis dalam Perang Dingin antara gagasan dan praktek paktek, dan berusaha untuk tetap berakar sementara dunia menghadapi gangguan?
Lihat, melihat delegasi yang mendukung saya! Delegasi tidak dibuat dari pegawai negeri atau politisi profesional. Delegasi yang mewakili bangsa Indonesia. Dalam delegasi ada tentara. Mereka menerima Lima Sila, ada ulama besar Islam, yang merupakan landasan agama. He received the Five Precepts. Selanjutnya da pemimpin Partai Komunis Indonesia yang kuat. He received thDia menerima Lima Silawakilan dari Bagian dari Katolik dan Protestan, dari Partai Nasionalis dan organisasi-organisasi buruh dan petani, ada juga wanita, intelektual dan pejabat pemerintah. Semuanya ya menerima Lima Sila.
Mereka bukannya menerima Lima Sila semata-mata sebagai konsepsi ideologi, tetapi sebagai panduan praktis untuk bertindak. Mereka adalah di antara bangsa saya yang mencoba untuk pepmimpin tetapi menolak Panca Sila, juga ditolak oleh rakyat Indonesia.
Bagaimana penggunaan internasional dari Panca Sila? Bagaimana Panca Sila itu dapat dipraktekkan? Mari kita meninjau lima poin satu per satu.

Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. Tak seorang pun yang menerima Declaration Of American Independence sebagai pedoman untuk hidup dan bertindak, akan ditolak. Demikian pula, tidak ada pengikutpun salah Manifesto Komunis, dalam forum internasional ini akan menyangkal hak dan untuk percaya pada Yang Maha Kuasa. Untuk informasi lebih lanjut mengenai hal ini, Saya mengundang pria terhormat meminta Aidit lord, Ketua Partai Komunis Indonesia, yang duduk dalam delegasi saya sepenuhnya diterima baik Manifesto Komunis mapun Panca Sila.

Kedua: Nasionalisme. Kita semua perwakilan dari negara-negara. Bagaimana kita akan menolak nasionalisme? Jika kita menolak nasionalisme, maka kita harus menolak kebangsaan kita sendiri dan menolak pengorbanan yang telah diberikan oleh generasi. Tapi aku memperingatkan kalian: jika pria menerima prinsip nasionalisme, tuan-tuan harus menolak imperialisme. Tapi peringatan saya akan menambahkan peringatan lain: Jika pria untuk menentang imperialisme, maka secara otomatis dan segera menghilangkan tuan-tuan dari dunia ini penyebab terbesar bermasalah ketegangan dan konflik.

Ketiga: Internasionalisme. Apakah perlu untuk berbicara panjang lebar mengenai internasionalisme dalam tubuh lembaga-lembaga internasional? Tentu saja tidak! Jika negara tidak “internasional berpikiran”, maka negara tidak akan menjadi anggota dari organisasi Bersenjata. Namun, itu tidak selalu benar adalah internasionalisme sini. Aku benci untuk mengatakan ini, tapi ini adalah fakta. Terlalu sering persatuan negara digunakan sebagai forum untuk tujuan nasional atau tujuan sekte sempit. Terlalu sering tujuan adalah cita-cita luhur dan mulia dari piagam tersebut dikaburkan oleh untuk-keuntungan nasional atau nasional prestise. Internasionalisme kehormatan sejati harus didasarkan pada kesetaraan, hormat dan kesetaraan atas dasar penggunaan praktis dari kebenaran, bahwa semua orang adalah saudara. Untuk mengutip Piagam PBB – dokumen yang sering dilupakan – internasionalisme yang harus “menegaskan kembali iman …… oleh hak-…… sama untuk semua bangsa, besar dan kecil”.
Akhirnya, dan sekali lagi, internasionalisme akan berarti berakhirnya imperialisme dan kolonialisme, dan dengan demikian akhir dari banyak bahaya dan ketegangan.

Keempat: Demokrasi. Bagi kita bangsa Indonesia, pkok demokrasi mengandung tiga unsur. Demokrasi mengandung prinsip pertama yang kita sebut Konsensus: bulat pendapat. Kedua, mengandung prinsip demokrasi perwakilan.

Akhirnya, demokrasi mengandung, bagi kami, prinsip konsultasi. Ya, demokrasi di Indonesia mengandung tiga prinsip, yaitu: konsensus, representasi dan musyawarah antara wakil-wakil.
Memperhatikan. Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah organisasi negara-negara yang sama, organisasi dari negara yang sama kedaulatn, sama kebebasan dan kebanggaan yang sama kedaulatan dan kemerdekaan. Satu-satunya cara bagi organisasi ini untuk dapat berfungsi memuaskan, dengan konsensus umum diperoleh dalam musyawarah. Musyawarah harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga tidak ada persaingan antara pendapat kepada bertentangan, tidak ada resolusi-resolusi dan kontra, pro-pro, tetapi hanya upaya tegas untuk menemukan landasan bersama untuk memecahkan masalah dalarn. Diskusi semacam ini muncul kesepakatan, suatu kebulatan pendapat, yang lebih kuat dari pada resolusi apapun dikenakan oleh jumlah suara mayoritet, resolusi tidak dapat diterima, atau yang mungkin tidak disukai oleh minoritas.
Apakah saya berbicara idealistis? Apakah saya bermimpi suatu dunia yang ideal dan romantis?
Tidak! Kedua kakiku tegas berdiri tanah! Ya Aku mendongak ke langit untuk inspirasi tapi saya tidak keberatan diawang udara. Saya tegaskan bahwa cara musyawarah semacam ini dapat dilaksanakan. Berarti bahwa bagi kita untuk menjalankan. Cara dapat dijalankan di D.P.R. us, dengan cara-cara yang dapat dijalakitaan di D.P.A. us, dengan cara-cara yang dapat dijalankan dalam Kabinet kami.

Cara diskusi ini dapat dijalankan, sebagai wakil bangsa kami berkeinginan untuk cara itu bisa pergi. Kaum Komunis ingin, kaum nasionalis ingin, Kelompok Islam menginginkannya, dan Kristen ingin. Tentara menginginkannya, baik kota penduduk dan orang-orang di desa-desa terpencil yang menginginkannya, menginginkannya dan orang-orang intelektual yang berusaha untuk memberantas buta huruf sangat ingin. Semua ingin, karena semua orang ingin mencapai tujuan yang jelas dari Lima Sila, dan jelas tujuan yang masyarakat adil dan makmur.
Gentlemen mungkin mengatakan: “Ya, kita akan menerima kata-kata Presiden Soekaro dan kita akan menerima bukti-bukti yang kita lihat dalam komposisi delegasinya di PBB hari ini, tapi kami realis dalam dunia yang kejam. Satu-satunya cara untuk mengatur sebuah pertemuan internasional yang akan digunakan dalam melaksanakan PBB, oleh resolusi, amandemen, mayoritet suara dan minoritas “.
Biarkan saya mengkonfirmasi sesuatu. Kita tahu dari pengalaman pahit yang sama, sama praktis dan serealistis, itu berarti kita juga bisa musyawarah lapangan intrnmasional terorganisir. Di lapangan itu berarti berjalan sebagus bidang nasional.

Gentlemen ingin tahu, tidak begitu lama, perwakilan 20-9 bangsa Asia dan Afrika berkumpul di Bandung. Para pemimpin dari negara-negara tersebut tidak pengelamun pemimpin tidak praktis. Sama sekali tidak! Mereka adalah pemimpin dari orang-orang yang keras dan realistis dan bangsa, kebanyakan dari mereka lulus dari perjuangan kemerdekaan nasional, semua akan mengetahui realitas realitas-benar dari kehidupan dan kepemimpinan baik politik maupun internasional.
Mereka memiliki pandangan politik yang berbeda dari ekstrim kanan ke kiri ekstrim.
Banyak orang di negara-negara barat tidak bisa percaya bahwa konferensi tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Banyak orang bahkan berpendapat bahwa konferensi akan putus berantakan dan saling tuduh, terfragmentasi atas perbedaan karang di ideologi politik.
Konferensi Asia-Afrika yang diselenggarakan dengan cara musyawarah.

Pada konferensi tidak ada mayoritet dan minoritas. Juga diadakan voting. Pada konferensi hanya ada musyawarah dan keinginan umum untuk mencapai kesepakatan. Konferensi ini menghasilkan komunike yang dibuat dengan suara bulat, komunike yang merupakan salah satu yang paling penting dalam harimau atau mungkin salah satu dokumen yang paling penting dalam sejarah.
Apakah tuan-tuan masih meragukan utilitas dan efisiensi daripada cara musyawarah tersebut?
Saya percaya dengan tulus bahwa penggunaan cara-cara seperti musyawarah, itu akan memudahkan pekerjaan ini organisasi internasional. Ya, cara berangkali ini akan memungkinkan pekerjaan yang sebenarnya dari organisasi ini. Cara diskusi ini akan menunjukkan jalan untuk memecahkan banyak masalah mendapatkan rim tahun. Cara konsultasi ini akan memungkinkan penyelesaian masalah yang tampaknya tak terpecahkan.
Dan saya minta dengan hormat, Tuan-tuan harus ingat bahwa sejarah memperlakukan mereka yang gagal tanpa kejam.

Siapa yang hari ini mengingat orang-orang yang membanting keras di Liga Bangsa-Bangsa? Kami hanya mengingat mereka yang telah menghancurkan organisasi dari sebagian besar negara di dunia saja. Kami tidak bersedia dagu dan melihat organisasi ini, organisasi kita sendiri, hancur karena tidak fleksibel, atau sebagai lambat menyambut keadaan berubah dari dunia.
Bukankah patut dicoba? Jika pria tidak ditemukan, maka pria harus bersedia untuk mengambil tanggung jawab atas keputusan dalam sejarah pengadilan Gentlemen.
Akhirnya, di Sila Panca terkandung Keadilan Sosial. Untuk diterapkan dalam bidang internasional, mungkin ini akan menjadi keadilan sosial internasional. Sekali lagi, menerima prinsip ini akan menolak kolonialisme dan imperialisme.
Selanjutnya, penerimaan oleh PBB keadilan sosial sebagai tujuan, berarti penerimaan tanggung jawab dan tugas-tugas khusus.

Ini akan berarti upaya yang tegas dan kohesif untuk mengakhiri banyak dari kejahatan-kejahatan sosial yang menyusahkan dunia kita. Ini akan berarti bahwa bantuan kepada negara-negara yang belum berkembang dan negara-negara yang kurang beruntung akan disingkirkan dari suasana Perang Dingin. Ini akan berarti pula pengakuan yang praktis bahwa semua orang adalah saudara dan bahwa orang-orang memiliki tanggung jawab terhadap sernua saudaranya.
Apakah ini bukan sebuah tujuan mulia! Apakah ada yang berani menyangkal kemuliaan dan keadilan dari tujuan ini? Jika ada yang berani menyangkalnya, kemudian meneruskannya ke menghadapi kenyataan! Biarkan dia menghadapi-lapar, katanya kepada surat menghadapi sibuta, mengirim dia mengahapi the-sakit dan ia kemudian dikonfirmasi sangkalannya pengiriman!
Perkenankanlan Saya sekali lagi menegaskan bahwa lima sila. Ketuhanan Yang Maha Esa; Nasionalisme; Internasionalisme; Demokrasi; Social Justice.
Mari kita memeriksa apakah hal-hal ini sebenarnya merupakan sintesis yang dapat diterima oleh kita semua. Mari kita bertanya pada diri sendiri, apakah penerimaan prinsip-prinsip ini akan memberikan solusi untuk masalah yang dihadapi oleh organisasi ini.

Benar, PBB tidak hanya terdiri dari Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa saja. Namun, dokumen sejarah tetap menjadi bintang pembimbing dan ilham organisasi ini.
Dalam banyak konstelasi mencerrninkan politik dan piagam kekuatan pada saat melahirkan. Dalam banyak hal piagam tersebut tidak mencerminkan realitas? Realitas saat ini.
Rnarilah Oleh karena itu kami mempertimbangkan apakah lima sila saya katakan, untuk memperkuat dan meningkatkan piagam kami.

Saya percaya, ya, Saya benar-benar yakin bahwa penerimaan dan inklusi dari lima prinsip dalam Piagam, akan sangat memperkuat Perserikatan Bangsa-Bangsa. Yakin, bahwa Sila Panca akan menempatkan Perserikatan Bangsa-Bangsa secara paralel dengan perkembangan terbaru dari dunia. Saya percaya bahwa Sila Panca akan memungkinkan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menghadapi hari kemudian dengan kesegaran dan kepercayaan diri. Akhirnya, Saya percaya bahwa penerimaan Panca Sila sebagai dasar piagam, Piagam tersebut akan menyebabkan lebih rela diterima oleh semua anggota, baik lama dan baru.
Saya akan mengajukan pertanyaan lagi dalam hubungan ini. Ini adalah kehormatan besar bagi suatu negara bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berbasis di wilayahnya. Kita semua benar-benar bersyukur bahwa Amerika Serikat memiliki tempat permanen untuk Orgasisasi us. Namun, mungkin dipertanyakan apakah itu tepat.
Dengan segala hormat, Saya menyarankan agar dia tidak mungkin cocok. Bahwa posisi Perserikatan Bangsa-Bangsa berada dalam wilayah salah satu negara terkemuka dalam Perang Dingin, Perang Dingin telah merembes bahkan kepekerjaan dan administrasi dan rumah tangga dari organisasi kami. Sedemikian rupa infiltrasi, sehingga kehadiran seorang pemimpin besar bangsa di ruang sidang PBB sudah soal Perang Dingin dan senjata Perang Dingin, serta alat untuk mempertajam cara yang berbahaya hidup dan menyia-nyiakannya.

Mari kita meninjau apakah lokus organisasi kita tidak harus dihapus dari suasana Perang Dingin. Mari kita meninjau apakah Asia atau Afrika atau Jenewa akan dapat memberi kita tempat permanen, jauh dari Perang Dingin, tidak terikat pada salah satu blok dan di mana para delegasi dapat bergerak bebas dan bebas sesuka mereka.
Demikian, itu dapat diperoleh dengan rasa yang lebih besar dari dunia dan masalah-masalahnya.
Saya yakin bahwa beberapa negara di Asia atau Afrika, diberi kepercayaan dan keyakinan, dengan senang hati menunjukkan kemurahan hati untuk PBB, mungkin dengan menyediakan area yang cukup luas, di mana organisasi itu sendiri akan berdaulat dan mana perundirgan-negosiasi penting untuk pekerjaan penting yang dapat dilakukan dengan aman dan dalam suasana persaudaraan.

PBB tidak lagi merupakan entitas yang menandatangani Piagam lima belas tahun yang lalu. Bahkan dunia ini tidak sama dengan yang pertama. Mereka yang buang-payah kebijaksanaan untuk Organisasi Perjanjian, tidak bisa berharap untuk membentuk terjelmanya hari. Di antara orang-orang yang bijaksana dan visi yang jauh, hanya sedikit yang menyadari, akhir imperialisme terlihat, dan bahwa setiap organisasi harus hidup, jadi dia harus memberikan kemungkinan kepada bangsa-bangsa yang sudah dilahirkan kembali untuk masuk geng, flock- flock dan bersemangat.
Tujuan dari PBB seharusnya untuk memecahkan masalah. Untuk menggunakannya sebagai forum untuk debat hanya, atau sebagai saluran propaganda, atau sebagai sambungan dari politik dalam negeri, berarti memutar cita-cita mulia yang harus meresap dalam tubuh ini.
Kolonial gejolak, perkembangan pesat dari daerah yang belum maju di bidang teknis, dan isu-isu perlucutan senjata, yang semuanya adalah masalah yang tepat dan mendesak bagi kita untuk mempertimbangkan dan musyawarahkan. Namun, telah menjadi jelas bahwa isu-isu penting tidak dapat dibahas secara memuaskan oleh Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa hari ini. Sejarah badan ini menunjukkan kebenaran yang menyedihkan dan jelas dari apa yang saya katakan.

Hal ini tidak mengherankan bahwa demikianlah jadinya. Faktanya adalah bahwa organisasi kami mencerminkan dunia dalam Nineteen Empat-Lima, dan bukan dunia saat ini. Seperti halnya dengan semua agen-agennya – tapi hanya untuk ini Majelis besar – dan dengan semua lembaga-lembaga.
Organisasi dan keanggotaan Dewan Keamanan – tubuh yang paling penting yang – peta mencerminkan ekonomi, militer dan kekuatan daripada dunia dalam Nineteen Empat puluh Lima, ketika organisasi itu lahir dari inspirasi dan delusi besar. Demikian pula, sebagian besar lembaga daripada yang lain. Mereka tidak mencerminkan bangkitnya negara-negara sosialis atau cepat kemerdekaan Asia dan Afrika tumbuh.
Untuk memodernisasi dan membuat efisien organisasi kami, mungkin di bawah pimpinan Sekretariat Sekretaris Jenderal, mungkin memerlukan pertimbangan ulang. Dengan mengatakan bahwa, Saya tidak – sama sekali tidak – mengkritik atau mencela cara apapun Sekretaris Jenderal saat ini, yang selalu berusaha untuk, dalam keadaan tidak lagi diterima, melakukan pekerjaan yang baik, yang kadang-kadang tampaknya tidak mungkin.
Jadi, bagaimana bisa mereka efisien? Bagaimana fakultas-fakultas dari kedua kelas dunia – yaitu faksi yang menjadi kenyataan dan harus diterima – bagaimana fakultas-fakultas dari kedua kelompok dapat merasa nyaman dalam organisasi dan memiliki keyakinan penuh bahwa membutuhkannya.

Sejak perang kita telah melihat tiga gejala utama yang permanen.
Yang pertama adalah munculnya negara-negara sosialis. Hal ini tidak diduga dalam Sembilan belas tahun Empat-Lima. Keduanya lebih besar dari gelombang pembebasan nasional dan emansipasi ekonomi yang melanda Asia dan Afrika serta saudara dan saudari di Amerika Latin. Saya berpikir bahwa hanya kita, yang secara langsung terlibat di dalamnya, bisa melihatnya datang. Yang ketiga adalah kemajuan ilmiah besar, yang semuanya bergerak di bidang persenjataan dan perang, tapi langkah hambatan kelapangan yang saat ini dan ruang perbatasan. Siapa yang bisa meramalkan saat itu?
Benar, kita dapat mengubah Piagam. Saya menyadari bahwa ada prosedur untuk melakukan hal ini dan akan tiba saatnya untuk melakukan hal ini. Tapi masalahnya sangat mendesak. Ini mungkin menjadi masalah hidup dan mati untuk PBB. Jangan kecil, pandangan legalistik dapat faktor penghambat melakukan bisnis dengan segera.
Hal ini sama pentingnya bahwa pembagian kursi dalam Dewan Keamanan dan badan-badan dan lembaga lainnya harus diubah. Dalam hal ini saya tidak berpikir dalam hal blok-blokan, tapi aku benar-benar harus berpikir tentang bagaimana Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, dari badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Sekretariat Perserikauan Bangsa, semua yang mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari dunia kita hari ini.

Kami dan Indonesia memandang organisasi ini dengan harapan besar, tetapi juga dengan kekhawatiran yang besar. Kami melihat dengan harapan besar, yang telah berguna bagi kita dalam perjuangan untuk kehidupan nasional kita. Kami menyaksikan dengan harapan besar, karena kami percaya bahwa ini adalah satu-satunya organisasi tersebut dapat menyediakan kerangka kerja bagi dunia yang aman dan sehat seperti yang kita inginkan.
Kami menyaksikan dengan keprihatinan besar, karena kami telah mengajukan isu nasional utama, masalah Irian Barat, disampaikan kepada Majelis ini, dan bukan penyelesaian dapat dicapai. Kami menatapnya dengan keprihatinan, karena Perserikatan Bangsa Besar di dunia telah menempatkan permainan mereka Perang Dingin berbahaya ke kantor kamar-.
Kami memandangnya, dengan ketakutan, agar Majelis akan akan gagal dan akan mengikuti pendahulunya, dan dengan demikian hilangnya mata manusia daripada gambaran masa depan yang aman dan bersatu.

Mari kita menghadapi kenyataan bahwa ini Qrganisasi, dengan cara-cara yang digunakan sekarang dan dalam bentuk yang sekarang, adalah hasil dari sistem Negara Barat. Maafkan aku, tapi aku tidak bisa menghormati sistem yang. Aku bahkan tidak bisa memandangnya dengan kasih sayang, meskipun saya menghargai itu.
Imperialisme dan kolonialisme adalah buah dari sistem negara Barat, dan berempati dengan mayoriteit luas organisasi, Aku benci imperialisme, kolonialisme muak saya, dan saya prihatin tentang konsekuensi dari laga terakhirnya keras berkomitmen. Dua kali dalam sistem kehidupan Barat saya Negara yang telah robek itu sendiri dan sekali hampir hancur dunia dalam bentrokan sengit.
Gentlemen mengherankan bahwa banyak dari kita melihat organisasi juga merupakan sistem Negara Barat dengan hasil pertanyaan penuh? Gentlemen Jangan salah paham. Kami menghormati dan mengagumi sistem telah terinspirasi oleh kata-kata Lincoln dan Lenin, oleh perbuatan Washington dan oleh perbuatan Garibaldi. Sebenarnya, mungkin kita melihat dengan perasaan iri beberapa hasil fisik yang dicapai oleh Barat. Tapi kami bertekad bahwa bangsa kita, dan dunia secara keseluruhan, tidak akan menjadi pertandingan dari satu bagian kecil dari dunia.

Kami tidak mencoba untuk membela dunia yang kita tahu, kita berusaha untuk membangun sebuah dunia baru, lebih baik!
Kami berusaha membangun suatu dunia yang sehat dan aman. Kami berusaha untuk membangun sebuah dunia di mana setiap orang dapat hidup dalam damai. Kami berusaha membangun suatu dunia dimana ada keadilan dan kemakmuran bagi semua orang. Kami berusaha untuk membangun sebuah dunia di mana manusia dapat mencapai kemuliaan penuh.
Telah dikatakan bahwa kita hidup di tengah-tengah Revolusi Harapan Meningkatnya. Ini tidak benar! Kita hidup di tengah-tengah Tuntutan Meningkatnya Revolusi. Mereka sebelumnya tanpa kemerdekaan, sekarang menuntut kemerdekaan. Mereka sebelumnya tanpa suara, sekarang menuntut bahwa suaranya didengar.
Mereka yang terbiasa kelaparan, sekarang menuntut padi, banyak dan setiap hari. Mereka sebelumnya buta huruf, sekarang menuntut pendidikan.

Seluruh dunia adalah sumber Revolusi energi besar, sebuah majalah besar bubuk revolusioner.
Tidak kurang dari tiga-perempat dari umat manusia yang terlibat dalam Revolusi Meningkatnya permintaan, dan ini adalah Revolusi Agung besar untuk pertama kalinya sejak manusia berjalan tegak sektor di dunia yang murni dan menyenangkan.
Keberhasilan atau kegagalan organisasi ini akan dinilai dari hubungannya dengan Revolusi Meningkatnya permintaan itu. Generasi yang akan datang akan memuji atau mengutuk kami untuk tanggapan kita terhadap tantangan ini.

Kami tidak berani gagal. Kami tidak berani kembali ke sejarah. Jika kita berani, kita benar-benar tidak akan membantu lagi. Bangsa saya bertekad untuk tidak gagal. Saya tidak berbicara kepada Tuan-tuan karena lemah, Saya berbicara sebagai kuat. Saya mengatakan kepada tuan-tuan di puluhdua sembilan juta orang, dan saya mengatakan kepada tuan-tuan bangsa menuntut hal itu. Kami memiliki kesempatan untuk bekerja sama untuk membangun dunia yang lebih baik, dunia yang lebih aman. Kesempatan ini mungkin tidak akan ada lagi. Jadi terus, gesper erat, dan menebus kesempatan itu.
Tak seorang pun yang memiliki kemauan baik dan kepribadian, akan menolak harapan dan keyakinan saya telah mengatakan atas nama bangsa saya, dan memang atas nama seluruh umat manusia. Jadi marilah kita mencoba, sekarang tanpa penundaan lebih lanjut, mewujudkan harapan tersebut menjadi kenyataan.
Sebagai langkah praktis ke arah ini, itu adalah suatu kehormatan dan tugas bagi saya untuk mengajukan rancangan resolusi kepada Majelis Umum ini.

Atas nama delegasi-delegasi Ghana, India, Republik Persatuan Arab, Yugoslavia dan Indonesia, Dengan ini saya mengajukan resolusi berikut:

“MAJELIS UMUM,
“Merasa sangat cemas mengenai memburuknya hubungan internasional akhir-akhir ini, yang mengancam dunia dengan konsekuensi berat;
“BE AWARE harapan besar dunia bahwa Majelis ini akan membantu dalam membantu mempersiapkan jalan menuju ketegangan dunia ketenangan;
“BE AWARE tanggung jawab yang berat dan mendesak yang terletak di atas bahu Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk mengambil inisiatif dalam upaya yang dapat membantu;
“Tanyakan sebagai langkah pertama yang mendesak, sehingga A.S. Presiden dan Ketua Dewan Menteri dari Republik Soviet Sosialis melanjutkan kontak mereka yang telah kehilangan baru-baru ini, sehingga mereka telah menyatakan kesediaannya untuk mencari negosiasi dengan pemecahan masalah masalah yang bisa berlama-lama diterapkan secara progresif “.
Mr. Ketua, mungkin saya memohon, atas nama delegasi-delegasi lima negara yang disebutkan di atas, bahwa resolusi ini mendapat pertimbangan sir langsung. Surat untuk efek itu, ditandatangani oleh Kepala Delegasi-delegasi dari Ghana, India, Republik Persatuan Arab, Yugoslavia dan Indonesia, telah disampaikan kepada Sekretariat.
Saya mengajukan rancangan resolusi atas nama lima Delegasi dan atas nama jutaan orang yang tinggal di negara-negara.
Resolusi Menerima langkah yang mungkin dan langsung dapat diselenggarakan. Jadi ini Majelis Umum harus menerima resolusi ini secepat mungkin. Mari kita mengambil langkah praktis terhadap pelonggaran ketegangan mengancam dunia. Mari kita menerima resolusi ini dengan suara bulat, sehingga semua tekanan dari kepentingan dunia dapat dirasakan. Mari kita mengambil langkah pertama, dan marilah kita bertekad untuk melanjutkan dan kami mendesak dunia untuk mencapai sebagai lebih baik dan lebih aman kita mungkin berpikir.
Ingatlah apa yang telah terjadi sebelumnya. Ingat perjuangan dan pengorbanan yang dialami oleh fakultas-fakultas baru organisasi. Ingat bahwa upaya kami telah disebabkan dan diperpanjang oleh penolakan dasar-dasar Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kami bertekad bahwa ini tidak akan terjadi lagi.
Membangun dunia kembali! Membangun dunia yang kokoh dan kuat dan sehat! Membangun sebuah dunia di mana semua orang hidup dalam damai dan persaudaraan. Membangun dunia sesuai dengan impian dan aspirasi umat manusia. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lalu, sebagai fajar melanggar. Putuskan sekarang hubungan dengan masa lalu waktu, sehingga kita dapat mengambil tanggung jawab untuk diri mereka sendiri untuk masa depan.

Saya harus mengucapkan doa Mahakuasa memberikan Rachmat dan bimbingan untuk pembahasan Dewan.

Terima kasih!

Soekarno online | Digital Library Presiden pertama Indonesia